🧶Kisah Keenam

26.2K 2.8K 265
                                    

"Kamu harus menikahi Haechan."

Mark langsung mengeratkan jemarinya keras hingga memerah, ia gertakan giginya untuk menahan amarahnya yang siap melonjak keluar.

"Apa ayah bercanda?"

"Nikahi Haechan, atau ayah sendiri yang akan menjebloskanmu ke penjara karena telah memperkosa Haechan sampai dua kali."

"Jaehyun!" ucap Taeyong yang langsung menerobos masuk ke dalam ruang kerja pribadi milik suaminya, untuk pertama kalinya Taeyong memanggil suaminya menggunakan nama.

"Jangan gila! Apa kau ingin memenjarakan Mark hanya demi anak sialan itu?! Anak yang tiba-tiba datang dan mengaku-ngaku hamil! Ayolah, kau sudah tertipu olehnya, sadarlah Jaehyun!" ucap Taeyong penuh amarah, dia tidak menerima jika sang anak sulung menikahi seorang yang tidak jelas, bahkan yang sudah menipu keluarganya sekarang.

"Cukup Taeyong! Apa kau ingin membesarkan seorang anak yang brengsek seperti dia! Lihatlah! Kau lihat sendiri bahwa dia sedang menjamah tubuh Haechan barusan, jangan berpura-pura buta!" ucap Jaehyun tegas membuat nyali Taeyong langsung menciut, jika seperti ini tidak akan ada lagi yang dapat menolak perintah dari Jaehyun, dan kini ia alihkan tatapannya pada sang anak sulung.

"Bertanggung jawab atas perbuatan bejatmu, atau malam ini juga kau tidur di dalam penjara. Kau tahu jika ayah tidak pernah bermain-main dengan ucapan ayah, dan satu lagi. Ayah tidak pernah mengajarimu untuk merusak kehidupan orang, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab."

Mark bungkam, dia tidak bisa menjawab kata-kata dari sang ayah. Harusnya dia tidak mabuk berat. Harusnya dia tidak menerima tawaran Lucas untuk menemaniku minum-minum, dirinya hanya sedang kesal karena Mina menunda acara lamaran mereka. Ia kira membiarkan Mina mengambil keputusan sepihak itu adalah hal yang bagus, namun nyatanya itu semua menguras isi pikiran dan emosinya. Dan sekarang? Mungkin mempersunting Mina hanya akan menjadi angan-angannya saja.

"Ayah berikan kamu waktu berfikir sampai besok sore, menikah atau penjara." putus akhir Jaehyun.

"Apa?" Mark terdiam, ia semakin pening. Kenapa ayahnya memberikannya waktu yang sangat singkat, ini tidak bisa.

"Ayah___kenapa kau tega sekali membuat Mark menikahi pembantu itu?" ucap Taeyong melembut berharap Jaehyun akan luluh.

"Berarti mommy rela melihat Mark dipenjara."

"Kau terlalu kejam."

Jaehyun tidak menggubris protesan dari istrinya. Dia hanya menatap Mark yang kini sedang berfikir dengan keras.

"Ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi pengecut. Ayah tahu kamu laki-laki yang bertanggung jawab. Jangan pernah buat ayah kecewa lagi."

DEG

Perkataan dari Jaehyun begitu menohok hati Mark, mengecewakan hati orang tuanya bukanlah salah satu keinginannya.

Mark diam, dia lebih memilih untuk keluar dari ruang kerja ayahnya. Dia perlu berfikir jernih, keputusan ini menyangkut masa depannya, dia tidak ingin gegabah untuk menikahi Haechan yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

Mark memukul stir mobil miliknya kuat, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi guna melepaskan pikiran yang kini menghujani kepalanya. Tidak, dia sedang memikirkan pernikahan itu, tapi dia sedang memikirkan perasaan Mina. Kekasihnya.

Setelah berkeliling kota tanpa tujuan, Mark memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi ia menekankan laju mobilnya ketika melihat gereja kecil yang berada tidak jauh dari rumahnya, Mark jadi berfikir. Dia sudah jarang sekali mengunjungi rumah tuhan. Pada akhirnya, ia memarkirkan mobilnya di halaman depan gereja. Dengan langkah gontai, ia masuk ke dalam gereja. Suasana sangat sepi, mungkin karena ini sudah malam. Tapi suasana ini membuat hati Mark sedikit tenang.

Ia mendudukkan dirinya pada bangku yang paling depan, dia menunduk dalam. Seharusnya dia tidak kesini pikirnya. Dia datang dalam keadaan kotor dan masih berbau alkohol, tapi kakinya membawa ia melangkah kemari.

Mark diam.

Ia mengambil nafas dalam untuk meminta pertolongan pada-Nya. Semoga saja doa nya ini dapat didengarkan, setidaknya untuk membuat Mark meyakinkan dirinya mengambil keputusan yang tepat.

"Tuhan, aku adalah makhluk mu yang berdosa. Sebenarnya aku malu untuk menghadap-Mu, setelah sekian lama aku datang lagi ke rumah milikmu. Tapi. Jika bisa, dapatkan kau beri aku petunjuk untuk diriku ini? Kali ini aku benar-benar akan pasrahkan semuanya pada-Mu."

Mark kembali membuang nafasnya, ia bersandar pada sandaran bangku yang sedang dia duduki. Ia tidak ingin cepat-cepat pulang, entah kenapa suasana sejuk dan damai yang ia rasakan kini membuat dia ingin berlama-lama. Ia kini bergelut dengan pikiran dan perasaannya. Mencari jalan keluar dari permasalahan yang kini dia hadapi.

"Haruskah aku jujur?" tanya Mark pada ruang hampa yang ia tempati sekarang.

Lama ia berfikir, tidak terasa sekarang sudah hampir tengah malam. Lebih baik Mark pulang ke rumahnya, ia sudah yakin dengan pilihnya. Ia lebih memilih untuk dipenjara daripada harus mengkhianati sang kekasih. Ia tidak habis pikir.

Mark mengeratkan jaket yang dia kenakan siap untuk berdiri dan melangkah keluar gereja. Tapi niat itu dia urungkan ketika mendengar suara tangisan di belakangnya.

"Haechan__" ucap seseorang yang sangat dia kenali suaranya. Bibi Bongcha, dan ia tidak sendirian, ia bersama Haechan sekarang.

"Tuhan__hiks. Tidak cukupkah kau memberikan ujian ini padaku? Tidak cukupkah ayahku tidak menginginkan diriku menjadi anaknya?" ucap Haechan dengan sesenggukan karena sudah sedari tadi ia menangis.

"Aku hanya menginginkan ayah dari bayiku ini mengakui perbuatannya dan meminta maaf pada bayiku. Tidak seharusnya dia melakukan hal keji jika ia tidak menginginkan kehadirannya. Aku akan dengan ikhlas menerima keberadaannya, aku hanya ingin dia mengetahui ayahnya saja itu sudah cukup, aku tidak ingin dia hidup sengsara sama sepertiku. Tapi. Aku yakin dengan semua rencana-Mu. Kali ini aku benar-benar akan pasrahkan semuanya pada-Mu. Tugasku hanya untuk bersabar dan kuat."

Dada Mark tiba-tiba terasa sesak seperti dihimpit oleh bebatuan yang sangat besar. Sudut hatinya terasa nyeri, dirinya seperti tertampar akan kata-kata yang keluar dari mulut Haechan, ia kembali memandang ke atas langit-langit gereja.

"Haruskah?"

enjoy for readingsalam _dwaekki🐻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

enjoy for reading
salam _dwaekki🐻

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang