PB | Part 37

18.4K 2.3K 235
                                    

Halo ketemu lagi, eits. Maaf kemarin nggak jadi up, alasannya aku kasih tahu di kolom komentar, entah di lihat atau nggak, wkwkw.

Aku udah bilang kalo hari ini akan triple up atau 3X update, hehe. Special nih. Karena kemarin nggak jadi up, sama sekalian aja ucapan makasih aku buat 550K readers sama 48K votenya. Makasih orang baik.

Kalian tahu ini cerita dari mana?

Baca ini jam berapa?

Tim yang suka vote tapi nggak komen?

Tim komen tapi nggak vote?

Tim vote dan komen?

Tim silent readers/ yang sama sekali nggak vote ataupun komen?

                 Happy Reading!

•••

Nanti sore temuin gue di cafe, jam 16.00.”

Setelah membisikan kalimat tersebut Nia menjauh dan duduk di kursi disamping Lea.

Lea terdiam, menatap Nia aneh. Kenapa harus berbisik. Jika cuma memberi tahu hal seperti itu?

Lea menatap Risa yang menyenggol lengannya pelan. “Apa?” tanya Lea tanpa suara.

Risa memelototkan matanya kearah Nia. Lea mengangkat alisnya tak paham.

“Kenapa?” tanya Lea tanpa suara lagi.

Risa menepuk dahinya pelan dengan gereget. Kemudian menarik Lea sembari berucap, “Leni, Nia, gue sama Lea mau keluar bentar, toilet!” seru Risa sembari menarik Lea dan berjalan dengan cepat.

Lea yang ditarik pun hanya diam saja dengan wajah cengonya.

Setelah sampai di toilet, ya, niatnya sih, Risa tadinya mau bicara diluar kelas aja, karena ia berpikir tidak aman. Makanya Risa menarik Lea sampai toilet.

“Ada apa sih, Ris?” tanya Lea bingung.

Risa mengehela napas-nya pelan. “Lo tadi lol banget, masa nggak ngerti sama bahasa isyarat gue,” ujar Risa kesal.

Lea berdecak. “Lo isyaratnya pake gerakan, ya gue nggak tau.” Risa menatap sinis Lea. Padahal tadi Risa meng-isyaratkan pertanyaan seperti, 'Nia tadi ngomongin apa?' padahal Risa menanyakan hal itu lewat isyarat, mengapa Lea tidak mengerti.

“Terus tadi lo ngomongin apa, pas pake isyarat emangnya?”

“Gue tuh tanya, Nia tadi ngomongin apa ke lo sampe bisik-bisik lagi,” ucap Risa.

Lea membulatkan bibirnya. “Oh, Nia tadi,” Lea membasahi bibirnya yang terasa kering. “nggak kok, dia nggak ngomongin apa-apa, cuman biasa aja,” Risa mengernyit.

“Biasa aja?” gumamnya.

“Biasa gimana?” tanya Risa kemudian menatap Lea bingung.

Mata Lea melirik kesana kemari.

“Nggak penting, cuman candaan doang,” ujar Lea bohong.

Risa menatap Lea tidak yakin.

“Bener?”

“Iya,”

“Nggak bohong?”

Lea berdecak. “Iya, Risa!”

Risa mengehela napas pelan. Kemudian tersenyum tipis dan menepuk pundak Lea pelan.

“Gue cuman takut aja, ada hal yang akan terjadi sama lo, gara-gara Nia.”

AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang