🧶Kisah Kedua puluh

27K 2.6K 89
                                    

TERNYATA Jeno membawa Haechan pergi ke salah satu mall besar di kota Seoul. Jeno sengaja tidak memberitahu Haechan agar Haechan diam tanpa protes. Ia segera turun terlebih dahulu ketika baru saja mematikan mesin mobil miliknya, dan Jeno langsung saja berlari kecil untuk membukakan pintu untuk Haechan sekaligus membantunya untuk keluar, tangan kirinya melindungi kepala Haechan agar tidak terbentur. Sedangkan tangan yang satunya dibiarkannya agar menjadi pegangan bagi Haechan.

"Terimakasih."

"Tidak masalah, tidak apa kan aku membawamu kemari? Aku ada janji dengan Renjun. Sekalian kita jalan-jalan, bukankah kau tidak pernah keluar selama tinggal di rumahku?"

"Ya tidak apa, bukankah tugasku untuk menemanimu?"

Jeno menggeleng.

"Ini bukan tugas, jadi hilangkan pikiranmu tentang itu."

Jeno dengan pelan menggenggam tangan kiri Haechan untuk dibawanya berjalan bersama ke dalam mall tersebut, Jeno membawa Haechan ke salah satu cafetaria untuk menunggu kedatangan Renjun.

"Kau mau makan apa Haechan?"

"Aku?"

"Ya, siapa lagi yang aku tanya."

Haechan tersenyum.

"Tidak usah, aku sudah kenyang Jeno."

"Tidak-tidak, kau perlu makan sesuatu. Kasihan bayimu. Setahuku jika orang hamil mereka pasti akan menginginkan salah satu makanan, lalu kenapa kau tidak?"

"Hmmmm__mungkin karena bayiku mengetahui situasi papa nya, jadi dia tidak terlalu rewel minta sesuatu."

"Benarkah? Kalau begitu hari ini biar aku yang traktir, kau boleh memakan apapun yang kau mau. Tunggu di sini, aku akan memesankan untukmu."

Sebelum Jeno bergerak ke arah tempat pemesanan, tangannya lebih dulu di tahan oleh Haechan.

"Jangan terlalu banyak, secukupnya saja."

Jeno mengangguk pelan.

"Ya."

Haechan tampak mengamati kegiatan orang-orang yang kini sedang berlalu lalang di luar cafetaria maupun yang sedang ada di dalam menunggu makanan datang sama seperti dirinya, di arah tempat pemesanan Jeno tengah sibuk memesan dengan telepon genggam yang menempel pada telinganya. Mungkin Renjun yang sedang menelpon, sedang asyiknya mengamati keadaan sekitarnya, tatapan Haechan teralihkan oleh telepon genggam miliknya yang berbunyi karena adanya pesan masuk yang datang.

Haechan akhirnya menundukkan kepalanya untuk membalas pesan yang masuk tersebut, kurang dari satu menit satu balasan kembali didapatkan oleh Haechan, ia semakin bingung harus menjawab apa.

TUK

Haechan kembali mendongak ketika didengarnya suara nampan yang diletakkan di depan dirinya, dan ternyata itu adalah Jeno yang sudah mendapatkan makanan untuk dirinya.

"Sibuk membalas pesan siapa? Hingga kau tidak tahu bahwa aku sudah kembali." tanya Jeno mendudukkan dirinya kembali.

"Ah__itu Mark hyung tiba-tiba menghubungiku."

Jeno terdiam.

"Owww__seperti itu. Baiklah lanjutkan saja."

Ekspresi Jeno langsung berubah seketika, ia juga langsung mengambil telepon genggam miliknya untuk menghubungi Renjun kembali.

Di dalam sebuah ruangan meeting, Mark menggerakkan kakinya dengan gelisah. Baru saja dia meminta maaf kepada Mina, namun sekarang? Monitor di depannya bahkan menampakkan wajah Haechan yang tersenyum kepadanya. Mark menggeleng ribut agar kesadarannya kembali kepada otaknya.

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang