🧶Kisah ketiga puluh delapan

25.4K 2.4K 145
                                    

JARI-jari tangan Haechan menempel pada kaca tebal yang cukup dingin pembatas dirinya dan sang bayi yang sedang tertidur pulas di ruangan khusus bayi-bayi yang baru lahir. Bayinya, sungguh perasaan haru yang dia rasakan, benarkah bayi itu yang selama ini di dalam perutnya? Haechan masih tidak mempercayainya sama sekali. Matanya menatap sebuah tulisan pada tempat tidur bayinya, dia menangkap satu tulisan yang bertuliskan 'Tn.Jung' pada papan kecil tanda pengenal bayi-bayi di sana, bayinya belum diberikan nama.

"Ayah__" ucapnya dengan suara yang masih serak, tubuhnya hanya bisa terduduk di kursi roda karena ia masih lemah paska operasi.

"Kenapa Haechan?" tanya Jaehyun yang sedari tadi menemani Haechan untuk melihat sang bayi, Haechan memaksa ingin bertemu walaupun baru beberapa menit dirinya baru tersadar karena pengaruh obat bius yang mungkin sudah habis. Tentu saja itu akan membuat luka operasi yang didapatkan Haechan akan terasa menyakitkan, namun Haechan sangat ingin melihat buah hatinya.

"Mommy dan Mark hyung tidak datang? Aku tidak melihatnya sama sekali." tanya Haechan, karena yang dilihatnya pertama kali saat siuman adalah sosok sang ayah mertua dan Sungchan. Ia sangat ingat bagaimana ekspresi Jaehyun dan Sungchan yang begitu nampak khawatir melihat dirinya yang baru saja membuka mata. Jaehyun tetap tinggal di rumah sakit untuk memantau keadaan Haechan, sedangkan Sungchan harus kembali pulang ke rumah.

"Mommy dan Mark sedang di kantor polisi. Mereka sedang melakukan penyidikan terhadap orang yang menyerang kalian bertiga di halaman depan rumah sakit, ayah masih belum tahu siapa wanita itu. Tapi pastinya, dia juga sedang dirawat di rumah sakit ini, karena Mark melakukan hal yang buruk padanya."

Ingatan Haechan kembali pada kejadian penembakan itu, sungguh kejadian itu membuatnya amat terkejut. Jeno, bahkan Renjun menjadi korban hanya karena melindungi dirinya.

"Bolehkah aku melihat keadaan Jeno? Bukankah operasinya berjalan dengan lancar? Aku sangat ingin berterimakasih karena telah menyelamatkanku dan bayiku." Haechan menurunkan jari jemarinya yang menempel pada kaca, kini gilirannya untuk melihat keadaan Jeno. Untuk Renjun, Jaehyun sudah memberitahu Haechan jika Renjun sedang berada di halaman belakang rumah sakit bersama sang kekasih.

"Ayah akan mengantarmu."

Jaehyun menarik kursi roda Haechan pelan, didorongnya perlahan untuk mengantarkannya ke dalam ruangan Jeno yang berbeda pada gedung yang berbeda. Tepat saat Haechan dipindahkan ke ruang biasa, bersamaan dengan itu juga operasi yang dijalankan oleh Jeno berakhir. Operasi yang dijalankan oleh Jeno berhasil, namun sayang sekali, kondisi Jeno masih belum dikatakan baik-baik saja. Dirinya harus tetap dipantau oleh monitor dan alat-alat rumah sakit, karena peluru itu mengenai salah satu alat vitalnya.

Hanya Haechan yang berada di dalam ruangan, Jaehyun memberikan waktu pada Haechan untuk menemani Jeno di dalam.

Bunyi monitor yang memantau keadaan Jeno terus saja berbunyi, dadanya dipasangi alat bantu. Perut dan di dekat dada terdapat luka operasi yang masih terbalut, dua jarum infus sekaligus menancap pada tangannya yang terkulai lemas di atas tempat tidur pasien, satunya berwarna merah dan satunya berwarna bening.

Sakit.

Kenapa dada Haechan terasa sakit seperti ini, dia benar-benar merasa sakit amat luar biasa. Bukan pada perutnya yang terdapat luka siratan, melainkan hatinya. Itu seperti ditancapkan sembilu hingga ke dalam, Kenapa harus Jeno?

"Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf, apa aku selalu merepotkanmu?" Haechan mengangkat tangannya pelan untuk memegang telapak tangan Jeno yang terasa sedikit dingin. Jeno tidak merespon sama sekali.

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang