Selamat membaca.
.
.
.
.
.👻[ New Version ]👻
.
.
.
.[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
"Caca keinget sesuatu, Tante." Caca duduk di atas ranjang Pita sambil menunduk sedih.
Saat ini Pita sedang tidak ada di rumah, membuat Caca dan Juliet mempunyai kesempatan untuk singgah di kamar gadis itu.
"Keinget apa?" tanya Juliet sambil menggaruk-garuk kepalanya. Sepertinya ia perlu shampoan.
"Caca keinget dulu. Waktu Bapaknya Caca mukulin Caca sampe babak belur. Caca udah nangis sampe minta ampun, tapi Bapak Caca masih tetep mukulin Caca."
Caca mengusap air matanya, lalu mendenguskan hidungnya yang tersumbat ingus pada baju Juliet.
"Terus Caca pura-pura mati. Dan di situ Bapak Caca nangis dan nyesalin perbuatannya. Caca yang nggak tega pun jadinya bangun dan langsung meluk Bapak. Karena Bapak tau Caca pura-pura mati, jadi Bapak mukulin Caca lagi sampe Caca mati beneran," lanjut Caca.
"Lo bilang nama emak lo Jin, kan? Berarti nggak salah lagi kalo bapak lo iblis, Ca," balas Juliet. Ia tak tega mendengar cerita tentang kematian Caca. "Nggak papa, Ca. Berhubung gue lagi baik, jadi hari ini gue bakal beliin lo es krim di Hantu Mall Story."
"Nggak perlu repot-repot, Tante. Tadi pagi Caca udah beli karena ada setan yang nangis-nangis minta es krim. Karena Caca baik, jadi Caca beliin dan makan es krim-nya di depan setan itu."
"Lo baiknya terlalu kurang ajar, Ca."
"Makasih, Tante."
"Jadi intinya lo mau es krim apa kagak?"
"Nggak perlu repot-repot, Tante. Caca mau."
𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢
Tuyul Jon dan Tuyul No menyembulkan kepalanya dari balik pohon. Saat ini ia sedang mengawasi Delima yang kebetulan mereka temui di jalan.
Delima menuju suatu tempat, yaitu rumah megah yang tidak diketahui kedua tuyul itu. Namun, Tuyul JonNo masih bisa melihat bahwa Delima hanya berdiri di sana, sembari mengawasi pergerakan kedua lelaki yang tengah duduk di teras rumah tersebut.
Kedua tuyul itu tahu bahwa salah satu dari mereka adalah lelaki yang kemarin baru saja mereka kerjai bersama hantu lainnya.
"Itu Primumi ngapain di situ?" tanya Tuyul No.
Kedua tuyul itu memang sepakat memanggil Delima dengan sebutan Primumi. Entah alasannya apa dan bagaimana mereka mendapat julukan itu, tidak ada yang tahu pasti jika bukan tuyul itu sendiri.
"Nggak tau. Mungkin Primumi kenal sama mereka, Bos," jawab Tuyul Jon. Tapi kemudian Tuyul Jon terkejut setelah matanya menangkap sesuatu. "Bos?..."
"Kok Primumi bawa pisau?" lanjutnya, merasa heran.
Dan Delima yang mendengarnya pun tersenyum lebar.
Ia tahu Tuyul Jon dan Tuyul No sudah lama bersembunyi serta mengawasinya. Ia juga dengar segala pembicaraan kedua tuyul itu tentang dirinya. Tetapi Delima memilih membiarkannya.
𖣴⵿⃜⃟᭢·· · · · ──────── · · · ·𖣴⵿⃜⃟᭢
"Lo mau ke sini?" tanya Pita lewat sambungan telepon yang terhubung dengan Ali di sebrang sana. "Ngapain?" lanjutnya.
"Mau nganter seblak sama es boba, nih. Tapi kalo lo-nya nggak mau yaudah gue makan sendiri," jawab Ali, terdengar enteng di telinga.
"Ck, bawa sini aja. Gue tunggu di rumah," balas Pita final sebelum mematikan sambungan telepon.
Pita mendudukkan diri di sofa, matanya kemudian mendongak melihat jam yang tergantung di dinding. Pukul setengah sembilan malam. Entah Ali tahu dari mana jika sekarang Pita memang ingin memakan sesuatu.
Lampu tiba-tiba mati tanpa disangka. Pita mengernyit di tengah kegelapan, sepertinya ia sudah membayar listrik tepat waktu, tetapi mengapa bisa mati seperti ini?
Pita mulai melangkahkan kakinya dengan terhati-hati, kedua tangannya terjulur ke atas untuk meraba sekitar, menjaga dirinya agar sewaktu-waktu tidak menabrak sesuatu.
Jantung Pita berpacu sangat cepat saat pintu rumahnya diketuk pelan dari luar. Apa itu Ali? Tetapi rasanya tidak mungkin. Karena Ali selalu berteriak saat mengetuk pintu rumahnya ketika datang. Namun ini, hanya suara ketukan saja yang terdengar.
"Udah deh nggak usah becanda! Gue tahu ini pasti ulah kalian, kan?!" tanya Pita, berpikir jika ini adalah kerjaan Juliet atau Caca and the geng.
Tak ada sahutan sama sekali.
"Pita?"
Sebuah panggilan terdengar jelas di sekitar Pita. Suara itu tentu bisa Pita kenali dengan sekali dengar.
"Lah, elo? Lo di mana? Kenapa lo ada di sini? Sejak kapan lo ada di rumah gue? Kapan lo masuk?"
"Sabar dong tanyanya. Satu-satu. Gue ada di belakang lo, nih. Barusan gue yang ngetuk pintu, karena gue pikir lo budeg, makanya gue nerobos masuk. Eh tau-tau mati lampu," jawab orang itu.
"Nggak sopan lo masuk sembarangan!"
"Ya emang," jawab orang itu, sebelum akhirnya terdengar suara goresan disusul Pita yang meringis.
Rupanya orang itu berhasil menggoreskan pisau lipatnya ke lengan kiri Pita meski di tengah kegelapan seperti ini.
"Tahan, nggak usah teriak. Nggak usah cepu ke siapa-siapa juga kalo lo mau hidup aman. Apalagi hidup ayah lo." Orang itu tersenyum miring.
"Sinting! Lo nggak kaya yang gue kenal," cerca Pita sambil sesekali meringis.
"Gue emang bukan orang yang lo kenal. Udah, ya? Gue ijin balik. Inget lho, lo harus tutup mulut. Lo juga harus bersikap biasa aja sama gue seolah nggak ada apa-apa setelah ini."
Pita mengepalkan tangannya. Air matanya yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk matanya pun mengalir. Pita paling takut soal hal beginian, apa lagi yang melakukannya adalah teman dia sendiri.
Pita mendengar derap langkah yang kian menjauh. Sepertinya orang itu berinisiatif pergi. Tetapi sebelum itu...
Bugh!
"GOBLOK LO! BERANI-BERANINYA LO NYENTUH PITA, YA?! GUE PANTEK MAU LO, HAHH?!"
Pita mengusap air matanya secara kasar. Ia tahu itu adalah suara Ali. Di sela teriakan itu juga ada beberapa bunyi pukulan yang terdengar bertubi-tubi. Ali memukul orang itu dengan membabi buta. Ia tak terima jika seandainya Pita kenapa-napa.
Namun sayang beribu sayang, orang itu berhasil menendang perut Ali hingga Ali terdorong ke belakang. Dan orang itu memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri dan keluar dari rumah.
Satu pertanyaan yang terlintas di kepala Ali saat ini adalah...
Siapa orang itu?
[][][][][][][][][][][][][][]
.
.
.
.
.
.Sampai jumpa diupdate-an selanjutnya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜𝗜 [𝗡𝗲𝘄 𝗩𝗲𝗿𝘀𝗶𝗼𝗻] ✔
Humor𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. [Cerita ini adalah cerita Indigo Keren dengan versi baru. Yang artinya cerita ini bisa berdiri sendiri tanpa dikaitkan dengan cerita Indigo Keren yang p...