"Seokjin hyung!"
Seokjin menoleh, dan dia melihat Yeonjun yang berada di depan pintu masuk rumah sakit. Seokjin membenarkan Pakaiannya, lalu berjalan ke tempat Yeonjun berdiri.
"Gimana kabar Taehyun?" tanya Seokjin.
Yeonjun menghela nafas, "Soal itu, dia keadaannya mulai membaik. Tapi, sampai saat ini dia belum sadar juga."
Seokjin mengangguk paham, lalu dia memegang bahu Yeonjun, "Hei, teruslah berdoa oke. Berdoa supaya dia cepat sadar." Yeonjun mengangguk. "Aku selalu mendoakan dia, hyung."
"Oh ya, boleh aku menjenguknya?"
Yeonjun mengangguk, lalu dia berjalan menuju ke ruangan Taehyun, disusul Seokjin di belakangnya.
•••••
"ASTAGA, TAEHYUNG!!!"
Jimin yang melihat Taehyung tergeletak di depan rumahnya, langsung berlari melihat kondisinya.
"Astaga! Taehyung! Kenapa kau jadi begini?!!" Jimin langsung mengeluarkan handphonenya, lalu menghubungi Namjoon.
"Hallo, Jimin."
"Hyung! Cepat pulang! Taehyung pingsan dan, dia terluka!!"
"Apa??! Baiklah, hyung akan segera pulang."
Jimin menutup telfon secara pihak, lalu mengangkat Taehyung dan membawanya ke dalam rumah.
"Astaga, Taehyung!"
Jimin menoleh, dan dia melihat Lee hyun yang sedang menyiapkan makan malam.
"Hyung! Tolong Jimin!" Lee hyun mengangguk, dengan cepat dia meletakan nampan di meja, lalu membantu Jimin untuk membawa Taehyung ke kamar.
"Aku akan hubungin dokter. Kau tunggu sini ya." Jimin mengangguk, lalu Lee hyun mengambil handphonenya, dan dengan cepat menghubungi sang dokter.
•••••
Hueningkai mengejap matanya. Lalu dia melihat sekelilingnya.
Gelap.
Itulah yang dia lihat.
Hueningkai heran, kenapa dia berada di tempat gelap seperti ini? Hueningkai berjalan, sembari melihat sekelilingnya terus.
Sampai dia melihat dua orang yang terikat disebuah kursi kayu. Hueningkai menyipit matanya, sembari maju tiga langkah.
Seketika Hueningkai membulat bola matanya, sembari menutup kedua mulutnya dengan tangan.
Bagaimana tidak? Dia melihat kedua hyungnya itu terikat dikursi dengan jejeran darah dimana-mana.
Barusan Hueningkai ingin membuka ikatannya. Tiba-tiba, datanglah seseorang yang memakai penutup wajahnya, dan dia juga membawa sebuah cambuk.
Hueningkai seketika langsung mundur beberapa langkah, lalu dia terduduk dipojokkan sembari menutup kedua telinganya.
Dan dia bisa mendengar apa yang di ucapkan dua hyungnya itu.
"Dasar Brengsek!!"
"Tidak ku sangka! Kau yang melakukan semua ini!!"
Hueningkai melihat orang itu tertawa, lalu dia mengangkat cambuk itu, dan..
SPLAT!
SPLAT!
SPLAT!
Hueningkai menangis. Dia menangis, sembari mempererat menutup telinganya dengan tangannya. Walau begitu, dia masih bisa mendengar. Mendengar teriakkan kedua hyungnya itu.
ARGH!
ARGH!
"TIDAKK!!"
Seketika Hueningkai melihat sekelilingnya, dan dia baru sadar kalau dia kini berada di rumah sakit.
Apa itu hanya mimpi?
Hueningkai kini menatap Taehyun yang masih menutup matanya. Lalu dia melihat sekeliling, dan dia baru menyadari ada hal yang kurang.
Eh, kemana Yeonjun hyung?
Seketika Hueningkai mulai panik. Dia langsung berlari keluar dan membuka pintu kamar rawat.
Namun, saat dia membuka pintu. Terdapat Seokjin dan Yeonjun yang sepertinya ingin membuka pintu kamar rawat.
Tanpa pikir panjang, Hueningkai langsung memeluk mereka berdua, dan menangis. Seokjin dan Yeonjun panik, lalu mereka sama-sama mengusap punggung Hueningkai.
"Hyuka? Kau kenapa menangis? Apa ada sesuatu?" tanya Yeonjun yang masih dilandang kepanikan.
Hueningkai melepas pelukan itu, lalu melihat keadaan Yeonjun, dan juga Seokjin.
Dan itu membuat mereka berdua tambah kebingungnan."Hueningkai, ada apa?" kali ini, Seokjin bertanya ke Hueningkai dengan lembut.
"A-apa kalian tidak apa-apa?"
Yeonjun dan Seokjin mengenyit kening, tambah bingung lagi.
"Aku sama Seokjin hyung nggak apa-apa Hyuka." jawab Yeonjun dengan seadanya. Hueningkai menghela nafas lega, lalu kembali menangis.
"Hei, kenapa kau menangis lagi? Ada apa, hm?" Tanya Seokjin, sembari memegang kedua bahu Hueningkai.
"T-tadi... Hiks... Aku melihat... Dua h-hyung d-disiksa, hyung. Hiks, a-aku takut itu a-akan terjadi s-suatu saat n-nanti. Hiks."
Seokjin dan Yeonjun saling menatap. Lalu, Yeonjun dengan segera memeluk Hueningkai. "Hei, Itu hanya mimpi, okey? Jadi jangan khawatir dan jangan menangis lagi okey? Semuanya akan baik-baik saja." ucap Yeonjun mencoba untuk menenagkan Hueningkai.
Kring... Kring...
Seokjin yang merasa ada yang bergetar, mencari sesuatu di celananya. Dan ternyata Handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk.
"Namjoon-shii"
Dia memencet tombol hijau, lalu meletakkan di telinganya.
"Hallo?"
"....."
"Apa?! Baiklah, aku akan pulang sekarang."
"....."
Tut.
Yeonjun menatap Seokjin heran, "Hyung? Kenapa wajahmu murung? Apa ada terjadi sesuatu?" tanyanya yang masih setia menghelus punggung Hueningkai.
Seokjin menatap Yeonjun, "Sepertinya aku harus pulang lebih dulu."
"Lho, ada apa hyung?"
"Taehyung terluka."
"Apa?!"
Tbc.
Mimpi Hueningkai, itu adalah spoiler disuatu saat nanti okeh:")
Soal siapa pelakunya, itu akhir. Nggak bakal aku spoiler, anggap aja masih teka teki:")Oh ya, aku mengucapkan.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang sedang menjalankan^^Dan aku mau bilang, aku bakal balik lagi dibulai mei ya^^
Sekalian up doble Love Destiny dan Teror!Oke, see you guys!
Jangan lupa Vote and Comment!!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror | Bighit Family✓
Mystery / Thriller"Selamat menikmati teror dari ku, xixixi". #9 in Soobin [170721]