Kritis

33 11 5
                                    

Firman dan yang lainnya sedang berusaha mencari keberadaan Riyana sejak siang tadi sampai malam sudah menyapa mereka, Firman menghela napas panjang karena sampai saat ini dia tidak dapat menemukan keberadaan Riyana.

Nadine dan Ambara menghampiri Firman yang terduduk di bahu jalan sambil menjambak rambutnya frustasi, Nadine dan Ambara saling tatap satu sama lain sebelum menentukan siapa yang akan membuka obrolan kali ini.

"Om," ujar Nadine yang membuat Firman langsung mendongak menatap lawan bicaranya.

"Ayo kita pulang dulu, nanti kita lanjut besok," ujar Nadine yang kini sudah berjongkok di hadapan Firman.

"Om nggak bisa, kalian aja pulang pasti orang tua kalian nyariin, om masih kepikiran sama keadaan Riyana," ujar Firman lirih yang membuat Nadine dan Ambara juga ikut merasakan kesedihan Firman.

Nadine menatap Ambara yang juga menatapnya, Nadine menggeleng kecil bertanda jika ini tidak akan berhasil. Ardi dan juga Barabas yang melihat itu langsung menghampiri Firman. Untuk Abraham sore tadi sudah pergi karena Ardi menyuruhnya untuk pergi menenangkan sejenak pikirannya yang kacau.

"Om kita pulang yuk, om belum makan dari pagi, kita istirahat dulu habis itu pergi cari Riyana lagi," ujar Ardi mencoba membujuk Firman yang sudah menampilkan wajah pucat nya.

Dari kejauhan sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempat mereka membujuk Firman, di sana keluar seorang laki-laki yang berpenampilan formal.

"Bos," ujar nya yang diketahui sekretaris dari Firman.

Sekretaris itu terkejut ketika melihat penampilan bos besar nya ini, dia sangat kacau saat ini.

"Kita pulang ya bos," ujarnya sambil meraih tubuh Firman untuk bangkit dari duduknya.

"Saya tidak bisa," ujar Firman menolak perkataan sekretarisnya itu.

Sudah tahu kan darimana sifat keras kepala Riyana menurun?

"Saya yang akan menggantikan bos mencari Riyana, sekarang bos pulang saja," sekretaris Firman mencoba membujuk bos keras kepala ini.

"Gatara kok belum balik lagi? Apa Gatara udah menemukan Riyana?" sontak pertanyaan dari Firman barusan menyadarkan teman-teman Riyana dan Gatara mengenai keberadaan Gatara.

------

Bima dan Ibra langsung keluar rumah sakit dengan sedikit berlari, ketika sudah sampai parkiran Ibra malah kembali kedalam lagi dan hal itu membuat Bima menggeram kesal. Mengapa Ibra malah masuk ke dalam lagi? Sungguh memperlambat waktu! cibir Bima.

Ibra berjalan ke arah resepsionis untuk segera menyiapkan sebuah ambulan karena mengingat bagaimana kondisi orang yang salah sasaran ini.

"Siapkan ambulan karena ada orang yang butuh pertolongan, sekarang!" perintah Ibra yang kemudian berlari lagi menuju parkiran. Setelah mendengar kalimat perintah dan tegas dari Ibra, resepsionis tadi langsung menjalankan perintahnya.

Bima menatap Ibra tidak percaya ketika melihat Ibra keluar dengan beberapa tenaga medis, ternyata ada sisi manusia di bagian diri Ibra. Ibra langsung menaiki motornya dan melesat di jalanan yang diikuti oleh Bima dan sebuah ambulan.

Disisi lain Riyana sudah merasakan pusing, kini wajahnya sudah pucat pasi disertai keringat yang mulai membasahi pelipisnya. Riyana terus merapalkan doa untuk keselamatan Gatara, dia tidak ingin kehilangan Gatara.

Baim yang melihat balasan pesan dari Ibra merasa bingung, bukan sebuah pujian yang dia dapat tapi sebuah umpatan kasar yang dikirim Ibra.

"Gue minta kali ini aja kalian selamatkan Gatara," mohon Riyana dengan suara parau nya, tangannya masih setia menahan aliran darah yang terus keluar dari bekas tusukan itu.

About Time (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang