SUDAH hampir tengah malam dan Haechan masih saja melamun menatap ke luar jendela menatap tetesan hujan yang turun serta tetesan yang menempel di kaca jendela kamar, hingga sebuah mobil hitam memasuki pekarangan rumah membuat lamunannya terhenti seketika, dan Haechan tahu siapa pemilik dari mobil tersebut.
Dengan segera Haechan berjalan mendekati tas besar miliknya yang sudah diisi dengan pakaiannya yang berada di dalam lemari, ia sudah memikirkannya sedari pagi. Jika dirinya yang membuat Mark tidak betah tinggal di rumah, maka dia akan kembali ke kamarnya semual, di kamar pembantu lebih tepatnya. Untuk alasan yang akan dia katakan pada mertuanya Jaehyun, biar dia pikirkan nanti saja. Haechan berjalan menuju pintu hendak membukanya, namun pintu itu lebih dulu dibuka dari luar.
"Kau?" tanya Mark dengan sorot mata tidak bisa diartikan, ia memandang ke arah tas yang dibawa oleh Haechan. "Apa itu?" tanya Mark lagi.
"E-mmm ini? Pakaianku hyung, aku akan pindah dari kamar ini. Bukankah itu yang menyebabkan hyung tidak pernah pulang ke rumah?" jawabannya dengan nada pelan.
Mark menghela nafas panjang, ia memijat pelipisnya. Haechan membuat pikirannya semakin bertambah.
"Sudah cukup, jangan membuat drama lagi." jawab Mark singkat, dia paham dengan yang ada dipikiran Haechan, dia pasti ingin pindah ke kamar bawah. Lebih tepatnya di kamar pembantu yang sedari awal dia tempati. Dan jika itu terjadi, maka akan ada drama baru lagi yang akan terjadi di rumah ini. Sudah cukup pikir Mark, dia tidak ingin ada keributan lagi.
Mark mengambil tas yang berada di tangan Haechan kemudian mendorong tubuh itu kembali masuk ke dalam kamar, tidak lupa Mark menutup pintu kamar.
"Cukup sudah ada masalah yang kau buat lagi Haechan, di rumah ini sudah banyak masalah. Jangan kau tambah lagi." ucapnya dingin penuh penekanan dan suara yang dikencangkan, dia yakin semuanya sudah tidur. Jadi tidak akan ada yang mendengarnya.
"Terus hyung bagaimana? Jika aku terus di sini, hyung tidak akan pulang ke rumah bukan? A-ayah selalu menanyakanmu hyung." Haechan tidak tega jika Mark harus bolak-balik ke apartemen dan ke rumah hanya untuk mengganti keperluannya, dan sang ayah mertua selalu menanyakan Mark padanya.
"Kalau begitu aku akan tinggal di sini." ucap Mark santai.
"Maksud hyung?"
"Tentu saja aku akan tidur di kamar ini. Bersamamu. Sudah paham? Sekarang lebih baik kamu menbuatkanku makanan, aku lapar." Mark berjalan mendekati lemari pakaian sambil membuka dasi miliknya dan mulai membuka kancing kemejanya. Melihat itu, dengan cepat Haechan berbalik agar tidak melihat tubuh Mark yang akan telanjang. Mungkin?
Hal itu membuat Mark mengerenyit.
"Kenapa berbalik? Kita ini sudah menikah, kenapa harus malu?"
DEG
Menikah? Kalimat yang keluar dari mulut Mark membuat satu debaran bergejolak di dalam dada Haechan, tidak sadarkah jika kalimat yang baru saja Mark lontarkan membuat pintu harapan di hati Haechan sedikit terbuka? Namun dengan cepat Haechan menggeleng. Dia harus kembali menginjakkan kakinya pada bumi. Dia tidak boleh membuka hatinya sedikitpun, dia harus sadar.
"I-itu hyung, aku harus memasak apa?"
"Terserah, tapi jangan makanan yang terlalu berat karena ini sudah larut. Aku ingin mandi dulu."
"Hmmm__baiklah hyung."
•
•
•
Sekitar dua puluh menit Haechan berkutat dengan alat dapur, dan masakannya kini sudah siap. Hanya telur dicampur dengan sayur dan dada ayam, serta ia sudah menyiapkan semangkuk nasi. Mark pasti membutuhkan banyak tenaga sehabis bekerja seharian di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[06][pt. 1] Beautiful Pain
Fanfic[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠️⚠️