Hari sudah mulai gelap beberapa orang perlahan meninggalkan makam, menyisakan Pinkan dan teman temannya yang masih stay disana bersama Rahis serta keluarga.
Mereka sebenarnya ingin juga beranjak dari sana namun melihat Rahis yang terus merenung didepan makam Anara membuat siapapun merasa iba dan tak enak hati, apalagi Pinkan yang juga enggan untuk pulang.
Orang tua Anara yang terlihat sudah ikhlas atas kepergian Anak sulungnya sekarang berusaha membujuk Rahis untuk pulang, karena anak itu paling berduka dengan kematian kakaknya, ia masih terus menangis pilu, wajah merah serta bibir yang bergetar membuat yang melihatnya pasti ikut terbawa pilu.
"Bu, pak. Duluan aja pulang istirahat, biar nanti Rahis, saya sama Sakti yang antar" Pinkan mengelus bahu Ibunda Rahis pelan, entah mengapa Pinkan seperti ibu peri karena kebaikannya kepada keluarga itu, bahkan sahabat sahabatnya menatap tak percaya apa yang Pinkan lakukan terhadap Anara beserta keluarga. Siapa yang menyangka jika Pinkan sebaik ini?
Sakti mengerut ketika namanya disebut, kenapa cewek itu seenaknya berbicara seperti itu tanpa persetujuan darinya.
"Gaa Nak, kami terlalu banyak merepotkan,- ayo Rahis kita pulang kamu ingin merepotkan semuanya yang disini? Mereka rela disini nunggu kamu yang susah banget dibilangin untuk pulang" Rasanya Ibunda Anara kesabarannya sudah habis, hari sudah mau gelap tetapi dengan keras Rahis enggan untuk meninggalkan tempat ini. Ia menarik kasar Rahis agar bangkit membuat bocah cowok itu meronta tak terima.
"Bu, gapapa bu. Saya rasa ga kerepotan, biar Rahis sama saya aja, percaya sama saya bu pak!" Pinkan meraih tangan Rahis yang ditarik oleh ibunya hingga tangan ibunya pun lepas.
"Tapi-"
"Sudah bu, mungkin Rahis masih betah disini, ayo kita pulang.- Kami percaya kamu kok nak" Ayah Rahis pun merangkul istrinya untuk mengajak pergi dari sana, ibunya pun mendengus dan menatap kesal ke arah Rahis. Rahis yang melihat itu pun memalingkan wajahnya.
Setelah kedua paruh baya itu pergi, Rahis menghembuskan nafasnya. Ia menatap Pinkan dengan tersenyum.
"Pink, ayo pulang. Gila lo ya mau nunggu dia sampe kapan?" Ify bersuara, mulutnya dari tadi gatal ingin mengajak Pinkan pergi dari daerah pemakaman ini.
"Ga mungkin kan lo nunggu setan disini pada keluar?" Ucap Tya mendengus.
"Hush! nanti setan disini denger malah kesinggung" balas Farhan, membuat Tya dengan reflek menutup mulutnya.
"Iya sabar, eh Nurul sama Lulu kemana?" Pinkan baru menyadari pada saat menoleh kebelakang, hanya ada beberapa orang saja, bahkan cowoknya pun tersisa Sakti, Farhan dan si kembar.
"Udah ngibrit dari tadi, tuh bocah berdua kan anti dikuburan lama lama" saut Dhonny.
Pinkan mendengarnya mengangguk angguk, jika Dessy ia tahu mengapa cewek itu tak ada disini, dikarenakan ayahnya yang terus menelfonnya membuat Dessy pulang terlebih dulu , beda dengan kedua bocah itu yang ia tidak tahu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GIRLS
RandomCewek bersikap bar bar dengan khas rambut blondenya itu tiba tiba saja dipindahkan oleh orang tuanya hanya karena satu kesalahan, mereka memindahkannya ke negara Indonesia alasannya untuk memberinya pelajaran dan menjadikannya pribadi yang lebih bai...