HAECHAN merasa seluruh tubuhnya seperti remuk di setiap ujungnya, pergelangan tangannya memerah akibat ikatan kain yang terlalu kuat. Hatinya kembali merasakan sakit, sakit mendapatkan perlakuan seperti itu lagi dari Mark. Bahkan matanya sudah lelah untuk menangis, atau mungkin sekarang matanya terlihat sangat bengkak, maka dari itu sekarang dia akan mengompresnya dengan air hangat agar tidak terlalu bengkak.
"Haechan kenapa bangun pagi sekali?"
PRANGG
Seorang menyentuh bahunya pelan membuat ia terkejut dan menjatuhkan mangkuk yang berisikan air hangat yang ingin digunakannya.
"Astaga Haechan!" orang itu berteriak dan langsung menarik pelan tubuh Haechan agar tidak terkena pecahan yang berserakan di atas lantai.
"J-Jeno?" ucapnya takut-takut saat ia lihat Jeno berlutut untuk mengambil pecahan itu. Tidak seharusnya dia bertemu Jeno sekarang.
"Maaf Haechan, apa aku mengagetkan___mu?" Jeno memelankan suaranya, bahkan kali ini Haechan yang membuat dirinya terkejut. Terkejut dengan kondisi wajah Haechan lebih tepatnya. Dia langsung bangun dan memegang kedua pundak Haechan, ia telisik setiap inci tubuh dari Haechan. "Siapa yang melakukannya?" lanjutnya dengan terus menatap wajah Haechan, bahkan ia melirik ke arah leher dan pergelangan tangan mungil itu.
Nafasnya mulai memburu, emosinya tiba-tiba saja sudah sampai di ubun-ubun. Bagaimana tidak. Siapa yang tidak marah melihat kondisi Haechan sekarang ini, pipi memerah dengan sedikit lebam, sudut bibir yang terluka, serta kedua mata bengkak itu bahkan masih berkaca-kaca.
"Jangan katakan jika ini perbuatan Mark hyung?"
"Jeno___" Haechan menyentuh pelan lengan Jeno yang masih memeganginya, mencoba untuk meredamkan amarah Jeno yang sepertinya siap meledak. Ia tahu apa yang akan Jeno perbuatan setelah ini.
"Apa yang dilakukannya padamu tadi malam? Katakan padaku? Katakan semuanya." Jeno mengangkat tangan kanannya dan disentuhnya ujung bibir Haechan yang terluka.
"Sshhh___" Haechan tidak sengaja meringis karena luka itu masih terasa perih belum ia obati.
"Bajingan kau Mark." hilang sudah kesabaran Jeno, dia sudah memanggil Mark tanpa embel-embel hyung, itu menandakan Jeno sudah diambang batas kesabaran. Ia melepaskan tangannya dari pundak dan wajah Haechan. Ia berbalik dan langsung melangkah cepat menuju lantai dua. Kemana lagi, jika bukan ke kamar Mark.
"Jeno apa yang akan kau lakukan?!" Haechan berusaha menyusul dan menghentikan Jeno yang sudah menampakkan kemarahan di wajahnya.
"Tentu saja untuk memberikan si keparat itu pelajaran."
"Jeno sudah tidak usah. Ini akan memperburuk keadaan, tadi malam Mark hyung hanya tidak sadar. Aku tidak mau jika kau dan Mark berkelahi hanya karena aku. Kumohon." Haechan meraih salah satu pergelangan Jeno namun dengan cepat Jeno melepaskannya.
"Tidak akan, kali ini dia benar-benar sudah keterlaluan. Aku tidak akan membiarkan."
BRAKKK
Jeno menendang pintu kamar Mark dengan kasar membuat pintu itu terbanting dan menabrak tembok. Mark yang mendengar suara kegaduhan langsung saja bangun dengan kepala yang masih terasa sedikit sakit. Sayup-sayup dia melihat di dekat pintu Jeno tengah berdiri dengan kedua kepalan tangan yang berada di kedua sisi tubuhnya.
"Ada apa? Kenapa kau membuat kegaduhan pagi-pagi seperti ini?" tanyanya dengan kedua kaki sudah menyentuh lantai kamar dan kepala yang dia gelengkan untuk membuat kesadarannya terkumpul.
"Dasar bajingan, kau bisa bersikap santai seperti itu setelah apa yang kau perbuat?!" Jeno berjalan masuk ke dalam kamar, tanpa ada aba-aba Jeno menarik tubuh Mark hingga berdiri dan langsung dilayangkan satu pukulan tepat mengenai rahang kanan Mark.
![](https://img.wattpad.com/cover/263644619-288-k160568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[06][pt. 1] Beautiful Pain
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠️⚠️