PB | Part 21

35.3K 3.4K 33
                                    

Seperti biasanya, pagi kembali menyapa bumi dan bulan digantikan oleh matahari. Pagi ini Lea sudah bersiap dengan seragam sekolah khas sekolah yang terkenal di Jakarta.

Rupanya setelah Lea kemarin berbicara tentang keinginannya yang mau sekolah kembali kepada sang Ayah, Arsyaf langsung menghubungi pihak sekolah serta menyuruh bodyguard rumahnya untuk membelanjakan keperluan Lea sekolah, seperti, seragam, buku dan peralatan sekolah lainnya.

Lea kembali melihat dirinya dicermin di dalam kamarnya, hm ... penampilan Lea sangat sederhana sebenarnya. Lea memang tak suka mewah, meskipun tadi Mama-nya menyuruhnya memakai barang branded, Lea menolaknya dengan alasan klasik.

“Ya ampun, rasanya gue gugup banget,” ucap Lea.

“Apa nanti gue dibuli ya, kayak dicerita novel-novel gitu.” Lea menggeleng-gelengkan kepalanya. Semoga saja muridnya di sana baik semua, batinnya.

Ceklek!

Saat Lea akan mengambil tas sekolahnya, seseorang masuk ke kamar Lea, Lea menoleh ke arah pintu terbuka.

“Sudah selesai hm?” dia, Kakak Lea yang ketiga. Sifatnya yang sedikit mirip dengan Lexi, yaitu datar-datar tajam membuat nyali Lea ciut.

Walaupun pandangan Kakak ketiga Lea itu terkesan pandangan teduh, tetapi itu terlihat tajam. Lea meneguk salivanya dengan pelan.

“A-Abang?”

Kakak ketiga Lea menyiritkan dahinya. “Kenapa, sayang?”

Wajah Lea rasanya panas. Bisa-bisanya Abangnya itu memanggil Lea dengan sebutan 'sayang' dengan gaya cool-nya.

Kakak ketiga Lea tersenyum tipis. “Kamu kenapa, kok pipinya merah begitu?” tanyanya dengan nada geli.

Lea melotot. Ya Tuhan, batinnya. Huh, Kakaknya ini diam-diam menghanyutkan ternyata.

“Kalo sudah selesai ayo kita turun sweety.” Setelah mengucapkan kata-kata manis seperti tadi Abangnya itu berbalik badan lantas terkekeh kecil dan berjalan menuju ke bawah.

Lea melongo. “Ditinggal?” gumamnya.

•••

Seperti siswa ataupun siswi baru pada umumnya, Lea juga ada sesi perkenalan terlebih dahulu sebelum menempati kelas itu.

Ya, saat ini Lea tengah berada di kelas XI IPA 1 kelas pilihan Ayahnya. Aneh memang, Lea jadi berpikir sebenarnya sekaya apa Ayah-nya ini sampai-sampai Lea ditempatkan di sekolah yang terbaik di daerah Jakarta.

Kakak ketiganya tidak jadi mengantar Lea sampai ke kelas karena tadi dia pergi karena ada urusan, katanya.

“Perkenalkan, nama saya Azalea Queensya, pindahan dari Bandung,” ucap Lea tersenyum tipis.

“Ada yang mau kalian tanyakan anak-anak?” tanya wali kelas dari kelas tersebut.

“Tidak, Miss.”

“Baiklah Lea, sekarang silahkan duduk di bangku yang kosong.” Lea mengangguk sopan lantas menuju ke meja yang sekiranya tidak ada tempatnya.

“Sst!” Lea menoleh saat seperti ada yang memanggilnya.

Seorang perempuan dengan rambut sebahu dan dengan senyum manisnya sedang menatapnya penuh harap.

“Gue?” Lea menunjuk dirinya sendiri.

Perempuan itu mengangguk. “Iya, lo. Hai, salam kenal, gue Nia,” ucap gadis tersebut atau sering dikenal dengan Nia, ia lumayan populer di sekolah karena ia merupakan siswa berotak cerdas.

AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang