JENO mendudukkan dirinya di sofa ruang inap sang mommy yang kini masih dirawat di rumah sakit. Keadaan Taeyong masih belum stabil sehingga masih memerlukan perawatan dan kontrol dari dokter. Dia tidak sendirian, disamping dirinya ada Haechan yang kini tengah melipat beberapa pakaian kotor milik Taeyong ke dalam tas yang akan Jeno bawa pulang untuk dicuci oleh bibi Bongcha.
"Haechan? Maaf sebelumnya. Tapi jika kita sedang berdua seperti ini, aku tidak akan memanggilmu dengan embel-embel hyung." ucapnya yang kini tengah memperhatikan setiap gerakan tangan Haechan yang cekatan.
"Tidak apa, kita juga seumuran bukan? Senyaman dirimu saja Jeno. Aku tidak pernah mempermasalahkannya"
"Kau tidak lelah?" tanya Jeno yang kini menumpu pipi kanannya menggunakan tangan miliknya, dengan tetap menghadap ke arah Haechan.
"Tidak, aku sama sekali tidak lelah. Kenapa?"
"Kau tahu bukan itu maksudku? Maksudku itu sesuatu hal yang berbeda."
Haechan tersenyum lalu menggeleng.
"Tidak sama sekali, bayiku yang membuatku kuat dan bertahan. Aku hanya ingin mendapatkan kebenaran, dan aku yakin tuhan akan menunjukkannya padaku. Satu lagi." Haechan menutup tas yang sudah berisi pakaian kotor itu kemudian memandang ke arah Jeno hingga kini mereka berdua saling bertatapan.
"Apa?" tanya Jeno kembali.
"Kau Jeno. Terimakasih telah membuatku bertahan. Secara tidak langsung kau sudah memberikanku dorongan dan kekuatan juga."
Jeno tertegun untuk seketika, ia memandang tepat ke arah kedua mata Haechan, dan tidak ada kebohongan maupun keraguan di sana. Karena dirinya? Apa dirinya tidak salah dengar? Atau dirinya hanya bermimpi?
"Jeno." panggil Taeyong yang kini sudah bangun dari tidurnya membuat Jeno dan Haechan menghentikan pembicaraannya.
"Mommy?" Jeno seketika berdiri dan langsung menghampiri Taeyong yang baru saja terbangun.
"Baru datang?"
Jeno menggeleng.
"Sudah dari tadi mom, sekarang mau pulang. Sekalian membawa pakaian kotor mommy, aku juga ada jam kuliah siang ini. Mommy butuh sesuatu?"
Taeyong menggeleng lemah.
"Tidak, pulanglah. Bukankah kau juga ada jadwal? Mommy tidak memerlukan apa-apa, mommy hanya merasa lelah."
"Benarkah? Kalau begitu aku pulang dulu. Jangan lupa sekarang mommy makan dan minum obat kemudian lanjutkan tidur mommy." Jeno merapikan sedikit rambut Taeyong yang menjuntai berantakan kemudian berlalu pergi dari sana, ia mengambil tas yang sudah disiapkan oleh Haechan.
"Ow ya, kau juga Haechan. Jika yang aku ingat, hari ini adalah hari terakhir vitaminmu habis bukan? Aku sudah membelikan yang baru." Jeno meletakkan botol kecil yang sama persis dengan botol yang diberikannya terkahir kali pada Haechan.
"Kau mengingatnya? Aku baru saja ingin ke apotek. Vitamin itu sangat bagus, seharusnya kau tidak perlu repot-repot Jeno."
"Tidak apa, ingat. Jangan terlalu lelah. Aku pergi dulu, jika sempat nanti aku akan kembali kesini." setelah memberikan vitamin itu pada Haechan, Jeno benar-benar pergi dari dalam ruangan meninggalkan Haechan dan Taeyong tentunya.
Haechan melirik ke arah jam dinding di dalam ruangan, dan ternyata sudah waktunya untuk sang mertua menyantap makanan yang disediakan rumah sakit serta meminum obat seperti biasa. Dengan perlahan Haechan mengambil nampan yang dibawanya menuju nakas kecil dekat tempat tidur mertua nya.
"Nyonya makan dulu ya?" ucap Haechan pelan mengangkat mangkuk yang hanya berisikan bubur nasi yang terlihat sangat lembek.
"Hehhhh___aku bisa sendiri. Dan satu lagi, jangan panggil aku nyonya lagi, terakhir kali Jaehyun mendengarnya dia memarahiku habis-habisan."
![](https://img.wattpad.com/cover/263644619-288-k160568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[06][pt. 1] Beautiful Pain
Fanfic[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠️⚠️