🧶Kisah Kelima belas

26.4K 2.9K 241
                                    

KEADAAN Taeyong semakin parah, ternyata stroke ringan yang dideritanya kini mulai menyerang sebagai tubuh sebelah kirinya sehingga tidak bisa digerakkan. Oleh karena itu Taeyong harus dirawat di rumah sakit. Dan ini sudah hari kelima dia dirawat.

Dengan telaten Haechan mengelap lengan dan kaki Taeyong menggunakan air hangat, sudah jadwal Taeyong setelah diperiksa dokter tubuhnya akan langsung dibersihkan oleh Haechan. Ya, selama di rumah sakit Haechan lah yang lebih sering menjaganya.

SRAKKK

Suara pintu terdengar bergeser bergeser, dan ternyata Mark yang baru saja datang. Haechan melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan angka enam dan lebih tujuh belas menit. Memang sudah waktunya Mark pulang dari kantor, jas yang ditentengnya ia taruh di atas sofa panjang yang disediakan di kamar pasien. Tubuhnya yang lelah ia baringkan di atas sofa dengan kepala yang disenderkan.

"Hyung angkat kakimu." ucap Haechan yang sudah duduk berjongkok di bawah sofa.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya penuh keheranan.

Tanpa menjawab, Haechan dengan perlahan melepaskan kedua kaus kaki milik Mark dan dia letakkan di atas lantai terlebih dahulu. Hal yang dilakukan setelahnya adalah menggulung celana kain Mark hingga bawah lututnya, kemudian dia angkat wajahnya untuk menghadap ke arah Mark yang menunduk untuk melihatnya.

 Hal yang dilakukan setelahnya adalah menggulung celana kain Mark hingga bawah lututnya, kemudian dia angkat wajahnya untuk menghadap ke arah Mark yang menunduk untuk melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark sedikit tertegun kembali, saat melihat wajah lelah milik Haechan namun tidak ada kata pernah Mark dengar sedikit pun kata mengeluh yang keluar dari mulut Haechan langsung. Rasa bersalah kini menghantui dirinya seketika mengingat kejadian lima hari yang lalu, namun karena ego dan kebenciannya terhadap Haechan. Ia mencoba menepis perasaan itu.

"Hyung pasti lelah." Mark untuk kedua kalinya dibuat terkejut kembali oleh perlakuan Haechan pada dirinya, kali ini Haechan tengah membersihkan kakinya dengan sedikit memijitnya membuat rasa rileks dan nyaman bisa dirasakan oleh Mark.

"Setelah ini hyung lebih baik mandi. Sepertinya bibi Bongcha dan Jeno akan segera datang, saat mereka berdua datang hyung bisa pulang ke rumah."

"Hmmm___" hanya itu yang diucapkan oleh Mark. "Sudah cukup, aku ingin mandi. Aku sangat lelah." Mark mengambil handuk kecil yang berada di tangan Haechan, dengan cepat ia lap kakinya hingga kering dan segera pergi ke kamar mandi yang berada di dalam ruangan ini. Ada perasaan aneh yang dirasakan oleh Mark kala ia hanya berdua dengan Haechan, sekali lagi Mark dengan rasa ego dan gengsinya yang tinggi mencoba serta menyangkal perasaan itu. Yang mungkin sudah ada sejak jauh hari.

Saat keluar dari kamar mandi, dia dengan tatapan sendu menatap ke arah Taeyong yang masih saja menutup matanya. Mungkin mommy perlu waktu untuk beristirahat dalam waktu yang lama. Dia benar-benar khawatir. Langkah kakinya ia bawa ke arah sofa untuk mengambil jas miliknya, karena dia rasakan cuacanya cukuo dingin.

TUK

Langkahnya terhenti.

Di atas sofa, dilihatnya Haechan yang sedang tertidur pulas dengan tangan kanan berada di atas perut buncitnya yang semakin jelas terlihat dan satu tangan lagi bergelantung dengan bebas. Haechan tidak menyadari posisi tidurnya yang mungkin terasa tidak nyaman. Haechan terlalu lelah.

"Hehhh___merepotkan."

Perlahan Mark mendekat ke arah sofa, menatap sebentar ke arah Haechan yang benar-benar lelap dalam tidurnya. Mark mengambil tasnya yang berada di atas sofa kemudian ia pindahkan, kaki Haechan yang ditekuk pelan-pelan ia luruskan agar Haechan lebih merasa nyaman. Tangan yang bergelantungan ia naikkan juga. Hanya itu.

Tapi.

"Ck__kau benar-benar merepotkan Lee Haechan" Mark membungkuk dan seketika menyelipkan tangan kirinya di bawah kepala Haechan dan satu tangannya lagi memegangi pipi Haechan untuk di letakkannya posisi kepala Haechan pada kepala sofa agar lebih nyaman tentunya. Bukannya melepaskan tangannya, Mark malah diam pada posisinya dan kini tengah memandangi wajah Haechan yang terlihat damai.

Setiap incinya Mark perhatikan, bulu mata yang lentik itu. Kelopak mata yang terlihat sangat lelah akibat aktivitas yang sudah dilakukannya seharian, pipi chubby yang tidak tertutup oleh make up apapun memperlihatkan tahi lalat Haechan yang berbaris dengan indah. Dan jangan lupakan bibir berwarna merah muda itu.

"Cantik dan Indah." ucapnya pelan, ia tidak tahu ternyata Haechan benar-benar cantik jika dilihat lebih seksama. Bahkan cantiknya melebihi sang kekasih Mina. Tentang Mina, Mark sedikit melupakannya, semenjak Mina berada di Jepang, nomor telepon sang kekasih tidak pernah berhasil ia hubungi. Mungkin karena Mina sangat sibuk dengan pemotretannya.

CUP

Entah dorongan dari mana Mark dengan beraninya mencium kening Haechan dengan pelan, hanya sebuah kecupan ringan.

SRAKKK

Pintu ruangan terbuka.

Dengan cepat Mark melepaskan kedua tangannya, berdiri dengan tegak seolah-olah dia sedang merapikan pakaiannya, dia berharap hal yang baru saja dia lakukan terhadap Haechan tidak sempat dilihat oleh orang yang baru saja membuka pintu.

"Tuan?" ucapnya, dan ternyata itu adalah bibi Bongcha dan Jeno yang baru saja datang.

"Hyung? Kapan kau datang?" tanyanya pada Mark kemudian melirik ke arah sofa.

"Sudah sejak tadi, sekarang giliranmu untuk berjaga. Dan satu lagi, kau urus laki-laki ini. Dia sangat merepotkan. Tolong jaga mommy mu dengan baik. Aku tidak ingin kejadian terkahir kali terulang lagi."

Jeno memutar matanya malas.

"Aku tahu hyung, lebih baik kau segera pulang. Kau membuatku susah untuk bernafas. Sepertinya kita memang tidak cocok satu sama lain."

"Jaga ucapanmu Jeno! Aku ini hyungmu!"

Jeno masuk ke dalam ruangan dengan menyenggol bahu Mark dengan sengaja.

"Sekarang pulanglah." ucapnya dengan nada datar, dari dalam paper bag yang dibawanya dikeluarkannya sebuah selimut kecil untuk satu orang, dan langsung saja ia gunakan pada Haechan.

Dengan keheranan Jeno kembali melihat sang kakak yang terus saja berdiri di belakang dirinya.

"Apa lagi? Pulanglah. Bukankah kau ingin pulang cepat?" ucapnya lagi pada Mark.

Mark tersenyum kecil. Wajahnya sedikit mengeras. Dengan hati yang dongkol ia mengambil tas dan jas nya yang dia pindahan tadi. Ia beranjak pergi dari sana.

SRAKKK__

Sebelum keluar dari ruangan Mark sempat melirik ke arah Haechan dan Jeno.

"Bangsat." ucapnya pelan dengan tangan yang meremat tali tasnya kuat.

Dia dapat melihat dengan jelas bahwa kini Jeno dengan santainya mencium kening Haechan yang masih tertidur.

Dia dapat melihat dengan jelas bahwa kini Jeno dengan santainya mencium kening Haechan yang masih tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

enjoy for reading
salam _dwaekki🐻

Seneng liat teaser image nya Haechan jadi double up malam ini ʕ´• ᴥ•̥'ʔ

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang