MALAM hari di dalam kamarnya, Andra mengambil ponselnya yang sedang di charger diatas meja belajarnya, mencoba menscroll akun instagramnya."Andra." Ketukan suara pintu, beriringam dengan suara yang memanggil namanya, membuatnya mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah pintu kamarnya.
"Iya Ma, ada apa ?" Melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
"Ayo, makan malam dulu." Ajak Mamanya dengan nada yang begitu hangat.
"Mama sama Papa makan duluan aja, Andra nyusu nanti." Rapat OSIS tadi siang sangat mempengaruhi moodnya.
Apakah semua orang akan seperti Andra yang tidak selera makan jika punya masalah dan sedang gelisah ? Bahkan tadi sore pun ia juga tidak makan.
"Jangan gitu lah nak, Papa kamu hanya ingin kita makan bersama. Hanya itu. Apa kamu tidak kasihan, Papa kan sudah kerja seharian dari pagi sampai sore, masa' iya dimintai makan bersama saja kamu menolak nak ?" Rayu Ibu Monic kepada anak tunggalnya.
"Tapi Andra sedang tidak nafsu makan Ma."
"Kamu bisa memberikan kebahagiaan kepada seseorang dengan hal-hal yang sederhana. Contohnya, ikut makan bersama. Anggap saja kamu sedang membahagiakan Papamu, menyenangkan Papamu. Apa kamu tidak mau ?." Ibu Monic masih berusaha merayu Andra.
Setelah mendapat penuturan seperti itu, Andra merasa pikirannya terbuka, toh hanya urusan makan bersama saja. Sifat keegoisan dalam diri sendiri itu ternyata tidak baik. Akhirnya Andra memutuskan untuk menuruti perintah Mama dan Papanya untuk makan malam bersama.
"Iya baiklah Ma." Menutup pintu sebelum akhirnya melangkah menjauhi kamar, Andra meninggalkan ponselnya diatas kasur.
Di meja makan, seorang laki-laki bernama Heru selaku kepala keluarga di rumah tangga ini sedang menunggu kedatangan anak bernama Andra dan istrinya yang bernama lengkap Rinjani, dengan panggilannya Jani."Papa kenapa nggak makan duluan ?." Tanya Andra sambil menarik kursih untuk di duduki.
"Kan nunggu kamu sama Mamamu." Pak Heru tersenyum ramah, sifat kebapakan sangat melekat dalam diri beliau.
"Kenapa harus nunggu Pa ? Papa kalau lapar langsung makan aja. Papa kan capek seharian kerja. Biar nggak sakit." Andra mulai mengeluarkan jurus-jurus perhatiannya.
"Justru karena Papa seharian kerja, Ndra. Makanya Papa nunggu kalian, pengen kumpul bersama sekalian mau melihat wajah kalian. Memastikan apakah anak dan istri Papa ini sehat, bahagia. Selama Papa bekerja kan Papa tidak tahu informasi apa-apa. Papa jadi kurang waktu untuk memberi perhatian ke kamu juga Mamamu. Maafin Papa ya ?." Memberikan piringnya kepada Ibu Monic.
"Iya Pa, nggapapa. Andra ngerti kok. Lagian Andra juga sudah dewasa. Jadi Papa tidak perlu khawatir."
"Terus kalau dewasa apa kamu sudah tidak lagi membutuhkan perhatian dari Papa Mamamu ? Kan butuh. Namanya anak, sedewasa apapun dia pasti tetap butuh perhatian dari orang tuanya, nak." Ibu Monic bersuara sambil meletakkan nasi di piring Pak Heru.
"Papa juga nggak perlu minta maaf seperti itu. Papa pergi kan untuk bekerja, memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ayah dan suami. Papa masih ingat pulang, masih ingat anak istri, itu sudah cukup membuat bahagia." Memberikan piring yang sudah berisi nasi kepada Pak Heru.
Andaikan Andra tadi menolak untuk makan bersama hanya karena menuruti egonya, bukankah itu artinya dia akan menyakiti hati kedua orang tuanya, bukankah Andra akan menjadi anak yang jahat jika itu terjadi, dan bagaimana mampu Andra menyakiti hati kedua orang tuanya yang begitu hangat penuh kasih sayang seperti mereka.Seperti biasa, selesai makan mereka akan berbincang hangat di ruang tengah sambil menyalakan televisi. Membicarakan hal-hal yang sederhana, seperti berdiskusi tentang besok mau dimasakin lauk apa, tentang cat dinding rumah yang harus diperbarui, atau bahkan masalah sekolah Andra.
"Bagaimana sekolah hari ini nak ?" Tanya Bu Monic di sela-sela mencari siaran TV yang bagus.
"Alhamdulillah Ma, ngga ada masalah." Jawaban Andra tidak jujur, Andra mengatakan hal itu karena Andra tidak mau kedua orang tuanya merasa terbebani jika tahu apa yang sebenarnya terjadi. Andra ingin masalah ini bisa ia selesaikan sendiri.
"Alhamdulillah." Jawab Bu Monic tersenyum sambil mengusap lembut punggung Andra.
"Masalah OSIS gimana ? Lancar ?" Gilliran Pak Heru yang bertanya.
Ketika mendengar kata OSIS, Andra semakin gelisah, tapi sebisa mungkin Andra bersikap tenang dan netral. Kedua orang tua Andra tentu mengetahui jika anak tunggalnya ini sedang menjabat menjadi ketua OSIS. Seringkali Pak Heru juga memberikan nasihat-nasihat seputar kepemimpinan kepada Andra, bahkan Pak Heru menyuruh Andra untuk belajar di internet bahkan sampai dibalik buku tentang kepemimpinan. Sepeduli itu Pak Heru terhadap amanah yang di emban oleh anaknya.
"Papa pernah bilang kan, dalam menjalankan organisasi itu pasti ada aja masalahnya, ada aja kendalanya. Dan itu sekarang sedang terjadi pa, tapi papa tenang saja akan Andra selesaikan." Andra menjawabnya tanpa memberitahu langsung apa permasalahan yang sedang terjadi. Mendengar perkataan Andra, Pak Heru tersenyum, menyadari bahwa tampaknya anaknya sedang beranjak dewasa.
"Papa yakin kamu bisa menyelesaikannya." Pak Heru tersenyum sambil memberikan memo kepada Andra, Andra langsung membacanya.
Rafandra Adyatama,
Jangan pernah menghindar apalagi berlari dari permasalahan apapun yang sedang terjadi, hadapilah seburuk apapun permasalahan itu, secara tidak langsung dengan begitu kamu akan berproses menjadi manusia dewasa. Temukan keberkahan di setiap peristiwa yang tidak menyenangkan.
Papamu,
Heru AdyatamaMemo pak Heru membuat Andra tenang.
"Kamu harus ingat kata-kata papa ini." Jari telunjuknya menunjuk ke memo, simpan baik-baik.
"Iya pa." Jawab Andra.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB, semua penduduk rumah memutuskan untuk tidur. Memo dari Pak Heru Andra tempelkan di dinding kamarnya, sebagai pengingat dan motivasi diri.
________
Maaf baru bisa up pren, :))
To be continued
Jadikan Al Qur'an bacaan number one.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)
JugendliteraturApa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya. Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...