25. Manusia Kuat

97 19 7
                                    

Euforia kembalinya gue kerja gak cuma ramai disambut di kantor aja, tapi di pos juga melakukan hal yang sama. Kedatangan gue ke polres menimbulkan reaksi heboh dan gembira dari teman-teman media lain. Solidaritas mereka di sini semuanya terjalin erat banget. Mereka menyiapkan bingkisan kayak parcel mini yang berisi aneka camilan untuk diberikan ke gue. Ah, lagi-lagi gue terharu untuk kedua kalinya. Mereka sempat bilang kalo pas lagi gak ada gue di sini, suasana pos terasa banget sepinya. Soalnya gak ada orang yang lebih semangat 45 kalo lagi jelasin berita gosip selain gue. Hadeh.

Nimas yang baru pertama kali datang ke pos gak merasakan gugup berlebih. Justru dia ketemu sama beberapa teman lamanya yang kebetulan satu angkatan di KAJ. Pada dasarnya orang-orang yang ada di sini juga ikutan jadi anggotanya KAJ. Makanya gak heran kalau mereka semua senang bersimpati melihat kembalinya gue ke pos. Dan gue juga gak perlu khawatirin Nimas gak betah, dia dengan cepat bisa langsung menyesuaikan diri selama di sini.

Sebelum kami berangkat ke pos, gue menyempatkan diri untuk setor muka ke pemred, Bang Levan dan Bang Jeko. Mereka yang sebelumnya amat berjasa atas diberikannya jatah cuti gue. Inilah kenapa gue kadang amat berterima kasih sama NewsdayTV. Jiwa kemanusiaannya mereka amat dijunjung tinggi. Mereka gak segan untuk kasih anak buahnya fasilitas berupa kenyamanan supaya pada betah dan makin semangat kerja di sini.

Gue dan Nimas lagi sibuk menyusun informasi yang baru kami dapat setelah dari lapangan. Polisi baru aja habis menangkap anak muda berusia 15-19 tahun yang lagi pesta miras di daerah K. Diduga karena mabuk berat, satu orang diantaranya nggak sengaja terkena pukulan tinju pada bagian perut dengan maksud bercanda. Nahasnya, korban mengadu ke salah satu temannya yang diketahui adalah ketua geng atau preman senior di sana. Jadinya mereka saling adu pukul antar kelompok hingga berujung kekerasan.

"Lo berarti tiap hari megang berita isinya rata-rata ginian semua dong, Wan?" Nimas geleng-geleng kepala setelah membaca keseluruhan isi berita yang tahapnya mendekati 100% jadi.

Bibir gue tersungging disertai anggukan kepala, "Jangan sok-sokan kaget, Nim. Ini baru permulaan aja."

Sekilas ia menyugarkan rambut pendek cokelatnya, keresahan yang dialaminya bagi gue wajar. Karena gak semua reporter cewek mau mengambil rubrik ini, bahkan Nimas yang udah berada di sini aja tetap bisa tercengang dengan jobdesk barunya.

"Berarti apa yang gue kerjain di PN selama ini masih gak kena dampak apa-apa ya ketimbang di sini?"

"Hmm, enggak jugalah. Kan gak tiap hari gue liputan begini terus, Nim. Kalau iya mah, gue bisa-bisa mabok stres juga dong!" seru gue menyanggah opininya.

"Gue salut sama elo, sama Arina juga." pujinya memberi sebuah acungan jempol.

"Lo jadi sekarang kapok ngikut gue di sini?"

Ia menggeleng cepat, "Enggaklah! Malah kayaknya lebih seru aja, Wan. Kita kerja udah macam detektif aja, ngikutin polisi mulu kemana-mana."

Tak sengaja gue menoyor pundaknya dalam posisi lemah, hingga dirinya malah tersungkur ke lantai. Padahal tenaga gue gak gede-gede amat, loh.

"Sorry, Nim. Gue gak bermaksud-"

"IHHHH! Gue lagi gak ngapa-ngapain juga malah didorong. Awas aja lo ye, Wan."

"Lagian perumpamaan lo jauh banget! Detektif apaan, kalo iya mah gak mungkin kerjaan kita gini-gini doang."

"Tapi kan kita detektif berita, lo gimana sih, Wan?"

Gue membisu saat mendengar gurauan kakunya. Ingin tertawa tapi emang gak ada esensi lucunya sama sekali. Nimas refleks memanyunkan bibir karena merasa dipermalukan.

"Tapi emang gak lucu, Nim! Haha. Jangan marah, dong!"

"Kampret lo, Wan!" Diiringi tatapan sungutnya.

[4] INVESTIGATE YOU - The Announcers Series ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang