"Growth Construction Bangkit, CEO " Ancang-Ancang" Jalin Kerjasama dengan Developer Ternama Indonesia."
Satu judul berita yang memenuhi layar seluler itu nampak jelas terbaca dalam pandangan. Kesenggangan waktu di kantor saat ini menggiring niat gue untuk iseng mencari tahu lebih tentang perusahaan tempat kerja Bang Jenderal sekitar dua tahun yang lalu, yang kini sedang hangat diperbincangkan media. Diri ini landas bersandar pada sebuah kursi biru beroda kecil, ditemani suhu ruangan 22° celcius yang cukup nyaman. Telunjuk jari kanan tak hentinya menggeser ke atas pada suatu portal media daring.
Satu berita selesai dibaca, gue meneruskannya dengan berpindah pada judul lainnya. Gue juga memperhatikan berita ini yang terkesan di-framing. Isi beritanya tersusun amat rapi bak skenario film serta bersih bagai pakaian tanpa noda. Termasuk dari media gue sendiri, NewsdayTV.
Jemari kanan gue kini berganti mengetuk meja pelan. Suaranya terdengar lirih sehingga tak mengganggu kru lain yang sedang bekerja. Pikiran gue telah larut tenggelam memikirkan asal usul kasus yang "katanya" memang berawal dari ulah seseorang yang sengaja ingin mengambil alih secara paksa perusahaan tersebut.
Kata Bang Jeko, perusahaan konstruksi terbesar yang dikenal telah menembus pasar global itu dahulunya pernah memiliki sebuah proyek hunian apartemen kelas menengah. Namun saat proses pembangunan berlangsung, tiba-tiba perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 20 tahun tersebut dinyatakan bangkrut karena tersandung kasus sengketa lahan dan tuduhan korupsi yang dilakukan oleh direktur utama. Kabarnya sebelum kasus ini mencuat, NewsdayTV sempat melakukan kerja sama bisnis dalam rangka pemberian fasilitas tambahan berupa hunian untuk semua karyawannya.
Padahal jika tak tersandung kasus, mungkin Growth Construction sekarang terus semakin melambung namanya. Dan tentu saja semua karyawan NewsdayTV bakal menikmati rasanya tinggal di apartemen yang disebut seharga 400 juta perunitnya, termasuk gue.
----------
Kemarin, Hari Jenguk Bang Yayan.
"Bang Jen, gue mau nanya dah." panggil gue pada lelaki jangkung berkacamata lebar.
Dirinya tengah bersandar di sofa hitam milik rumah sakit tempat Bang Yayan dirawat. Kalau gue sih duduk berlesehan di atas karpet kepunyaan Bang Sandi, dia sengaja bawa agar tamu yang menjenguk bisa lebih santai jika ingin duduk ataupun tiduran di bawah. Sambil memegang HP yang entah apa yang sedang dilakukannya, Bang Jen menoleh ke arah gue yang berada di bawahnya persis. Mengambil segelas air putih kemasan yang kebetulan kami bawa untuk tamunya Bang Yayan.
"Apaan?" Sahutnya bernada malas setelah menyedot minumnya.
"Lo dulu sempet kerja di Growth...? Eh iya bukan sih itu namanya?"
"Growth Construction?"
Menjentikkan jari di depan wajahnya, "NAH! Tepat sekali! 100 untuk anda!" kemudian bertepuk tangan menatap wajah datarnya. Merasa dirinya sedang tak bisa diajak bercanda, gue menghentikan aksi jenaka tak lucu ini dengan berdiam sejenak.
"Ehm. Serius gue sekarang, Bang. Gue mau nanya sesuatu."
"Kenapa? Lo ada urusan sama dia?"
"Gak ada sih tapi...."
Bukan Dewantara Wiryawan namanya jika setiap sudut memliki celah tak dimanfaatkannya sebaik mungkin. Bang Jen yang sebagai mantan karyawan mendengarkan keanehan serta kejanggalan yang gue rasakan akhir-akhir ini terhadap perusahaan itu. Rautnya jadi ikut serius selama gue panjang lebar berbicara. Jarang-jarang kami bisa seserius ini membahas sesuatu secara tatap muka berdua. Karena selalu terbiasa dengan saling bercanda di setiap obrolan, rasanya agak sedikit kikuk mengingat kami sendiri sudah lama tidak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] INVESTIGATE YOU - The Announcers Series ✔
Ficción GeneralPada awalnya Dewantara Wiryawan (Wawan) menganggap peserta populer di pelatihan jurnalistik bernama Nimas Gheafinka (Nimas) itu seperti biasa saja layaknya perempuan lain pada umumnya. Namun saat didapati informasi secara dasar melalui teman-temanny...