Dibalik sikap dingin Abraham

37 16 6
                                    

Abraham menatap lurus ke depan, dia menatap pintu bercat putih yang menjulang tinggi di depannya. Bau obat juga menyeruak memasuki indera penciumannya. Abraham menghela napas kasar sesekali dia menengadahkan kepalanya ke atas kala air matanya akan luruh kembali.

Abraham membuka room chatnya yang di sana dia sudah mendapat spam chat yang di kirim Ambara kepadanya, jujur saat ini Abraham membutuhkan Ambara, tapi dia memilih tidak mengatakan apapun karena rasanya begitu menyesakkan hatinya mengingat masalah yang sedang dia alami saat ini.

Abraham menengadahkan pandangannya keatas kala air mata itu akan luruh kembali, Abraham terisak di tempatnya, hatinya tidak baik-baik saja hari ini.

"Sesak!" ujar Abraham sambil memukul dadanya beberapa kali di saat merasakan sesak lagi di hatinya.

----

Kini sudah dua hari berita kehilangan Riyana dan dua hari itu juga hari yang membuat Firman merasa dunia nya benar-benar berhenti. Pekerjaan kantor nya saja dia serahkan kepada sekretaris kepercayaannya. Poster juga sudah disebar luaskan ke daerah sekitaran nya namun tetap nihil.

Ambara, Nadine, Barabas dan juga Ardi tidak segan-segan juga dalam dua hari ini mereka membantu Firman mencari Riyana. Polisi sudah dikerahkan tapi tetap saja tidak ada titik terang, mengingat tidak ada banyak jejak yang dapat polisi cari tahu.

Mereka kini sedang berbagi tugas untuk menyebarkan berita kehilangan lebih jauh lagi.

Dari kejauhan Ambara melihat Abraham yang baru saja turun dari sebuah taksi, dengan terburu-buru Ambara menghampiri Abraham yang memang dua hari itu juga Abraham tidak bersekolah. Nadine, Barabas dan juga Ardi hanya memperhatikan mereka berdua dari jauh.

"Lo kemana aja gue khawatir sama keadaan lo? Lo tahu nggak sih gue udah mikir yang nggak nggak tentang lo, gu.."

"Bisa diem nggak sih!" ujar Abraham yang sedikit meninggikan suaranya, Ambara yang mendengar itu menatap Abraham tidak percaya. Baru kali ini Abraham bersikap seperti ini.

"Lo kenapa? Ada masalah? Lo bilang sama gue kalau ada masalah," ujar Ambara mencoba lebih sabar lagi menghadapi sikap Abraham.

"Gue nggak apa-apa," ujar Abraham dengan cepat sambil menatap lurus ke depan.

Ambara menghela napas panjang, jujur dia sendiri bingung dengan perubahan sikap Abraham. Ambara juga menghampiri kediaman milik Abraham tapi tidak ada seorangpun di sana.

"Ham, gue salah apa sama lo?" tanya Ambara frustasi yang membuat Abraham sekilas melihat wajah Ambara.

"Lo nggak salah, gue cuman butuh waktu aja buat sendiri," ujar Abraham tanpa melihat ke arah Ambara dia tidak tega melihat Ambara yang kini sedang menahan tangis.

"Tapi apa dua hari belum cukup?" tanya Ambara dengan nada lirihnya.

"Gue cuman butuh waktu Ambara lo denger nggak sih? Lo nurut kali ini aja sama ucapan gue, gue juga sering nurutin semua kemauan lo kok sejauh ini. Apa susah buat lo nurutin gue?!" bentak Abraham yang membuat Ambara tersentak kaget. Nadine yang melihat itu langsung menghampiri Ambara yang kini sudah terisak ditempatnya.

Abraham mengacak rambutnya frustasi, niat hati ingin membantu mencari Riyana kini dia malah bertengkar dengan Ambara. Dia tidak berniat membentak Ambara dia hanya lepas kendali.

About Time (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang