PB | Part 20

34.8K 3.1K 64
                                    

“Welcome back to home, baby.”

Lea tersentak saat merasakan ada sepasang tangan yang melingkar erat dipinggangnya serta bisikan berat yang membuatnya merinding.

Lea merasakan pundak kirinya terasa berat, kemudian ia menoleh. Lea lagi-lagi tersentak ketika wajah tampan tersebut berada tepat dihadapannya.

“Kenapa hm?” tanya seseorang tersebut dengan menatap dalam Lea.

Lea berbalik badan dengan posisi menghadap seseorang tersebut yang tak lain adalah abangnya---Alexian Gramout Elveratte.

Masih ingatkah kalian siapa itu Lexi? Harusnya sih, masih ya.

“B-bang, L-Lexi,” ucap Lea terbata-bata.

Dengan mengusap pucuk kepala Lea lembut, Lexi menatap gemas sang adik karena ternyata, adiknya berada didekatnya selama ini. Sangat disayangkan sekali, ternyata sang Kakak dan Ayahnya bergerak lebih cepat untuk menemukan sang adik daripada dirinya sendiri.

Lexi tersenyum lembut, senyum yang tidak akan pernah ditunjukan kepada siapapun kecuali keluarga dan Lea-nya.

“Kenapa? Kok kaget gitu lihat Abang?” tanya Lexi heran.

Lea tak menjawab, tetapi matanya berkaca-kaca, dengan cepat Lea memeluk tubuh kekar Lexi dan membenamkan wajahnya di dada bidang sang Abangnya tersebut.

Memang, Lea memanggil ketiga Abangnya dengan panggilan 'Abang' tetapi tidak untuk Rezwan, ia akan memanggil Rezwan dengan sebutan 'Kakak' entah, kenapa Lea bisa seperti itu, tetapi yang jelas itu adalah kebiasaan Lea sejak kecil.

Lexi mengusap punggung Lea lembut dan mencium rambut Lea dengan sayang, ya, diantara keempat saudara Lea, hanya Lexi lah yang paling memanjakan Lea dari kecil.

“Hei, kok nangis? Nggak seneng ya lihat Abang?” Lea menggeleng-gelengkan kepalanya di dalam pelukan Lexi.

“Kangen ...,” rengek Lea dengan nada manjanya.

Lexi tertawa pelan. Kemudian melepas pelukan Lea dan menghapus air mata yang berada di pipi gadis itu.

“Udah jangan nangis, ih!” Lexi mencubit hidung Lea yang nampak memerah karena menangis. Wajah Lea nampak sangat menggemaskan di mata Lexi saat ini.

Lea menggerucukan bibirnya sebal. “Siapa juga yang nangis, orang tadi kelilipan aja kok,” alibi Lea.

Lexi menggelengkan kepalanya karena ia sudah terbiasa dengan alasan tak masuk akal Lea yang memang sedari kecil sudah seperti itu.

“Kayak anak kecil kamu,” Lexi terkekeh karena Lea semakin melengkungkan bibirnya ke bawah.

“Yuk tidur,” ajak Lexi saat tak sengaja menatap Lea yang sedikit menguap.

Lea mengangguk kecil. Ia sudah lelah karena aktivitas kejutan tadi.

“Tapi temenin tidur ya?” pinta Lea  sembari menatap wajah Lexi dengan puppy eyes-nya.

Lexi menyentil pelan dahi Lea. “Iya, Abang temenin. Kita tidur bareng.”

“Yuk, lah.”

•••

“Huek!”

“Huek!”

Seorang wanita paruh baya sedang terbatuk hebat di dalam kamarnya, setelah membuka bekapan tangannya yang berada di mulutnya untuk menutup batuknua tadi, ia melihat tangannya yang ada cairan kental berwarna merah di telapak tangannya. Ia tahu, ini darah.

Tak lama kemudian, kepalanya berdenyut ngilu dan pandangannya berkunang-kunang.

“Jangan sekarang, kumohon ....” lirihnya.

AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang