PB | Part 29

27.7K 2.6K 114
                                    

Up lagi gengs, happy reading!

•••

Saat ini Lea sedang rebahan di kasur dengan mata yang mengadah ke menerawang ke atap kamarnya. Lea rindu, Yunda. Sudah empat hari Yunda tidak mengirimi Lea satu pesan pun dan tidak membalas pesan yang Lea kirim. Membuat Lea mengkhawatirkan sahabatnya itu.

“Yun, lo nggak pa-pa kan,  di sana?” gumam Lea pelan.

Ting!

Lea beranjak dari tidurnya, mengambip handphone-nya yang berada di atas nakas. Mungkin Yunda, pikirnya.

08546*****
Sv, Rexi

Lea menyiritkan dahinya lalu menyimpan nonor itu. Rexi? Lea menggigit pipi dalamnya saat melihat poto profil yang dipasang Rexi. Oh Lea ingat! Rexi yang tadi rupanya. Tunggu dulu, sepertinya Lea pernah melihat Rexi. Mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di keningnya.

Lea mengadah, ah iya! Waktu camping pas di Bandung. Ya, Lea ingat waktu itu Lea melihat gerak-gerik aneh dari Rexi, Rexi ini. Apakah ia pernah kenal dengan Rexi?

Lea menggigit bibir bawahnya pelan. Ah, lebih baik ia tidak memikirkan masalah ini. Tidak penting juga sih, batinnya. Tapi, kenapa pandangan Rexi di Bandung dengan di Jakarta sama-sama misterius?

“Bisa gila gue lama-lama. Kenapa kayak teka-teki banget sih!” Lea berbicara dengan kesal.

“Hei, kenapa Sayang?” suara yang mengalun berat itu membuat Lea mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya yang terbuka, menampilkan seorang pria dengan pakaian casual-nya dengan membawa nampan berisi buah apel dan segelas susu.

“Bang Lexi, Kapan Abang pulang dari kantor? Bukannya lembur ya?” tanya Lea.

Lexi tersenyum lembut, kemudian melangkah mendekati Lea. “Sengaja pulang cepet, biar ketemu kamu,” ucap Lexi.

Lea menatap Lexi lekat saat Lexi mendudukan bokongnya tepat disamping Lea. “Loh kenapa pulang cepet?”

Lexi mengelus pucuk kepala Lea lembut. “Kangen,”

“Kangen siapa?”

Lexi menghela napas pelan. “Adik Abang satu ini lah,” ujar Lexi.

Lea terkekeh. “Peluk?” tanya Lea.

Lexi dengan segera merengkuh tubuh Lea dengan erat. “Eum, Abang kangen banget sama kamu. Jangan pergi lagi ya, cukup lima tahun kamu ninggalin Abang.” Lea mengangguk di dalam dekapan Lexi.

Sementara itu, di depan pintu kamar Melody dan Arsyaf menatap putra dan putrinya haru. Andai kejadian di masa lalu itu tidak pernah terjadi, pasti sudah dari dulu ia tertawa bahagia dengan putrinya, tapi Melody bersyukur karena masa lalu telah selesai.

Namun, selesainya masa lalu bukan berarti ujian hidup mereka telah tentram. Mungkin, masih ada yang tidak menyukai keluarga lengkapnya, terutama putrinya. Semoga kita selalu bisa melewati ujian yang diberikan oleh Tuhan, batin Melody berdo'a.

“Yuk ke kamar,” ajak Arsyaf ia tak ingin mengganggu kebersamaan putra dan putrinya.

Melody mengangguk dengan Arsyaf yang merangkulnya mesra.

Kita do'akan saja, semoga keluarga ini bisa melewati ujian yang akan datang.

•••

“Bunda,”

Yasmin menoleh menatap Lea. Lea sudah siap dengan seragam sekolahnya dan cantik juga tentunya.

Lea menatap khawatir ke wajah Yasmin yang terlihat pucat. “Bunda kenapa? Bunda sakit ya? Sakit apa? Kenapa nggak bilang Lea?” cerocos Lea dengan segera Lea mendekat dan mendudukan dirinya di samping Yasmin.

AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang