Yuk yang lupa ceritanya baca dulu yang sebelumnya 😌🤙
Setelah istirahat tiga hari sewaktu pulang dari liburan pulau Sumba, akhirnya mereka kembali menjalani rutinitas seperti biasanya, yaitu bersekolah.
Kini si cewek tinggi dengan khas berambut blonde sudah berada di parkiran sekolah, dirinya hampir saja tak diperbolehkan masuk dikarenakan bel telah berbunyi tepat mobilnya sampai di depan gerbang yang ingin tertutup. Namun karena hanya telat beberapa detik ia masih diizinkan untuk masuk oleh satpamnya meski ia lolos dari jeratan hukuman para tim PKS, tatapan sinis mereka yang sedang berjejer di pekarangan sekolah masihlah diterima olehnya. Tapi Pinkan tak begitu peduli dan terus berjalan menuju kelasnya. Suara sindiran yang diberikan tim PKS dengan terang terangan itu pun tak membuat Pinkan tersulut atau semacamnya, ia tetap berjalan tegak berusaha menulikan pendengarannya.
Sampainya di dalam gedung langkahnya berhenti ketika ia berpapasan dengan Yolanda yang entah mengapa sengaja menghalangi jalannya, ia pun menghela nafasnya kasar jujur saja ia malas berinteraksi dengan seseorang untuk saat ini, dikarenakan tubuhnya tengah lemas tak bertenaga, rasa demam kemarin belum hilang hingga sekarang tetapi ia tetap memaksakan diri untuk sekolah karena tak ingin berlarut larut dengan kesakitannya.
Hembusan nafas Pinkan saja sudah terasa begitu hangat ketika keluar dari mulutnya, kemudian dilihat dari matanya yang tak secerah biasanya, ia pikir dirinya seperti ini karena terlalu stress memikirkan keluarganya, ditambah nafsu makannya berkurang jadi tak heran jika Pinkan sakit karena dia sendiri yang mengundang penyakitnya untuk bersemayam di tubuhnya.
"Enak banget ya apa apa dikasih toleransi, padahal jelas jelas lo telat. Berasa ini sekolah milik nenek moyang lo ya?" Yolanda berjalan maju agar semakin dekat dengan cewek di depannya, kemudian meneliti dari atas sampai bawah.
"Lo bayar satpam? Oh atau bayar sekolah? Tapi gak mungkin sih bayar sekolah, denger denger yayasan sekolah kita ganti lebih ketat dan disiplin, jadi mana sudi asal disogok, lagian gue masih gak percaya nyokap lo orang aussie"
Mendengar itu Pinkan memejamkan matanya, kepalanya semakin terasa berat mendengar ocehan pagi pagi dari cewek tersebut.
"Bukan karena lo pindahan dari sana nyokap lo beneran orang sana kan? Bisa aja nyokap lo jadi TKI terus lo sekalian sekolah di sana maybe dibayarin sama majikan nyokap lo?" Yolanda seolah dibutakan dengan pikiran pikiran denialnya. Ia masih mengelak saja padahal fakta ada di depan mata, seperti outfit atau sesuatu yang dipakainya banyak limited edition, akun milik lambe jaksel pun pernah memposting pakaiannya untuk di kupas berapa harga outfit yang ia pakai sehari hari, dari cara berbicaranya pun berbeda, dari rambutnya bahkan wajahnya begitu kental ala blasteran. Terlihat jelas bahwa Pinkan memang bukan kalangan biasa, tetapi ia tetap saja tak ingin mengakui itu semua.
"Whatever" saut Pinkan dengan malasnya, ucapannya itu benar benar omong kosong, dari mana teori itu datang? Ia bahkan kurang mengerti apa itu TKI.
Pinkan berjalan menerobos ke depan demi melanjutkan jalannya, tak peduli jika ia harus mendorong Yolanda untuk menyingkir darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD GIRLS
AléatoireCewek bersikap bar bar dengan khas rambut blondenya itu tiba tiba saja dipindahkan oleh orang tuanya hanya karena satu kesalahan, mereka memindahkannya ke negara Indonesia alasannya untuk memberinya pelajaran dan menjadikannya pribadi yang lebih bai...