🧶Kisah Keduapuluh empat

25.8K 2.7K 200
                                    

DARI pukul lima lebih sepuluh menit Haechan sudah sadarkan diri dan dia sudah diberikan izin untuk pulang ke rumah oleh dokter. Kini dirinya dan tiga putra keluarga Jung sedang berada di ruang tunggu bagian administrasi untuk mengurus pembayaran yang harus dilakukan oleh Mark. Sedangkan Jeno dengan setianya terus saja menopang tubuh Haechan takut-takut tubuh itu akan terjatuh karena masih terasa lemah. Walaupun beberapa kali Haechan menolaknya, tapi Jeno tetap bersikukuh untuk melakukannya, Jeno tidak ingin mengambil resiko.

"Sudah, sekarang tinggal menebus obatnya saja di apotek rumah sakit." ucap Mark yang kini sudah berdiri di hadapan ketiga orang yang duduk di kursi lobi ruang administrasi.

"Ya sudah tebus saja, bukankah hyung membawa uang. Kalau begitu kunci mobil?" tanya Jeno dengan ketus, ia mengangkat satu tangannya sebagai isyarat untuk Mark agar memberikannya kunci mobil.

"Tunggu aku sebentar. Kenapa harus buru-buru?"

"Kami akan menunggu di dalam mobil saja, kau tidak lihat Haechan sedang kelelahan, kau tinggal pergi sendirian hyung, itu tidak terlalu jauh. Tenang saja, kami tidak akan meninggalkanmu hyung. Bukankah kau yang memiliki hobi meninggalkan seseorang sendirian, kau tidak perlu khawatir, lagipula Haechan sudah bersamaku dan Sungchan. Tapi aku yakin, kau tidak akan khawatir sama sekali." sindir Jeno dengan masih mengangkat tangannya.

Mark mengerenyit, ia pejamkan matanya beberapa detik untuk menahan emosinya yang hampir saja terpancing. Mark harus mengingat mereka masih berada di tempat umum, ia tidak ingin ditegur lagi oleh pihak rumah sakit.

"Gunakan saja mobilmu. Biar aku pulang sendiri saja."

"Aku tidak membawanya, aku diantar oleh pak Choi saat datang kemari. Cepatlah hyung jangan banyak bicara. Apa susahnya kau memberikanku kunci mobil."

Mark membuang nafas kasar. Akhirnya ia rogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil miliknya lalu diserahkan pada Jeno, sebenarnya ia tidak mau. Jujur, ia mengkhawatirkan kondisi Haechan setelah apa yang dilakukannya, yakni pergi meninggalkannya untuk bertemu dengan Mina. Dan ucapan Jeno dia benarkan, tapi hanya sebagian. Jadi, lebih baik dia mengalah. Sudah cukup ia dan sang adik membuat keributan di rumah sakit.

"Ini." ucap Mark singkat lalu melenggang pergi dari tiga orang yang sudah berdiri untuk bersiap-siap pergi ke area parkir.

Mark sudah menebus obat yang diperlukan oleh Haechan di apotek, dan sekarang ia tinggal pergi ke area parkir rumah sakit, lebih tepatnya pergi ke mobilnya. Tubuhnya benar-benar terasa lelah, mungkin setelah ini dia ingin beristirahat saja di rumah. Tapi, saat ia masuk ke dalam mobilnya yang tidak terkunci, rasa kantuknya tiba-tiba saja menghilang ketika melihat Jeno yang tertidur di kursi penumpang bagian belakang. Dengan Haechan yang tertidur bersender pada pundaknya.

BLAMM

Mark menutup pintu mobil cukup keras membuat Sungchan yang berada di kursi penumpang depan terperanjat karena terkejut.

"Hyung! Kau mengagetkanku, aku baru saja memejamkan mata." Sungchan menggerutu dengan kembali memposisikan tubuhnya untuk kembali memejamkan mata.

Mark tidak menjawab karena dia lebih berfokus pada kaca spion yang berada di dalam mobil. Dari kaca kecil itu dia dapan melihat betapa nyamannya Haechan yang tertidur di pundak Jeno dengan tangan kanan yang digenggam oleh sang adik.

"Hyung kenapa diam saja? Astaga aku ingin cepat-cepat kembali ke rumah. Aku ingin bertemu dengan kasurku." ucapnya kembali.

"Aku tahu, dasar cerewet." Mark memutar kuncinya untuk menyalakan mesin mobil.

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang