Setelah Lea mengabari teman-temannya. Lea segera menyiapkan makanan ringan serta minuman dingin untuk menemani mereka ketika belajar nanti.
Lea mengambil beberapa camilan di lemari dapur, dan mengambil sirup di kulkas lalu membuatnya dan mencicipinya.
“Udah manis, lah, semoga aja enak,” ucap Lea senang.
Lea bersenandung kecil sembari membawa nampan yang berisikan camilan serta minuman yang telah ia siapkan tadi.
“Emh, katanya mereka mau dateng sekitar sepuluh menit lagi. Yaudah deh, tinggal duduk-duduk dulu ah,” ucap Lea setelah menaruh nampan tadi di meja ruang tamu.
Setelah itu Lea mendudukan dirinya di sofa, tak lama kemudian terdengar deru motor berhenti di halaman rumahnya. Lea mengalihkan pandangannya dari handphone-nya, menatap pintu yang terbuka secara pelan. Ternyata bukan Risa dan kawan-kawan, melainkan Abangnya yang baru pulang dari latihan basket.
Lea berkedip lambat. “Kirain Risa sama yang lain, eh, ternyata Abang,” gumam Lea pelan.
Leo melepas tas sekolah yang ia gendong dengan gaya selempang kemudian menentengnya dan berjalan menghampiri Adiknya yang sepertinya tengah menunggu seseorang untuk datang ke rumah.
“Yaya,”
Lea menatap Leo dari atas sampai bawah, terlihat Leo yang masih berkeringat karena latihan basket tadi. “Iya, Bang?”
Leo membasahi bibirnya yang terasa kering, karena ia terasa kering. “Kamu nunggu siapa?”
“Nunggu temen, mau kerja kelompok,” jelas Lea kepada kembarannya.
Leo menyirit, teman? Lea ternyata mudah mendapatkan teman.“Cewek apa cowok?” tanya Leo menatap Lea dengan tatapan menyelidik.
Lea memiringkan kepalanya menatap Leo lekat, dan sialnya itu terasa menggemaskan di mata Leo. “Cewek,” ucap Lea pelan, karena terintimidasi oleh tatapan Leo.
Leo menghembuskan napas lega. “Yaudah, Abang ke atas dulu, kalo udah selesai nanti temennya suruh segera pulang, Abang nggak suka keramaian.” Karena merasa gemas Leo menepuk kepala Lea pelan, karena tidak mungkin ia memeluk Lea karena badannya sedang berkeringat. Kemudian ia berjalan meninggalkan Lea yang masih bingung di tempat dengan mata berkedip lambat. Sepertinya otak Lea tengah loading.
“Eh? Maksutnya?” Lea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian menggidikan bahu acuh.
•••
Dilain tempat, ada sebuah mobil terparkir di depan rumah mewah dalam keadaan sang pemilik serta temannya bingung.
“Ris, beneran nih, ini rumah Lea?” tanya Nia menatap pemandangan di depannya tak percaya. Ini mah, kaya-nya nggak main-main.
Risa mengangguk dengan ragu. “Em, Lea share lock-nya di sini, ya gue ngikutin kemana google maps-nya lah, masa salah sih,” ujar Risa menggaruk dahinya yang tak gatal. Risa juga terheran, bangunan di depannya ini bukan lagi rumah sepertinya, tetapi istana.
“Mungkin bener kali,” sahut Leni yang sedari tadi diam.
“Tapi, ini bagus banget loh rumahnya, gue takut salah alamat, nih, ” ucap Nia khawatir. Bagaimana kalau mereka salah rumah? Kan nggak lucu.
Risa mengangguk setuju. “Mending gue telepon Lea dulu,” ujar Risa.
Nia menggembungkan pipinya, kemudian mengangguk. “Yaudah, telepon gih.” Risa mengangguk kemudian menelepon Lea.
“Halo, Lea coba lo keluar rumah, ini gue udah sampe di tempat yang lo share lock, cuma mastiin aja, kali aja salah alamat,” ucap Risa di telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL!
Teen FictionRank #3 in Anaksekolah [24-5-2021] Rank #2 in Anaksekolah [24-5-2021] Rank #3 in sma [13-6-2021] Rank #2 in sekolah [21-6-2021] Rank #1 in kejam [13-6-2021] Rank #1 in kakak [13-6-2021] Rank #1 in Acak [9-6-2021] Rank #1 in Posesive [11-6-2021] R...