Belum selesai gue mencari tahu soal mantan perusahaannya Bang Jenderal. Kedua tangan terasa pegal karena sejak dua jam yang lalu terus mengapitkan sebuah alat komunikasi pintar. Gue memutuskan untuk rehat sejenak, berkeinginan keluar ruangan membawa kartu cashless yang selalu terpampang dibalik kartu identitas. Diusapnya kompak merapikan kemeja yang sedikit terlipat, mengenakan alas kaki sneakers yang tak perlu diikat talinya-karena kebesaran saat membeli-gue melangkah santai ke arah pintu yang kebetulan sedang dalam keadaan terbuka.
Tanpa disengaja, ketika gue berjalan melewati depan ruang meeting, sudut mata kanan melirik sepintas karena terdapat objek bayangan manusia yang nampak tertembus kaca sedang berdiri di sana. Mengundang atensi gue untuk menolehkan arah kepala mengikuti gerik bola mata. Tirai jendela bermodel horizontal blind yang dalam keadaan tak tertutup menampilkan patah-patah sosoknya di antara sela-sela slat. Tak dapat dikenali karena sedang membelakangi, gue iseng meraih knop pintu yang tidak terkunci lalu masuk ke dalamnya.
Rupanya, ada Nimas sedang berdiri di sana, dengan mudah gue dapat mengenali dari cepolan rambutnya yang selalu tertata rapi di kepala. Ditambah gaya berkacak pinggangnya di tangan kanan, tubuhnya tegap berjenjang berkat sepatu boots heels-nya yang nampak tinggi beberapa inchi.
Situasi ini mengingatkan gue pada kejadian persis setahun yang lalu. Yang di mana gue tak sengaja menyelinap masuk ke ruangan ini ketika ia sedang sibuk menelpon seseorang. Namun kali ini gue sedikit lebih cermat dengan tidak menimbulkan suara yang memicu kejutan. Dirinya yang masih belum sadar sedang diperhatikan dari jarak kurang lebih tiga meter tetap fokus berbicara serius pada seseorang melalui telepon genggamnya, menghadap ke jendela luar. Niat gue yang ingin mengunjungi kantin kini justru berakhir pada rencana lain, menantikan momen wanita itu merampungi urusannya.
"...Iya, ini gue lagi usahain ke mereka untuk gak bantu up beritanya lagi sama-Loh? Bang Wan?" dia menutup teleponnya begitu berbalik, obrolannya terputus seperti benang layangan. Persis seperti adegan yang pernah ditampilkan sebelumnya. Sesaat timbul mimik terbelalak diiringi tarikan napas dari dadanya lantaran shock akibat kepergok. Tak lama kemudian dia kembali mengatur ekspresinya seperti semula.
Berdiri dengan melipat kedua tangan di dada, menyilangkan sebelah kaki bersandar pada dinding, gue menyunggingkan sudut bibir padanya. "Udah dari tadi?" tanyanya lagi.
"Enggak juga. Kebetulan lewat aja, Nim. Trus ngeliat elo lagi di sini. Lo gak ke lapangan?"
"Ah... Gue udah balik, Bang. Abang gue barusan nelpon, di luar berisik banget. Jadinya gue lari ke sini, sepi. Hehe." terlihat senyum tipisnya mengembang, gue sadar jika dia sedang mengusahakan untuk menyembunyikan sesuatu seolah tak terjadi apa-apa.
"Lo kenapa, Nim? Ada masalah kah?" gue mulai menerobos pada intinya tanpa ada itikad berbasa-basi. Langkah gue selanjutnya meraih salah satu kursi yang tersusun rapi berjejer di antara sederet sisi baris kiri meja. Tanpa perlu diaba-aba, Nimas pun mengikuti gerik gue lalu berakhir duduk bersebelahan.
Yang ditanya terkesiap, "Hah? Oh... Gak ada apa-apa, sih. Biasa, Abang gue suka mendadak posesif sama adik sendiri. Padahal gue udah selalu bilang ke dia buat gak usah khawatirin gue. Hadeh."
"Bukan gara-gara perkara yang lain?"
Menggeleng kilat, "Nggak."
"Lo gak ke Polres, Bang?" Nimas mengarahkan pada topik yang lain.
"Hari ini evaluasi dulu, Nim. Lagi nunggu Bang Jeko, nih. Mbak Lena emang gak ngasih tahu elo?"
"Oh iya! Pantesan tadi Mbak Lena ngajakin buru-buru balik ke sini. Kok gue bisa pikun gini, sih?" Gestur tangan kanannya mengusap kencang kening hingga memerah. Gelak tawa besar gue riuh menggema satu ruangan, berkatnya mampu membuyarkan keheningan yang teramat mencekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] INVESTIGATE YOU - The Announcers Series ✔
General FictionPada awalnya Dewantara Wiryawan (Wawan) menganggap peserta populer di pelatihan jurnalistik bernama Nimas Gheafinka (Nimas) itu seperti biasa saja layaknya perempuan lain pada umumnya. Namun saat didapati informasi secara dasar melalui teman-temanny...