28 : Mencari Tahu

958 335 80
                                    

Pelakunya bentar lagi terungkap bakal terungkap

.
.
.
.

Selamat membaca

.
.
.
.

👻[ New Version ]👻

.
.
.
.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Izroil menatap Pita yang sedang berbaring tak berdaya di atas brankar melalui celah jendela yang tertutupi gorden. Tangannya mengepal melihat itu. Andai saja kemarin malam ia tidak hanya mementingkan perasaannya sendiri dan memilih untuk mengantar Pita pulang, mungkin kejadian seperti ini tidak akan menimpa gadis itu.

Izroil membalikkan tubuh dan langsung memukul Ali saat itu juga. Ali yang kebetulan belum siap alhasil limbung dengan mudahnya. Tangannya menyentuh sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah sambil sesekali meringis.

Belum sempat Izroil melayangkan kembali pukulan pada Ali, beruntungnya Evan lebih dulu muncul dan segera berlari menahan Izroil.

"Gila lo? Ini rumah sakit. Kalau mau main tinju-tinjuan ya sono di tempat tinju jangan di sini!" Evan mendorong Izroil mundur dan kemudian membantu Ali bangkit dengan susah payah.

Napas Izroil terdengar memburu. Sorot matanya memancarkan tatapan tak suka saat Evan membantu Ali.

"Kenapa lo belain dia, anjing?! Lo nggak tau apa kalo Pita hampir mati karena dia?! Dia yang jelas-jelas udah buat Pita begini!" Izroil menunjuk Ali dengan amarah yang menggebu. Iris matanya menyiratkan kesedihan sekaligus amarah. "Gue nggak bakal marah, gue nggak bakal ninju dia ... kalo aja dia nggak buat Pita begini."

Tatapan Izroil tidak beralih sedetik pun dari Ali. Kakinya perlahan melangkah maju, mendekati lelaki itu yang hanya diam di tempatnya seraya menatapnya sendu. Jelas, Ali juga terluka. Apalagi saat ia harus menerima segala tuduhan yang orang lemparkan padanya, tanpa orang lain tahu jika Ali sendiri turut menyalahkan dirinya sendiri meski itu terjadi di luar kesadarannya dan di luar kemauannya.

"Apa lo berniat bunuh Pita, Li?" tanya Izroil di langkah pertamanya. "Kenapa lo harus ngelakuin hal itu di saat Pita baru aja ngungkapin perasaan dia yang udah lama suka sama lo?" Tepat saat kalimatnya berhenti, langkah Izroil pun berhenti tepat selangkah di hadapan Ali.

Ali yang sempat menunduk sejenak kembali mengangkat wajahnya. Hatinya berdebar tak karuan mendengar penuturan yang tak disangka-sangka sebelumnya. Iris matanya kini memerah dan berkaca-kaca.

"Mungkin kedengarannya lucu kali, ya? Pita suka sama lo, tapi dia ngungkapinnya ke gue bukan ke lo. Pita bilang begitu tepat sehabis gue ngungkapin perasaan gue ke dia." Lelaki itu terkekeh miris setelahnya.

Bibir Ali terkantup rapat, diam beribu bahasa. Ia bahagia mengetahui hal itu. Namun, kesedihan turut mendominasi emosi di dalam benaknya. Mengapa ia baru mengetahuinya di saat kondisi Pita sedang seperti ini?

Mengapa Pita tidak jujur padanya sedari dulu?

Dan mengapa Pita memutuskan hubungan mereka jika sebenernya Pita juga menyukai Ali?

Banyak hal yang sekarang ingin Ali tanyakan pada Pita.

Sebuah tepukan mendarat di bahu Ali. Evan yang melakukanya. Ia hanya tidak ingin Ali terus menerus merasa bersalah sekaligus bersedih, makanya ia mencoba menyalurkan rasa sabar untuknya secara naluri.

𝗜𝗻𝗱𝗶𝗴𝗼 𝗞𝗲𝗿𝗲𝗻 : 𝗜𝗜 [𝗡𝗲𝘄 𝗩𝗲𝗿𝘀𝗶𝗼𝗻] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang