DUA hari sejak kepergian Mark semenjak hari pernikahan mereka, tidak pulangnya Mark membuat Haechan bertanya-tanya apakah Mark tidak pulang ke rumah karena dirinya? Ada rasa bersalah yang kini hinggap di hati Haechan. Ia melamun namun tangannya masih saja bekerja mengelap piring-piring basah yang sudah ia cuci.
Perkataan Taeyong pada dirinya memang benar, walaupun dia sudah berstatus menjadi istri Mark, itu tidak merubah kenyataan bahwa dia hanya dianggap pembantu di rumah uni, dia ingat pagi ini saat Jaehyun mengajak Haechan untuk sarapan bersama, namun Haechan urungkan niat itu karena mendapat tatapan mengancam dari Taeyong.
Karena terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri, tidak menyadari jika piring yang berada dalam pegangan tangannya hampir terlepas jika saja tidak ada orang yang menahannya dari belakang.
"Apa kau memang seceroboh ini?" ucap Jeno tanpa mengalihkan tatapannya dari Haechan, ia kemudian menaruh piring kering itu di atas rak bagian atas.
"Tuan Jeno?" Haechan langsung beralih dan menggeser dirinya, karena bagaimanapun posisi mereka sekarang sangatlah dekat.
"Apa kau sudah selesai membersihkan semuanya?" tanyanya lagi.
"Sudah."
"Bagus, sekarang buatankan aku kudapan. Karena aku ingin makan sesuatu yang manis, aku tunggu di meja makan. Apapun itu asal makanan manis." setelah meminta pada Haechan, Jeno berlalu pergi untuk menunggu di meja makan. Dirinya baru saja pulang kuliah ketika dia tiba-tiba saja menginginkan sesuatu yang manis untuk di makan. Dia terlalu malas untuk membeli di luar.
Haechan sedikit lelah, tapi apa wewenangnya untuk menolak. Jadi ia kembali mengambil peralatan dapur untuk dia gunakan membuat kudapan, mungkin sesuatu yang mudah dan cepat untuk dibuat. Mungkin pancake dengan toping ice cream dan madu menjadi pilihan yang mudah.
Tidak memakan waktu lama hingga kudapan yang diminta oleh Jeno sudah siap untuk di santap, ia mengantarkannya pada meja makan. Dan benar saja, Jeno masih setia menunggu di sana sambil membaca sebuah buku tebal yang Haechan perkirakan adalah materi yang harus Jeno pelajari.
Melihat kedatangan Haechan yang membawa sebuah kudapan, Jeno menutup buku yang sedang dibacanya. Menatap ke arah Haechan yang semakin mendekat ke arahnya, dan lagi-lagi Jeno akan mencuri-curi pandang ke arah perut Haechan yang semakin membuncit walaupun ditutupi kaos oversize yang sedang ia kenakan sekarang.
"Kau mau kemana?" ucapnya pada Haechan saat melihat laki-laki manis itu akan beranjak pergi meninggalkan meja makan.
"Aku harus mengurus pekerjaan yang lain tuan." ucapnya dengan nada yang sopan.
"Duduklah temani aku makan, aku tidak suka sendirian."
Melihat Jeno yang makan dengan tenang Haechan akhirnya memberanikan diri untuk duduk di kursi yang bersebrangan dengan Jeno, tangannya dia taruh dia atas meja. Dengan gelisah dia memainkan jari jemarinya.
SREKKK
Tiba-tiba satu kantong kresek mendarat tepat di depan dirinya.
"Bukalah, aku kelebihan membeli buah tadi saat bersama Renjun. Aku dengar buah snagat bagus untuk seseorang yang sedang mengandung."
Haechan seketika langsung memandang ke arah Jeno yang kembali menyantap kudapan miliknya. Ia menunduk, menatap epnuh minat beberapa jenis buah di dalamnya. Pisang, apel dan jeruk. Itu sangat menggugah seleranya.
"Bolehkah?" tanyanya pada Jeno untuk meminta izin, takut-takut jika Jeno nanti akan marah padanya.
"Hmmm__ambil saja semuanya." ucap Jeno kembali. "Aku sudah selesai dengan makananku." Jeno berdiri dan berlalu untuk pergi ke dapur, saat dia akan melewati tempat duduk Haechan dia berhenti.
"Perhatikan kondisi bayimu, jangan terlalu lelah. Itu bisa mempengaruhi kondisi bayimu juga." ucapnya.
Haechan tersenyum, matanya sedikit berembun. Setidaknya sekarang Jeno memberikan dirinya perhatian sedikit, tidak seperti awal mereka bertemu.
"Terimakasih." ucap Haechan tanpa mengalihkan tatapannya dari atas meja.
Mendengar itu, Jeno kembali berjalan untuk menaruh piring kotor miliknya di wastafel. Saat ia taruh piring itu, Jeno pandangi terus bekas piring yang masih terdapat noda madu dan ice cream di atasnya.
"Pancake ya?"
•
•
•
Di sisi lain di sebuah apartemen, Mark pulang dengan keadaan kacau. Dua hari ini dia tidur di apartemen pribadi miliknya. Ia tidak sudi harus sekamar dengan Haechan. Ia melepas jas yang dia kenakan, menggulung lengan kemejanya hingga siku. Ia mengambil telpon genggam miliknya, memencet satu nomor yang sedang berusaha ia hubungi namun tidak bisa.
"Sial!."
Mark membanting telpon genggam itu ke atas kasur miliknya, rahangnya mengeras dengan mata terpejam menahan emosi. Ia usap wajahnya kasar berusaha meredam emosi yang memuncak. Tapi tidak bisa.
"Bangsat! Kacau! Kacau!" ia berteriak entah pada siapa.
Sudah tiga hari ini Mina tidak dapat dihubungi, sejak hari dia melamar Mina, saat itulah tiba-tiba kekasihnya itu menghilang. Dia tahu jika Mina sedang sibuk-sibuknya untuk mempersiapkan diri dengan kontrak baru itu, ia tahu jika kekasihnya itu sangat sibuk. Tapi, tidak ada waktu satu menit pun untuk dirinya memberi kabar pada Mark?
Permasalah ini membuat otaknya sangat lelah, banyak kejadian tidak terduga yang dia alami hanya dalam tiga hari waktu yang sudah ia lalui. Dia benar-benar lelah dan muak.
Tapi ada sedikit rasa lega yang dia rasakan mengetahui sang kekasih sedang sibuk mempersiapkan keberangkatannya, itu akan memusatkan perhatiannya penuh pada persiapan keberangkatannya ke Jepang, Mark akan kelimpungan mencari alasan jika saja Mina mengetahui masalah pernikahannya.
Jujur saja, Mark tidak ingin kehilangan Mina. Kekasihnya.
Mark membaringkan tubuhnya di atas kasur, memposisikan bantal itu dengan baik agar tidurnya malam ini lebih nyaman. Semoga. Dia ingin sejenak saja tidak memikirkan tentang Mina, dan tentang laki-laki mungil yang berada di rumahnya. Atau lebih tepatnya, laki-laki yang sudah berstatus menjadi pendamping hidupnya.
enjoy for reading
salam _dwaekki🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
[06][pt. 1] Beautiful Pain
Fanfiction[COMPLETED] [Mpreg] [Sad Romance] Mengisahkan tentang perjuangan Haechan dan janin yang berada di dalam kandungannya. Dimohon Jangan salpak ⚠️⚠️ Bxb⚠️⚠️