Mereka yang tergabung dalam GPP (Gerakan Pemuda Peduli) yang di bentuk secara dadakan dan mungkin hanya sementara terdiri dari Anggara sebagai ketua pelaksana, Ara, Airin, Dina, Andra, Radeva, Areno, Andi, Elina dan Sintia.
Setekah melakukan koordinasi selama beberapa kali, dengan pembagian tugas masing-masing, kini di tanggal satu Desember ini, mereka siap melaksanakan kegiatannya.
Mereka berkumpul pukul 07.00 WIB di tempat yang sudah di sepakati, yakni di pertigaan jalan raya Sekarwangi.
Ara datang berboncengan dengan Dina, kedua tangannya kewalahan membawa dua box yang masing-masing berisi seratus tangkai bunga mawar merah. Tiba-tiba ada dua tangan terulur di depannya.
"Biar saya saja yang bawa." Kata cowok tersebut sambil lebih memajukan tangannya.Detik selanjutnya cowok yang berbeda. "Sini."
"Terimakasih Kak Angga, Andra." Memberikan kedua boks tersebut kepada mereka berdua.
Di hari HIV/AIDS ini mereka mulai menebar 200 tangkai bunga mawar merah, dengan kalkulasi 100 bunga beserta buku panduan tentang penyakit AIDS di sebar kepada warga dan pengendara, 100 bunga yang sudah di tempeli memo yang bertulis kata-kata penyemangat di bagikan kepada ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) yang akan mereka kunjungi di beberapa rumah sakit.
Pada aksinya, mereka mengenakan pita merah di dada sebagai lambang bersimpati kepada para penderita AIDS atau ODHA.
Matahari yang semakin naik membuat cuaca menjadi panas, tetapi semangat mereka tetap membara. Banyak dari mereka meletakkan tangannya di depan wajah, mereka gunakan untuk menghalangi sinar matahari agar tidak terlalu menyilaukan mata.
Angga menyobek kardus bekas isi bunga mawar, kemudian ia berjalan mendekati seorang perempuan yang sedang terlihat kepanasan dari yang lain.
"Untukmu, pakai."
"Bisa di jadikan kipas, atau pengahalau dari sinar matahari, benda ini lebih efektif daripada tangan kamu." Lanjut Angga.
"Terimakasih kak." Ara menerima pemberian Angga dengan sedikit sungkan.
"Sama-sama." Angga tersenyum karena Ara juga tersenyum, pandangan mereka bertemu dalam beberapa detik.
Setelah menebar bunga dan buku panduan di jalan raya, mereka mulai mengunjungi beberapa rumah sakit yang di jadikan sebagai rujukan ODHA, di sana mereka menemui ODHA sambil memberikan bunga yang sudah di tempeli memo yang bertulis "Kamu kuat, kamu tidak sendiri ada kami.", setelah memberikan bunga, mereka melakukan aksi peluk penderita ODHA secara bergantian, jika ODHA seorang laki-laki maka yang memeluk adalah anggota GPP (Gerakan Pemuda Peduli) laki-laki, jika ODHA seorang perempuan maka yang memeluk adalah anggota GPP perempuan.
Suasana haru ketika melakukan aksi peluk ODHA tak bisa di bendung, beberapa di antara mereka entah anggota GPP maupun ODHA bahkan tidak kuasa menahan air matanya. Kebersamaan dan saling menguati sangat terasa.
Banyak dari kita yang sangat takut dengan yang namanya sendiri, kesepian dan di ditinggalkan, mungkin itulah yang sedang di alami oleh ODHA, karena masih banyak yang mendiskriminasi mereka dalam lingkungannya.
Semua hal yang telah mereka lakukan dalam kegiatan ini bertjuan untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit AIDS dan mengajak untuk peduli serta tidak menjauhi penderita AIDS, juga sebagai bentuk kampanye sosial tentang bahaya virus HIV, penanggulangannya, dan pencegahan sejak dini, juga sebagai bentuk dukungan kepada ODHA.
Setelah semua bunga sudah habis, mereka memutuskan untuk istirahat di kantin rumah sakit, sekedar membeli minum ataupun makan.
Dina meminta Ara untuk menemaninya pergi ke toilet sebentar, dan Ara menuruti.Ara duduk di bangku panjang depan toilet untuk menunggu Dina.
Tiba-tiba sebuah botol mineral terulur ke depan wajahnya. "Minumlah."Ara mendongak ke atas, memastikan siapa pemilik tangan yang ada di depannya dan siapa pemilik suara yang baru saja ia di dengar.
"Minum." Ulangnya, sambil menyodorkan minumannya kembali. Ia duduk di samping Ara dengan menciptakan jarak.
Ara menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, buat kamu."
"Terimakasih, Ndra." Mengambil botol mineral dari tangan Andra.
Ara berusaha membuka tutup botol tersebut tapi tidak kunjung terbuka. Apa iya tenaganya sangat lemah, hingga untuk membuka botol minuman saja tidak kuat ?"Sini." Andra merebutnya dari tangan Ara, kemudian membukakan minuman itu untuknya.
"Kalau nggak bisa buka itu ngomong." Kata Andra lagi dengan nada mengejek.
"Bisa kok." Jawab Ara tidak terima.
"Halah, ngeles. Sudah kelihatan kalau nggak punya tenaga."
"Kenapa sih ini orang, tadi baik sekarang nyebelin banget." Monolog Ara dalam hatinya.
Dina keluar dari kamar mandi, dia sibuk merapikan bajunya sambil berkata. "Maaf ya Ra jadi nunggu la." Dina menghentikan ucapannya ketika ia menoleh dan mendapati ada Andra disana.
"Sudah Din ? Yuk ke kantin, mungkin sudah di tunggu teman-teman yang lain." Ara berdiri dan langsung menggaet lengan Dina mengajaknya pergi, Ara menghiraukan ekspresi Dina yang masih terkejut dan penuh tanya di kepalanya. Ia juga meninggalkan Andra yang masih duduk di tempat tadi.
Setelah beberapa langkah berjalan. "Itu kenapa bisa ada Andra ? Itu minuman dari dia ya? Cieee." Goda Dina.
"Apaan sih Din ? Aku jelasin ya, gini, pertama, aku nggak tahu kenapa ada dia, tiba-tiba dia nongol, kayak jin. Terus kedua, iya ini minuman dari dia, nggak tahu tiba-tiba dikasih, mungkin dia lagi kesambet. Ketiga, jangan cie cie." Ara menjelaskan dengan ekspresi kesalnya.
"Kayaknya Andra naksir kamu deh Ra."
"Dina, jangan berasumsi yang tidak-tidak deh."
"Dari gelagatnya kelihatan benget kalau dia suka sama kamu."
"Dia hanya ngasih minuman, mana bisa hal seperti itu di jadikan pertanda bahwa dia suka sama aku ? Kamu ngaco kalau ngomong."
"Dia hanya ngasih minuman bukan ngasih mahar, gitu maksud kamu ?" Setelah memberi pernyataan, Dina berlari menjauhi Ara.
"Dinaaa." Teriak Ara sambil mengejar Dina, hendak memberi pelajaran karena tidak terima atas apa yang telah Dina ucapkan kepadanya.
Setelah selesai makan dan minum, mereka sekalian melakukan evaluasi di kantin tersebut.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)
JugendliteraturApa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya. Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...