24 : Guru BK

1K 355 65
                                    

Nggak kerasa bentar lagi mau tamat nih cerita.

.
.
.
.

Selamat membaca

.
.
.
.

👻 [ New Version ]👻

.
.
.
.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

"Udah SMA lho kita, Pak. Masa masih aja dikasih tugas buat percakapan bahasa Inggris? Apalagi Bapak nunjuk saya buat sekelompok sama Evan. Nggak rela saya, Pak."

Ali tak henti mendumel kesal pada Pak Jamal yang masih duduk anteng di bangku guru. Pak Jamal baru saja memberi tugas pada murid-muridnya untuk membuat percakapan bahasa Inggris yang terdiri dari dua orang dan maju di depan kelas.

Kebetulan Pak Jamal menunjuk Evan untuk sekelompok dengan Ali, tentu saja Ali bosan. Setiap kali ia punya tugas kelompok, ia sudah sering disatukan dengan Evan.

Sekali-kali, Ali ingin satu kelompok dengan Lee Minho.

Evan dan Ali kompak berdiri di depan papan tulis dan menghadap murid lainnya. Kedua lelaki itu saling tunjuk menunjuk menggunakan dagu mereka masing-masing, mengisyaratkan satu sama lain untuk menentukan siapa yang akan memulai duluan. Sampai pada akhirnya Evan yang mengalah.

"Cek-cek, ekhem." Evan mengetes sejenak suaranya.

"This is your pen?" Evan memulai percakapan bahasa Inggrisnya seraya menunjukkan pulpen di tangannya kepada Ali.

Ingin mengatakan tidak, takut kena semprot oleh Pak Jamal. Alhasil Ali menjawab, "Oh, yeah~" Seperti gaya rapper, pun dengan gerakan tubuhnya yang setengah joget.

"Thank you for borrowing it," ucap Evan seraya melempar pulpen tersebut yang refleks langsung ditangkap oleh Ali.

"You are welcome," jawab Ali.

"I'm fine."

Mendengar balasan dari Evan, Ali sontak mengedarkan pandangannya, memandang murid-murid lainnya dengan tatapan pilon.

"Gue bener, kan?" tanya Evan kemudian saat menyadari bahwa kini semua murid tengah terdiam termasuk Pak Jamal.

"Kamu tahu artinya 'you are welcome' tidak?" tanya Pak Jamal.

"Tau," jawab Evan. "Artinya bagaimana kabarmu kan, Pak?"

Wajah Pak Jamal berubah masam seketika.

"Sabar, Pak. Namanya juga Evan. Dia udah mengidap kebodohan epriwer, epridey, epritaim sejak kecil," celetuk Izroil dari bangkunya.

"Enak aja lo bilang gue bodoh! Gue ini nggak bodoh, cuma lupa aja. Dan kebetulan sekarang gue udah inget," protes Evan. Evan kemudian menatap Pak Jamal sambil tersenyum, seolah ingin dimaklumi.

"Udah buruan! Apa artinya?"

"Kamu keset."

Gelakkan tawa menggema di kelas tersebut. Hampir seluruh murid di kelas ini memang memiliki selera humor rendah. Ada yang kentut di saat kelas sedang hening-heningnya saja mereka tertawa, apalagi untuk saat ini.

Terkecuali Pita yang memiliki humor tinggi dan lebih memilih diam menatap tembok ketimbang dua kelompok absurd di depan kelas.

"Cukup-cukup sudah! Cukup sampai di sini saja!" seru Pak Jamal dengan menggunakan lirik lagu tanpa nada.

𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜𝗜 [𝗡𝗲𝘄 𝗩𝗲𝗿𝘀𝗶𝗼𝗻] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang