BAB 57

14 4 0
                                    

Di depan teras tokonya, Ara memandangi bintang-bintang yang sedang bertaburan di atas langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan teras tokonya, Ara memandangi bintang-bintang yang sedang bertaburan di atas langit. Entah kenapa, bintang lebih menarik perhatiannya ketimbang bulan.
Hingga suara mobil yang berhenti dan terparkir di depan tokonya membuat Ara langsung melengkungkan bibirnya untuk tersenyum. Ya, bukankah seorang penjual dituntut untuk ramah terhadap pelanggannya ? Siapapun dan dari kalangan manapun itu.
Ara mengenal mobil itu, dan pasti kenal juga dengan si pengemudinya, seseorang yang sudah berkali-kali mampir ke tokonya untuk membelikan bunga kesenangan Mamanya, yakni bunga anyiler. Tebakan kalian benar, seseorang itu adalah Andra.

"Ra." Setelah keluar dari mobil, Andra langsung menegur Ara.

"Seperti biasa kan, Ndra ?" Ara masuk ke dalam untuk menyiapkan bunga yang dipesan oleh Andra.

"Iya, sama tambah buket bunga lili putih ya " Jawab Andra singkat, sambil melihat bunga-bunga lain yang sedang tertata rapi di tempatnya.

"Ini, Ndra, 50 tangkai bunga anyelir sama buket bunga lili putih" Ara memberikan bunga yang sudah ia tata dalam pot plastik berukuran sedang.

Jika kalian bertanya : lima puluh tangkai bunga anyiler buat apa, kok banyak ? Maka jawabannya : 10 tangkai diletakkan di ruang tamu, 10 tangkai diletakkan di ruang makan, 10 tangkai diletakkan di kamar mandi, 10 tangkai di letakkan di kamar Andra, dan 10 tangkai lagi diletakkan di kamar Mama dan Papa Andra.

"Oke Ra, ini." Membayar dengan uang pas.

"Terimakasih." Sambil mengambil uang ditangan Andra.

Transaksi sudah selesai dilakukan. Dan ketika Andra berpamitan pulang, kakinya seakan terhenti, ada hal yang mengganjal di pikirannya, seperti kebanyakan orang pada umumnya, jika tidak disampaikan maka akan memenuhi isi kepala, entah dalam waktu yang lama ataupun singkat, tetap saja akan menganggu kan ? Jadi, bukankah lebih baik diungkapkan jika itu memang sebuah pernyataan, dan ditanyakan jika itu adalah sebuah pertanyaan, supaya tahu apa jawabannya, biar tidak terus menimbulkan rasa penasaran. "Ra, boleh aku tanya sesuatu ?"

"Boleh. Ngobrolnya di depan aja ya."
Ara dan Andra berjalan ke depan toko dan berhenti di teras, keduanya berdiri sambil menatap jalanan, tidak saling pandang.

"Kamu suka bintang ya ?." Tanya Andra tiba-tiba.

"Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu ?." Ara balik bertanya.

"Sebelum mobilku terparkir di teras tokomu, aku sempat melihatmu memandangi langit. Aku kira kamu menyukai bintang." Entah kenapa Andra bisa se-peka ini menjadi laki-laki.

"Ternyata kepekaanmu diatas normal, Ndra." Ara tertawa kecil.

"Kenapa suka bintang ?" Andra bertanya lagi.

"Kamu tahu, Ndra, aku sempat membaca beberapa ayat Al- Qur'an yang didalamnya bercerita mengenai bintang yang berisi, 1. Bintang itu sengaja diciptakan Tuhan untuk menghiasai langit dunia. 2. Tuhan menjadikan bintang terasa indah bagi orang yang memandangnya. 3. Tuhan selalu menjaganya." Andra mendengarkan Ara sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat bintang, berusaha mencari apa istimewanya sebuah bintang disana hingga mampu menarik perhatian gadis bermata indah disampingnya ini.

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandang(nya), dan Kami menjaganya dari setiap (gangguan) setan yang terkutuk, (QS. Al-Hijr: Ayat 16-17)."

Andra masih setia mendengarkan statement Ara.

"Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia, dengan hiasan bintang-bintang." (QS. As-Saffat: Ayat 6)"

"Meskipun dia kecil, tapi cahayanya nggak kalah terang sama bulan. Jadi, nggak ada alasan untuk tidak menyukai bintang." Lanjut Ara sambil memandang bintang di langit.

"Apa boleh aku menyukai bintang juga ? Sama seperti Ara ?" Andra tersenyum, dengan pandangannya yang tetap ke arah langit, menatap bintang.

"Kamu bertanya kepadaku ?"

"Aku bertanya kepada bintang. Takutnya, dia marah kalau aku juga turut menyukainya, aku kira bintang hanya mau kamu sukai."

"Kenapa gitu ?" Melirik Andra sekilas.

"Kamu tahu, yang bercahaya dan indah akan pantas disukai oleh yang bercahaya dan indah juga."

"Kamu dan bintang memiliki keduanya. Sama-sama indah dan juga bercahaya." Lanjut Andra dalam hati.

"Sejak kapan ada teori seperti itu, Ndra ? Kalau mau suka ya suka aja, nggak ada yang ngelarang, menurutku bintang juga nggak akan marah kalau dia disukai oleh banyak orang, termasuk kamu."

"Memang boleh untuk menyukai siapapun, Ra. Tapi perihal aku pantas atau tidaknya itu juga penting. Dan aku tahu diri. Jadi, biar kamu saja yang menyukai bintang."

"Sedangkan aku, cukup dengan menyukaimu, Ra. Itu juga sama halnya dengan aku menyukai bintang kan ?" Lanjut Andra dalam hatinya.

"Tapi, apakah aku pantas untuk menyukaimu ?" Tanya Andra lagi dalam hatinya.

"Sudah malam, Ndra. Kamu nggak pulang ? Takutnya nanti orang tua kamu khawatir." Dalam benak hati paling dalam, sebenarnya, Ara juga tidak enak berbicara seperti ini. Takutnya Andra salam paham.

"Ini ceritanya ngusir ya ? Ngusir secara halus." Andra terkekeh. Andra tahu, Ara tidak bermaksud mengusirnya. Andra sangat paham sekali dengan sikap Ara yang tidak enakan sama siapapun.

"Enggak, bukan gitu, Ndra." Yang ada dalam pikiran Ara adalah tentang perasaan orang tua Andra, bagaimana jadinya kalau kedua orang tua Andra tahu kalau Andra terlambat pulang hanya karena mengobrol bersamanya.

"Tahu gitu, aku nggak akan ngajak kamu ngobrol tadi." Andra melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Enggak, nggak gitu Ndra. Bukan ngusir. Aku nggak keberatan ngobrol sama kamu, nggak keberatan sama sekali. Masa' iya ngobrol seperti ini aja aku keberatan ?"
Andra hanya diam saja tidak menanggapi.

"Ndra, jangan marah, aku salah ngomong ya ? Maaf." Ara sedikit berteriak, berharap Andra mendengar perkataannya.
Andra tetap diam, ketika keberadaannya sudah tepat disamping mobil ia membuka pintu mobinya dengan kedua sudut bibirnya terangkat samar-samar, Andra tersenyum.

Bersambung....

Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang