Teror - 6

667 97 13
                                    

"Gimana keadaan adik saya?" tanya Yeonjun kepada dokter yang baru saja keluar dari ruangan Taehyun.

"Dia sudah siuman, dan kondisinya mulai membaik. Tapi, sepertinya dia akan merasakan nyeri di punggungnya untuk beberapa hari kemudian." jawab sang dokter.

Yeonjun dan Hueningkai merasa lega, karna Taehyun sudah sadar pada akhirnya.

"Apa kita boleh masuk?" tanya Hueningkai.

Sang dokter itu mengangguk, "Tentu saja, silahkan. Lagipula, pasien juga ingin bertemu dengan kalian."

Mereka berdua segera membungkuk badannya, "Terima kasih, dok."

Sang dokter mengangguk, lalu pergi dari hadapan mereka berdua.

Mereka dengan cepat masuk ke ruang Taehyun. Dan terdapat Taehyun yang sedang memegang hidungnya.

Hueningkai yang sendari tadi menahan air matanya, kini dia mulai terisak. Kemudian dia langsung lari menuju ke ranjang Taehyun dan memeluk tangan yang tidak diberi infus.

"Yak!!! Taehyun akhirnya kau sadar jugaa, hiks..." ucapnya sambil terisak menangis.

Taehyun masih kebingungan, kini mengelus kepala Hueningkai. "Aku nggak apa-apa. Tenang okey." lalu pandangannya kini kearah Yeonjun yang sedang menatapnya.

"Gimana keadaanmu sekarang?" tanyanya.

Taehyun menghela nafas, "Aku merasa pusing, hyung." Yeonjun tersenyum, "Itu wajar, karna kau terus tidur. Nanti juga pusingmu hilang."

Taehyun hanya mengangguk, lalu tiba-tiba dia teriak. "Yak!! Hueningkai! Jangan peperkan ingusmu di tanganku!!" dan Taehyun langsung menarik tangannya.

Yang dipanggil mendongak, menatap Taehyun. Lalu menyengir yang masih disertai dengan isakannya.

Yeonjun tertawa kecil, dia rindu suasana ramai. Seperti sekarang ini, Taehyun langsung meneriakin Hueningkai.

Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu di ruangan Taehyun. Yeonjun langsung berjalan dan membuka pintu itu. Dan ternyata, ada Seokjin dan Namjoon yang sepertinya ingin menjenguk Taehyun.

"Eoh, Seokjin hyung, Namjoon hyung. Sihlakan masuk, hyung." ucapnya.

Seokjin dan Namjoon segera masuk ke ruangan Taehyun. Dan mereka berdua melihat Taehyun sedang sedang tertawa karna mungkin ulah Hueningkai.

"Annyeong Taehyun, Hueningkai." sapa Namjoon.

Mereka berdua menoleh, "Eh ada Seokjin hyung, sama Namjoon hyung. Annyeong hyung!" ucapnya secara bersamaan.

"Taehyun, gimana keadaan kamu." tanya Seokjin.

"Aku merasa lebih baik, hyung."

Seokjin mengangguk. Lalu dia berjalan, dam sekarang dia berada di samping ranjang Taehyun. Tepatnya di samping Hueningkai.

"Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, boleh?" tanya Seokjin dengan serius.

Taehyun mengangguk ragu, "Hyung... Mau nanya apa?"

"Kau tahu, siapa pelaku yang sudah menusukmu?"

Taehyun seketika mematung. Lalu, menatap Hueningkai yang sama dengannya.

Mematung dan terdiam.

•••••

"Akhirnya, bisa pulang juga!!" teriak Soobin sembari memainkan kunci mobilnya.

Dia masuk kedalam mobilnya, lalu memakai sabuk pengamannya.

Saat dia ingin menyalakan mobilnya, tiba-tiba sebuah amplop terletak di samping kursi Soobin.

Soobin mengkerutkan keningnya, kenapa bisa ada surat di mobilnya? Padahal dia tidak ada amplop sama sekali.

Karna penasaran, Soobin mengambil amplop itu. Dia menyelidiki amplop itu, dan negatif—tidak ada nama atau alamat apapun di amplop itu. Hanya kosong.

Soobin membuka amplop itu, dan disana terdapat ada surat yang dilipat tiga.

Dia dengan ragu mengambil kertas itu, lalu membukanya. Dan terdapat tulisan yang membuat dia kebingungan.

—41329KNCN—

"Hah? Apaan ini? Yang bikin surat ini nggak tahu apa, kalau gue nggak terlalu pinter ama beginian." celetuk Soobin.

Namun seketika, Soobin langsung terdiam dan merinding.

Karna dia baru menyadari, kalau tulisan itu tidak menggunakan pensil atau pena.

Melainkan darah.

Soobin dengan cepat melipat kembali kertas itu, lalu memasukkan kembali ke amplop itu dan meletakkannya kembali di kursi samping dengan kasar.

"Gimana ini? Apa aku kasih tahu ke Namjoon hyung aja?"

Soobin mengacak rambutnya, dia bener-bener frustasi sekarang.

Dengan cepat, Soobin menyalakan mobilnya, kemudian dia menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya.

•••••

"Aku nggak tahu hyung. Soalnya dia pakai penutup wajah gitu, dan juga dia pakai jubah hitam gitu." jelas Taehyun yang dianggukin oleh Hueningkai.

Seokjin mengangguk mengerti, lalu melipat kedua tangannya di dada. "Makin kesini, makin bahaya."

Namjoon menoleh, "Maksud hyung?"

"Semenjak kejadian Jungkook itu, semuanya berantakan. Semuanya jadi korban teror itu."

Namjoon mengangguk ngerti, bahkan Yeonjun dan adiknya ikut mengangguk.

"Mau bagaimana pun, semuanya harus lebih waspada. Kita nggak akan tahu, teror itu bisa saja datang secara tiba-tiba." ucap Seokjin dengan tegas.

Semuanya ikut mengangguk.

Tok! Tok! Tok!

"Biar aku saja yang membukanya." ucap Yeonjun. Lalu dia berjalan menuju ke pintu rawat, lalu membuka pintu itu dan terdapat Soobin yang kelihatan lelah.

"Soobin?"

Soobin langsung masuk, dan dia melihat Namjoon di samping Seokjin. Soobin menyengir, dan langsung menghampiri Namjoon.

"Hyung!"

Namjoon menatapnya, "Kenapa? Seperti kau ada masalah saja." ucapnya.

Soobin mengambil amplop di kantongnya, lalu menyerahkannya kepada Namjoon. "Hyung! Hyung harus lihat surat ini. Aku yakin ini pasti surat dari di peneror itu. Aku sempet membacanya, dan itu membuatku pusing hyung. Hyung kan pandai teka-teki sama teori, jadi aku serahkan ini kepada hyung." ucap panjang lebar Soobin, lalu dia menyengir.

Namjoon mengambil amplop itu dari tangan Soobin. Kemudian dia membuka, dan..

—41329KNCN—

Namjoon mengkerut kening, "Apa ini?"

Seokjin yang penasaran, langsung ikut melihat isi kertas itu. Diikuti oleh Yeonjun dan juga Hueningkai.

"Baiklah, nanti aku akan pikirkan teka-teki ini. Soobin, aku bawa dulu kertas ini." ucap Namjoon. Soobin mengangguk, lalu dia melihat Taehyun yang sedang memainkan jarinya.

"Lho, udah bangun toh?" tanya Soobin.

Taehyun menatap Soobin bingung, "Lho, kau tidak menyadarinya, eoh?"

Soobin mengusap rambutnya, lalu seisi ruangan langsung tertawa.




















Namun, disaat mereka sedang tertawa. Seseorang kini sedang mengawasinya di balik pintu ruang rawat Taehyun.

Seseorang yang mengenakan jubah hitam itu, tersenyum miring.

"Tertawalah selagi kalian bisa. Suatu saat nanti, kesenangan kalian akan menjadi suatu keburukan yang tidak akan pernah terlupakan oleh kalian."


TBC.

Serangannya chapter berikutnya~
Soal teka-teki itu, aku gk pandai :) jadi mungkin itu bisa ditebak oleh kalian~

Okeh, see you~
Jangan lupa vote and comment!!!

Teror | Bighit Family✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang