Gue terpaku diam duduk di bilik meja kerja. Arina udah balik lagi ke mejanya untuk lanjutin kerjaan. Gue masih gak habis pikir, Nimas yang waktu malam itu di acara pameran KAJ ditanya mbak-mbak soal info tentang GC ia cuma membisu, sekarang namanya muncul disebut di headline news menyangkut GC.
Apakah ini sebuah kebetulan, atau memang disengaja?
Gue sedang mencicipi menu baru Kalas, ayam geprek sambal ijo. Cuaca gak begitu bersahabat hari ini, terlihat mendung dengan tanda warna langit yang kelabu. Diiringi musik pop kekinian yang temanya mengusung lagu galau, gue sendiri menunggu kedatangan seseorang yang katanya lima menit lagi sampai sini. Suasananya gak begitu ramai, selain karena belum jam istirahat, juga ini demi menuruti teman gue yang kekeuh banget minta ketemu jam 11 siang. Masih ada sekitar 11 jam lagi waktu luang yang gue punya sebelum masuk jam kerja nanti malam.
"Udah lama?" spontan ia bertanya pada gue yang melahap satu suapan nasi. Gue melongo padanya dengan penampilan sederhana, hanya mengenakan kaos putih berlengan pendek dan celana tanggung berwarna khaki.
"Bangke! Lo gak ada menu lain apa yang dibeli selain sambel ijo?" umpatnya saat membuka kacamata hitamnya berbentuk bulat. Kemudian arah kedua maniknya meliriki piring gue, datang-datang udah bikin kericuhan aja nih orang.
Angga yang hari ini baru datang dari Tiongkok langsung terduduk di seberang, dengan gak sopannya ia merebut botol air mineral gue yang masih utuh tanpa izin lalu meminumnya hingga setengah botol—ya kan namanya juga temen, suka gak tau diri—Ia baru aja pulang dari kegiatan liputan berkeliling negeri bambu buat bikin dokumenter. Kabar barunya sekarang Angga udah gak bertugas di rubrik olahraga lagi, melainkan ia dipindah ke rubrik entertaiment & lifestyle, fokusnya lebih ke traveling.
Irigasi?
Maksud gue, 'Iri gak, sih?'
"Kenapa sih? Udah lo sono pesen dulu!" Suruh gue sambil menyantap ayam yang dibalut bumbu krispi serta tak lupa sambal ijo. Gue akui, dari segi rasa emang gak kalah enak sama yang dijual warung tenda pinggir jalan. Bahkan boleh nambah nasi sesuka hati, ini nih yang paling gue suka ketika makan di sini. Selain boleh refil nasi, juga boleh refil minuman air putih dan teh. Makin makmur aja deh orang-orang kalau yang sedang kelaparan, pasti bakal sering datang ke sini.
Balik lagi ke Angga, sekarang dia udah kembali duduk dengan membawa tiga piring berisi nasi dan dua piring fuyunghai. Kacamatanya yang tak pernah terlepas darinya kini hinggap di kepala, dengan penuh gaya ia menikmati santapan siang tersebut terlalu lahap.
Gue udah biasa dengan pemandangan ini, yang gak biasa itu pas Angga sering gak habisin makanannya. Ibarat gue sanggup makan secukupnya, sedangkan dia sanggup makan sepuasnya. Gue kesel aja sama orang yang udah ngambil banyak, eh malah gak dihabisin. Sama aja buang-buang rezeki.
Padahal perawakannya Angga juga gak besar-besar banget, tapi dasar makannya aja yang emang banyak. Udah gitu dia juga langsung ambil tiga gelas berisi es teh, biar gak bolak-balik katanya. Oh iya, tadi Angga sebenarnya gak sendirian datang ke sini, ada lagi satu temannya yang juga satu angkatan JDP bareng gue, namanya Jun. Dia juga satu tim bareng Angga di traveling, dan sekarang orangnya masih order ke kasir.
Kapan ya rubrik gue bisa jalan-jalan juga kayak mereka? Ah, bisa keliling Jakarta tiap kali liputan aja gue udah bersyukur.
"Gimana, Wan? Lo udah ketemu Nimas lagi belom?"
Gue menggeleng, "Hari ini orangnya libur. Gue tadi udah nanya anak liputan pagi."
"Bang Jeko gak ngomong apa-apa gitu ke elo?" tanyanya lanjut. Mengingat Angga ini juga termasuk teman dekat gue, otomatis dia udah tahu soal berita GC yang dibawa Nimas kemarin. Jun yang datang membawa nampan berisi satu mangkuk soto betawi dan nasi langsung menimbrung, "Ya kali, Ga. Kalo Bang Jeko bakal cerita ke Wawan. Kalo iya, pasti Wawan juga maulah dikasih asupan berita kayak gitu. Malah kayaknya bakalan mohon-mohon, tuh, dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] INVESTIGATE YOU - The Announcers Series ✔
Ficțiune generalăPada awalnya Dewantara Wiryawan (Wawan) menganggap peserta populer di pelatihan jurnalistik bernama Nimas Gheafinka (Nimas) itu seperti biasa saja layaknya perempuan lain pada umumnya. Namun saat didapati informasi secara dasar melalui teman-temanny...