18

2.6K 341 172
                                    

Simple, kill or to be killed











spam commentnya ditunggu say








***





"Jeno, kau harus berhenti mendiamkan Sungchan" Ujar Mark kepada Jeno.

"Huh? Why do you suddenly care? Bukan urusanmu juga, so step out of it. Melihat wajahmu juga aku muak" Jeno membalas Mark dengan tatapan elangnya.

Mark menghela nafasnya panjang, ini akan sedikit sulit. Lagi pula salah Mark juga kan dulu memulai pertengkaran dengan Jeno. Mark rasa begitu.

"Jeno bisakah kau menatapku saat sedang berbicara? Hormati lah aku, aku hyung -mu" Ujar Mark kesal, Jeno bahkan duduk membelakanginya.

Adik kurang ajar.

"Nih, aku sudah menatapmu kan? Puas?!" Jeno melirik Mark sinis, dia tidak sama sekali senang dengan keadaan sekarang.

"Jen, aku tau dulu kita berselisih hebat, bahkan sampai bertengkar. Tetapi aku mohon lupakan hal-hal yang sudah berlalu itu" Pinta Mark.

Jeno menatap Mark dengan wajah tercengang. Lupakan kata Mark? Jeno tidak akan pernah melupakan dimana dia menyaksikan Mark membunuh Guanlin, padahal lelaki bongsor tersebut tidak pernah melakukan kesalahan.

"Unbelievable" Ujar Jeno seraya mendengus kasar.

"Jen, Guanlin yang dulu memintaku untuk melakukan itu!" Seru Mark, berbohong demi kebaikan Mark tidak apa kan?

"Omong kosong! Mana mungkin Guanlin menyuruhmu membunuh dirinya. Dan karena itu persahabatan kita semua hancur, karena aku tidak bisa membuktikan perkataanku. Dasar Jung Minhyung bajingan!" Bentak Jeno.

"KAU TIDAK TAU KENYATAANNYA JEN!" Mark memukul meja di depannya dan menitikan satu tetes air mata.

Kalau begini ceritanya bagaimana Jeno tidak luluh? Hyung kesayangannya menangis dihadapan Jeno. Kalau begini ceritanya Jeno akan percaya, ya Jeno pasti percaya melihat raut wajah Mark yang terlihat sungguh-sungguh.

"Dia yang memintaku, Jeno. Aku tidak akan pernah menghianati janji kita hanya untuk kepuasaan atau kepentingan diriku sendiri" Drama Mark.

Mark sungguh-sungguh merasa bersalah? Oh, tentu tidak! Membunuh Guanlin itu untuk kepentingan pribadi Mark. Guanlin tidak pernah menyuruh Mark untuk membunuhnya. Dan lagi-lagi ulah Mark kali ini itu demi kepentingan pribadi Mark.

"Ya aku rasa aku memang tida tau kejadian yang sebenarnya hyung. Maafkan aku, aku tidak melihat semua hal yang terjadi dan aku hanya menuduhmu" Jeno luluh sudah melihat keadaan hyung yang dia sayangi terlihat sebegitu rapuh.

Jeno membawa Mark kedalam pelukannya. Sedangkan Mark, lelaki licik itu tersenyum miring.


"Jen, aku ingin kita seperti dulu. Membagi cerita dan membagi hal-hal penting di hidup kita, seperti rahasia mungkin." Hei, Mark punya 1001 cara licik untuk memancing seseorang berbicara.

Meminta maaf kepada Jeno tanpa alasan tertentu tentu mustahil bagi Mark. Tapi dia harus mencoba mendekati adiknya untuk ini.

"Rahasia? Rahasia apa?"

"Kita sudah lama tidak bertukar cerita jadi aku rasa kita bisa bertukar cerita. Ada cerita yang rasanya kau ingin ceritakan padaku?" Oh, sekarang Jeno paham.

Hyung nya pasti rindu sekali masa-masa mereka bertukar rahasia. Bukan bertukar sih, lebih tepatnya Jeno yang memberitahukan rahasia-rahasianya pada Mark.

"Ada, tapi hyung kau berjanji tidak akan membeberkan rahasia ini kesapapun? Termasuk Haechan"

"Memang aku pernah membeberkan rahasiamu?" Tanya Mark sinis, sinis dalam kurung jenaka.

"Tidak hehe" Jawab Jeno polos.

Jeno menatap lurus kearah Mark.

"Kau tau alasan Nenek Eunhyuk meninggal?" Tanya Jeno sebagai pembuka.

"Jatuh dari kursi rodanya ke dalam kolam"

Setahu Mark, Nenek Eunhyuk meninggal karena kecerobaohannya waktu berjalan-jalan menggunakan kursi rodanya.

"Ya memang benar, tapi dia jatuh bukan karena kecerobohannya. Melainkan aku yang sengaja mendorongnya ke dalam kolam" Ungkap Jeno tanpa menyadari kebodohannya.

"Untuk ap kau mendorong nenek?" Serius. Mark cukup heran mengapa Jeno bisa membunuh nenek mereka.

Jeno bukan psikopat seperti Sungchan atau Haechan.

"Aku harus membunuhnya untuk mendapatkan kotak brangkas rahasia keluarga Lee. Dia memiliki kunci brangkas tersebut di kantungnya. Aku sengaja mendorong nenek setelah mengambil kunci tersebut agar tidak ada yang tau bahwa aku mengambilnya" Jeno menceritakan alasan-alasan yang menurut Mark masuk akal.

Wajar Jeno membunuh nenek mereka untuk itu. Tapi sayangnya bukan itu yang Mark cari.

"Lalu brangkas itu dimana?" Mark menggali sebanyak mungkin informasi yang bisa dia dapatkan.

"Bodohnya aku, aku tidak tau" Dan sebenaranya juga bodohnya lagi Jeno tidak peka dengan otak licik Mark.

Jeno bodoh untuk tidak tau bahwa Mark merekam pembicaraan mereka.




Mark menghela nafasnya sangat kasar. Jadi tidak ada gunanya Mark ber drama tadi. Sial.



***



"Ma, aku mau di jodohkan dengan Seo Hendery"

Doyoung terkejut bukan main, setelah 3 tahun lamanya sudah tidak membahas tentang perjodohan Yangyang dan Hendery kini anak itu meminta Doyoung untuk di jodohkan lagi.

"Tunggu dulu, kenapa kau berubah pikiran?" Tany Doyoung kepada Yangyang.

"Tidak ada. Aku hanya merasa dia butuh teman, aku juga. Kami sama-sama kehilangan orang penting di hidup kami" Bohong, sejak kapan Yangyang sebegitu peduli dengan keadaan Hendery?

Yangyang tentu punya rencana sendiri dalam hidupnya. Setidaknya Yangyang harus meneruskan apa yang sudah Kun usahakan dengan susah payah.

Secinta itu Yangyang kepada Kun.

"Baiklah Mama akan segera membicarakan ini dengan Bibi Ten. Kau tenang saja" Ujar Doyoung semangat.

Akhirnya, mimpi Doyoung manjadi bagian dari keluarga Seo akan terkabul. Doyoung percaya bahwa rencananya akan berhasil. Dan lihat!

Di sisi lain Yangyang mulai mengatur strateginya,

perang akan segera dimulai.



***



Eji's corner:

Ga panjang partnya tapi part ini nyeritain tentang kebohongan.

Cheats, Lies, Betrayals and Throne




baiiiii








Sleep well❤️

Royal Estate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang