SUNGCHAN menurunkan tangan kirinya yang digunakan untuk memegang telepon genggam miliknya yang sedari tadi menempel pada telinga sebelah kiri untuk menghubungi seseorang, lebih tepatnya kedua orangtuanya. Kali ini ia berjalan mendekati meja dapur yang terdapat Haechan dan Jeno yang tengah duduk berdekatan.
"Hyung sepertinya ayah dan mommy tidak akan pulang untuk beberapa hari ke depan, untung saja. Jika tidak, mommy akan mengamuk melihat kondisi kalian bertiga. Aku akan ke atas dulu hyung. Aku ingin melihat kondisi Mark hyung di sana."
Jeno mengangguk.
"Pergilah, tanyakan pada si berengsek itu. Jika aku yang melakukannya aku pasti akan menghajarnya lagi."
"Hehh__ya hyung."
Sungchan yang menerima anggukan dari Jeno langsung melenggang pergi dari sana meninggalkan Haechan dan Jeno, tentu saja untuk pergi ke kamar Mark. Dia ingin mendengar penjelasan darinya, mengapa dia dan Jeno hampir saja saling membunuh pagi-pagi seperti ini.
"Akan aku obati lukamu." ucap Haechan pelan saat ia baru saja datang setelah mengambil obat merah dan alkohol dari laci penyimpanan.
Ia duduk tept di depan kursi Jeno dengan meletakkan beberapa obat di atas meja.Baru saja Haechan mengangkat tangannya untuk membersihkan luka Jeno, lengannya ditahan.
"Harusnya kau yang diobati terlebih dahulu, biar aku belakangan saja. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Lihatlah, pipimu bahkan perlu dikompres air dingin. Tunggu di sini." Jeno berdiri dari kursi dan berjalan ke arah lemari es untuk mengambil beberapa keping es batu, ia taruh dalam kain dan dibawahnya kembali ke arah Haechan yang masih duduk diam memperhatikan gerak-gerik Jeno.
"Kemarikan." Jeno menyentuh ujung dagu Haechan dan ia miringkan sedikit agar pipinya yang memar menghadap ke arah Jeno.
"Shhh___" Haechan meringis seketika saat kain dingin itu menyentuh pipinya.
"Sakit?"
Haechan menggeleng pelan.
"Tidak, hanya perih sedikit." ucapnya dengan senyum kecil diujung bibir.
"Itu sama saja Haechan. Aku akan melakukannya lebih pelan." Jeno menekan kain itu lembut menyalurkan dinginnya es pada memar yang terlihat sedikit biru keunguan itu. Sekeras apakah Mark memukul Haechan?
Jeno menurunkan kainnya.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Mark terhadapmu? Ceritakan sedikit Haechan. Percayalah padaku."
Haechan hanya tersenyum lembut.
"Tidak ada Jeno, tenanglah. Dia hanya tidak bisa mengendalikan dirinya tadi malam. Itu sudah berlalu." jawabnya dengan senyuman yang masih ada di bibirnya.
Jeno yang melihatnya tahu jika Haechan sedang berbohong. Ia angkat tangannya lagi. Tapi kali ini, bukan untuk menempel kain dingin itu, melainkan mengusap pelan surai coklat madu milik Haechan pelan dari pucuk kepala hingga ujung rambut Haechan yang terlihat sedikit memanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[06][pt. 1] Beautiful Pain
Fanfiction[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠️⚠️