🧶 Kisah Ketiga

27.2K 3K 305
                                    

PAGI ini perut Haechan terasa tidak nyaman. Mungkin ini efek dari kehamilannya. Makannya juga tidak beraturan, apapun yang dimakannya pasti akan kembali keluar. Walaupun itu sekedar air putih biasa.

"Huweekkk___" untuk kesekian kalinya Haechan harus ke kamar mandi, mengeluarkan isi perutnya yang bahkan belum terisi apa-apa. Ditambah lagi pekerjaan rumah yang belum selesai. Tapi untung saja, seisi rumah sedang keluar melakukan kegiatan masing-masing. Haechan sedikit lega.

Haechan berjalan menuju dapur, mengambil beberapa potong buah sisa tuan Jung dan yang lainnya sarapan. Mungkin untuk sekedar buah perutnya bisa menerima, ia memerlukan tenaga ekstra.

"Haechan-na." panggil bibi Bongcha yang baru saja turun dari lantai dua.

"Kenapa bi?"

"Begini, tuan muda Jeno tadi menelpon. Dia bilang kalau tugas kuliahnya tertinggal. Jadi dia meminta bibi untuk mengantarkannya, tapi bibi tidak bisa karena harus menyiapkan keperluan rumah dan lain-lain. Bolehkah bibi meminta bantuanmu Haechan? Rumah sedang sepi, jadi aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa."

Haechan sebenarnya ingin menolak, sejujurnya saja kepalanya sedikit terasa nyeri. Tapi dia juga tidak enak hati.

"Boleh bi, biar aku saja yang mengantarkannya. Bibi bisa menuliskan aku alamat kampus tuan Jeno."

"Terimakasih Haechan-na."

Disinilah Haechan sekarang di depan gerbang kampus yang sangat besar. Banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang, ada tatapan iri yang ditunjukkan oleh Haechan, dia sangat ingin menempuh perguruan tinggi seperti yang lain. Tapi apa daya, takdir berkata lain.

Dari kejauhan Haechan melihat Jeno datang menghampirinya dengan seseorang lagi di belakangnya.

"Mana tugasku? Kenapa lama sekali!" ucapnya langsung ketika sampai di depan Haechan.

"Maaf tuan."

Haechan langsung saja menyerahkan paper bag yang dibawanya. Dengan tatapan takut-takut ia sesekali melirik ke arah teman Jeno yang kini terus saja memperhatikannya.

"Sudah kan? Sekarang kau kembali saja. Pekerjaan rumah pasti sudah menunggumu. Kenapa masih berdiam diri disini?"

Haechan menunduk dan memilin ujung kaos yang dikenakannya.

"Itu, maaf sebelumnya tuan. Tadi aku tidak sengaja melihat tugasmu. Kurasa itu ada kesalahan pada kurva dan tabel penjumlahannya. Aku rasa kau perlu mengeceknya kembali."

Jeno menaikkan satu alisnya.

"Jadi kau pikir aku ini bodoh? Aku sudah memeriksanya berulang kali. Itu tidak mungkin ada kesalahan dalam laporanku. Apa kau bergurau? Pendidikanmu saja tidak lebih tinggi dariku dan kau mencoba untuk mengajariku?"

"Ta-tapi tuan."

"Sudah, lebih baik kau pulang saja sana!"

"Baik tuan."

Haechan membungkuk dan langsung saja pergi dari sana. Benar kata Jeno, pekerjaan rumah sudah menantinya.

"Jeno." panggil teman Jeno yang sedari tadi berada di sampingnya.

"Kenapa Renjun?"

"Apa dia pembantu baru di rumahmu? Kenapa aku baru tahu."

"Hmmm__dia memang pembantu baru. Aku tidak tahu, intinya dia datang ke rumahku untuk meminta pekerjaan. Ya sudah, mommy akhirnya memberikannya pekerjaan."

[06][pt. 1] Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang