PB | Part 24

32.1K 2.9K 42
                                    


Lea keluar dari toilet dengan wajah yang masam. Ia teringat, beberapa menit yang lalu Kakak kelasnya itu mengingatkan ah, bukan mengingatkan tetapi memperingatkan agar Lea tidak dekat-dekat dengan Nio dan Leo. Bagaimana bisa Lea tidak dekat-dekat dengan Nio dan Leo, sedangkan mereka berdua saja serumah.

Lea menghela napas gusar, ia yakin sebentar lagi hidupnya tidak akan tenang. Pasti akan ada masalah yang terus menerus menghampirinya. Dalam hati ia berdo'a, semoga Tuhan melindunginya selalu. Semoga saja.

Lea menghela napas berat.

“Gue nggak boleh aduin tadi ke Bang Nio sama Bang Leo,” ucap Lea mantap. Setelah dipikir-pikir, ini adalah masalahnya bukan masalah Abangnya, jadi Lea akan mencoba menanganinya sendiri.

•••

“Lama banget ke toiletnya, ada yang gangguin lo?” tanya Nia.

Lea menggeleng pelan. “Perut gue agak sakit tadi, kalian udah pesen makan?” Lea mencoba mengalihkan pembicaraan mereka. Ini masalahnya, ia tidak mau temannya terkena imbasnya.

Risa mengangguk. “Kita udah pesen, gue juga udah mesenin lo makanan, nih,” Risa menyerahkan sepiring nasi goreng serta es teh ke hadapan Lea.

Lea mengangguk kecil dan menerima makanan itu dengan sedikit tidak enak.

“Makasih ya, maaf ngerepotin,” ucap Lea sembari tersenyum lembut.

Risa dan Nia terkekeh mendengar penuturan Lea, sedangkan Leni tersenyum tipis.

“Ya ampun Lea, kayak ke siapa aja. Santai aja, yuk makan.” Nia mengakhiri percakapan mereka lantas mereka menyantap makanan mereka dengan diam.

Sementara itu, di balik dinding kantin seseorang menatap mereka, ralat, menatap Lea dengan pandangan yang menghunus sembari tersenyum menyeringai.

“Gue pastiin lo bakal rasain apa yang udah gue rencanain dengan mateng.”

•••

“Pulang sekolah ke mall mau?” tanya Nia menatap Lea serta kedua sahabatnya yang masih mengemasi barang-barang mereka.

Memang bel pulang telah berbunyi lima belas menit yang lalu, bahkan siswa dan siswi di kelas mereka sudah bubar semenjak lima menit yang lalu. Hanya tinggal mereka berempat di kelas ini.

Risa meresletingkan tasnya. “Kalo gue sih, ayo aja.” Leni hanya mengangguk kecil.

Lea menoleh. “Em, gue ijin dulu ke Mama sama Abang ya?” tanya Lea hati-hati. Mengingat betapa posessivenya Abang kedua serta ketiganya itu.

Nia serta Risa mengangguk. “Habis ashar aja sekalian kalo gitu, biar kita istirahat dulu.”

Lea mengangguk. Ia agak ragu, kemungkinan besar para Abangnya itu tidak akan mengijinkannya.

“Nanti kalo bisa, gue kabarin lewat chat, ya!” seru Lea.

Ketiga teman Lea mengangguk, lantas berpamitan untuk pulang, sedangkan Lea  menuju ke tempat basket. Karena Abangnya serta kembarannya tadi chat Lea dan menyuruh Lea untuk menyusul ke tempat latihan basket.

•••

Sesampainya di tempat latihan basket. Suasana di lapangan basket tidak terlalu ramai, karena hanya ada kelas XII saja yang tengah melaksanakan latihan. Mereka melakukan latihan basket, karena ada lomba basket antar sekolah yang diadakan setiap tahun sekali.

Lea menghampiri Nio yang terlihat sudah selesai dengan latihannya, Nio mengusap keringat yang mengalir di dahinya hingga ke leher. Sedangkan Leo di sana hanya latihan tetapi sambil main-main, karena mengingat ia hanya masuk di tim cadangan.

AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang