Setelah seharian beraktifitas, Andra merebahkan dirinya di atas kasur, menatap langit-langit kamar yang berwarna kuning terkena pancaran dari lampu yang berada di meja samping kasurnya. Lampu utama ia matikan karena memang sudah malam, pukul 23.00 WIB, waktu untuk beristirahat.
Tapi, mata Andra susah sekali terpejam, isi kepalanya kembali memutar kejadian pagi hari, saat ia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah setelah hampir satu minggu tidak menampakkan diri dan memilih absen tanpa keterangan. Seolah memang sedang melarikan diri dari kenyataan. Pengecut.
Paginya tak secerah dulu, gimana bisa cerah kalau senyuman ramah dan sapaan hangat yang dahulu selalu ia dapat seolah lenyap berubah menjadi tatapan sorort kecewa dan penuh tanya, ada yang memandangnya iba penuh rasa kasihan, ada juga yang menatap dengan tatapan kecewa, beberapa berbisik membicarakannya, dan berhenti berbicara saat Andra di depannya, kemudian kembali melanjutkan obrolannya tak kala punggung Andra telah berhasil melewati mereka.
"Eh, itu Andra kan ?"
"Kecewa banget gue sama dia."
"Dia beda sekarang."
"Kasihan banget, gue nggak bisa bayangin kalau misal gue ada di posisinya. Udah gagal jadi juara OSN, eh gagal juga jadi ketua OSIS."
"Iya ya ? gagal di OSN, gagal jadi ketua OSIS, hidupnya penuh kegagalan."
"Setelah ini dia bakal gagal apalagi ya?"
"Dulu di idolakan sekarang terbuang. Dulu di elu-elukan sekarang dipandang sebelah mata."
"Kalau gue jadi dia sih gue nggak akan berani muncul lagi di sekolah."
"Kenapa dia nggak belajar sama Kak Angga ya masalah organisasi ? Kan Kak Angga jago banget tuh, OSIS berjaya banget waktu tahun kemarin ?"
Pendengaran Andra masih normal, ia masih bisa menangkap omongan-omongan dengan jelas. Ingin sekali Andra membungkam semua mulut mereka, atau bahkan sekedar memberi teguran dengan bilang. "Bisa diam nggak !". Tapi, alih-alih menjawab, Andra malah bersikap acuh dengan wajah yang tetap datar berusaha tenang, seolah tidak sedang mendengar apapun, sembari mengeratkan pegangan tas yang tersampir di sebelah bahu kirinya.
Kejadian tadi pagi membuat Andra kesal, ia meremas rambutnya frustasi hingga menciptakan kesan berantakan. Berteriak dalam hati, hal itulah yang bisa dilakukannya sekarang. Karena tidak mungkin berteriak mengeluarkan suara, karena jelas kedua orang tuanya akan terbangun.
Tapi setelah itu, ia mengingat beberapa nasihat dari Ara dan Angga, sedikit demi sedikit perasaannya mulai bisa tenang. Seperkian detik omongan-omongan itu kembali muncul di kepalanya. Nasihat dan cemooh beradu menjadi satu, seolah sedang berperang mendominasi isi kepala Andra.
Dan sampai malam ini, kedua orang tua Andra belum tahu kalau Andra sudah tidak menjabat lagi sebagai ketua OSIS dan beritanya menyebar hampir ke semua sekolah-sekolah SMA Se-Provinsi, bukan bermaksud untuk menyembunyikan, hanya saja Andra masih belum sanggup untuk cerita, Andra takut jika bercerita akan menyebabkan kekecewaan di hati kedua orang tuanya, betapa Bu Monic dan Pak Heru selalu mendukung dengan maksimal ketika Andra menjabat menjadi ketua OSIS, bahkan dalam menagmbil keputusan, Andra selalu meminta pendapat dan berdiskusi bersama kedua orang tuanya. Mana mungkin ia sanggup menyampaikan informasi bahwa belum usai tanggung jawabnya tapi sudah di paksa berakhir. Apalagi dengan alasan bahwa Andra tidak bisa menjadi ketua yang bertanggung jawab, alasan yang sepertinya tidak mungkin akan dipercayai oleh kedua orang tuanya. Anak yang selalu menuruti dan mengerjakan apapun perintah orang tuanya dan membantu ibunya hampir setiap hari, mana mungkin dibilang tidak bertanggung jawab.
Andra berusaha menenangkan dirinya dengan menarik dan membuang nafasnya berkali-kali. Dada bidangnya naik turun selaras dengan gerakan hidungnya.
Bersamaan dengan tubuhnya yang bangkit dari posisi telentangnya, Andra menghembuskan udara kasar yang keluar dari mulutnya sambil berucap. "Oke, tenang, Andra, tenang. Nanti kita cari solusinya ya ? Percuma juga kan dipikir berlebihan tapi nggak mikir gimana solusinya? Iya, fokus solusi." Andra menganggukkan kepala, berjalan mondar-mandir, tangan kiri bertengger di pinggang sedang tangan kanannya mengulum antara ibu jari dan telunjuk, otaknya berfikir cepat dua kali lipat dari sebelumnya.
Self talk hal-hal yang positif memang sangat penting dan sangat berdampak untuk kebaikan diri sendiri.
Andra berhenti tatkala menatap pantulan bayangannya sendiri di cermin, melihat lekat-lekat wajah yang entah sejak kapan telah kehilangan bahagianya. Sambil mengucap. "Gue nggak akan larut dalam situasi seperti ini terus-terusan, mau sampai kapan merasa kecewa dan terus bersedih ? Hidup terus berjalan dan nggak akan berhenti hanya karena lo sedang mengalami kegagalan. Semesta nggak bisa pilih kasih seperti itu, semesta akan terus berjalan menaungi iringan langkah semua orang." Jari telunjuknya ditempelkan pada cermin, menunjuk dirinya sendiri, ada penekanan pada kata lo yang ia ucapkan.
Mulai detik ini, ia harus bisa berjalan tegak melewati semua yang terlah terjadi, membangun kepercayaan diri lagi lebih kuat dari sebelumnya.
Cowok itu beralih dari cermin kemudian melemparkan tubuhnya ke atas kasur lagi. Jemarinya mulai sibuk mengunjungi situs-situs blok yang dirasa mungkin bisa membantunya untuk memunculkan lagi rasa semangat dan optimisme di dalam dirinya. Setelah puas menjelajahi situs blok, ia berpindah ke YouTube, mencari video-video yang diharap bisa menginspirasinya, atau video apapun yang bisa menghiburnya dan bisa mengalihkan fokusnya dari permasalahan-permasalahan yang menekan batinnya meskipun hanya sejenak. Tak terasa rasa kantuk menghampirinya, dengan tiba-tiba matanya terpejam tapi HP nya masih tetap menyala memutar video yang sejak tadi di tontonnya, belum sempat menonton sampai menit terakhir Andra sudah tertidur.
Paket datanya masih tetap menyala sementara itu kesadarannya sudah beralih ke alam mimpi. Untung saja gawainya kini hanya mempunyai daya baterai tinggal 15%, jadi setelah ini gawainya akan mati dan kuotanya tidak akan terbuang dengan sia-sia.
Bersambung....
Macam-macam potret Andra saat tidur
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)
Teen FictionApa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya. Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...