APA yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kalimat 'ulangan harian' ? Rasa cemas ? Khawatir ? Was-was ? Deg-degan ?
Bagaimana kalau ulangan hariannya adalah mata pelajaran yang paling kalian suka, ataupun paling kalian bisa ? Apa kalian akan senang ?
Hari ini, kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPS 1 sama-sama sedang ada ulangan harian, meskipun sama-sama ulangan harian tapi metode yang diterapkan berbeda, tergantung guru mata pelajarannya.
Jika XI IPA 1 menggunakan metode siapa yang sudah selesai duluan bisa langsung keluar kelas. Maka kelas XI IPS 1 menggunakan metode ganjil genap, yang nomer absennya ganjil maka dia akan mengerjakan ulangan terlebih dahulu, sedangkan nomor absen genap, mereka akan menunggu di luar. Karena Ara bernomor absen ganjil maka dia mengerjakan ulangan terlebih dahulu.
Ruangan kelas XI IPA 1 dan XI IPS 1 sama-sama sedang kondusif. Ara dan Andra sama-sama saling bergelut dengan soal ulangan yang mereka dapat dari gurunya.
Kelas XI IPA 1.
Selang beberapa menit, sekitar 25 menit, Andra sudah berhasil menyelesaikan soalnya, karena ulangan hariannya hari ini adalah mata pelajaran yang paling Andra bisa dan paling Andra suka, yakni matematika. Jadi, wajar saja kalau Andra berhasil menyelesaikannya lebih cepat dari yang lain.
Kelas XI IPS 1, sedang mengerjakan ulangan harian Pendidikan Agama Islam, mata pelajaran yang paling Ara suka.
Ketika Andra sedang berada di luar kelas, ia mendapati ada sosok Ara sedang duduk di teras depan kelasnya bersama beberapa siswa-siswi yang lain. Andra berusaha untuk berjalan mendekati kelas XI IPS 1. Sesampainya di depan kelas, ia mengajak Ara untuk berbicara empat mata.
Ara setuju, mereka duduk di kursih panjang di kelas sebelah, yakni di depan XI IPS 2, mereka duduk dengan menciptakan jarak. Andra duduk di kursih sebelah kanan, Ara duduk di kursih sebelah kiri. Pandangan mereka menghadap ke depan, tidak saling pandang.Andra tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan seperti Ara. Tidak boleh terlalu dekat dan tidak boleh terlalu sering memandang. Sedangkan teman-teman sekelas Ara sibuk menerka-nerka apa yang sedang Ara dan Andra bicarakan.
"Ra." Andra memulai pembicaraan.
"Iya. Ada apa, Ndra ?" Sedikit menoleh kepada Andra, kemudian kembali meluruskan pandangannya.
"Kita dituntut untuk saling bekerja sama di acara hari jadi SMAPAN nanti."
"Lantas ?"
"Mau kah mencoba kisah baru dengan gue ?"
Kisah baru ? Ara tidak paham kemana arah perbincangan ini.
"Aku nggak ngerti maksud kamu apa, Ndra."
"Kisah baru, kita berteman. Dalam menjalankan kegiatan nanti, kita butuh koordinasi, kalau kita nggak berteman bagaimana acaranya bisa berjalan dengan lancar nantinya ? Aku yakin Tuhan nggak akan marah hanya karena kita berteman." Tutur Andra, entah kenapa sifat kali ini Andra terlihat sangat berbeda, tidak menyebalkan seperti biasanya.
"Darimana kamu tahu kalau Tuhan nggak akan marah ?"
"Sebagaimana sifat Tuhan yang begitu familiar di telinga kita Rahman Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita diciptakan untuk saling mengasihi dan menyayangi, Tuhan juga lebih suka kalau hambaNya saling rukun, damai, dan tidak saling bermusuhan. Begitu bukan ?." Jika berbicara seperti ini, Andra nampak religius.
"Kamu benar, Ndra. Aku baru tahu kalau ternyata kamu ..."
"Apa ? Gini-gini gue juga belajar agama Ra, meskipun sedikit, itupun belajarnya di kelas, kalau ada jadwal Pendidikan Agama Islam." Andra terkekeh, Ara juga.
"Tapi, aku nggak pernah nganggep kamu musuh, Ndra."
"Gue juga."
"Terus kenapa kamu bertanya apakah aku mau berteman denganmu, kalau pada kenyataannya kita ngga saling musuhan ?" Ara bingung, entah kenapa dia mendadak menjadi perempuan lugu yang nggak bisa memahami tiap kalimat yang terucap dari laki-laki ini.
"Kenapa? Emangnya nggak boleh nanya ?"
"Nggak, nggak gitu maksudku Ndra." Ara menggelengkan kepala, merasa takut jika salah berucap.
"Banyak yang mengaku berteman, tapi kenyataannya nggak benar-benar berteman. Status pertemanan nggak bisa dijalin hanya karena saling tahu nama, Ra. Jadi, pengakuan untuk mau berteman juga penting. Lebih resmi." Senyum simpul menghiasi bibir Andra.
"Jadi bagainana ? Mau berteman ?" Ajak Andra lagi.
"Pasti." Jawab Ara yakin. Bagaimana Ara bisa menolak, kalau faktanya Ara adalah seseorang yang sangat terbuka perihal pertemanan, dengan siapapun dan dari kalangan manapun.
Bagi Ara, banyak teman berarti banyak saudara. Berbeda teman, berarti berbeda pula pembelajaran dan pengalaman hidup yang bisa di dapat dan di jadikan contoh, tentu saja hal-hal yang baik. Tetapi, memiliki banyak teman juga beresiko jika tidak pandai dalam memfilter mana yang baik dan mana yang buruk. Bahaya, bisa terjerumus. Maka dari itu, benteng keimanan juga harus kuat.
"Oke. Aku balik ke kelas dulu." Andra lagi-lagi tersenyum.
Sebentar, sejak kapan Andra menyebut dirinya dengan sapaan 'aku' ? Biasanya gue.
"Sejak kapan pakai kata aku ?" Tanya Ara yang merasakan perubahan Andra.
"Sejak hari ini, sejak kamu mau berteman denganku."
"Kenapa harus begitu ? Kamu pakai lo gue juga gapapa kok, aku nggak keberatan."
"Sesama teman harus bisa saling menghargai, kata aku kamu lebih pantas digunakan daripada kata lo gue, kan harus menyesuaikan dengan lawan bicara ?"
"Hhmm, iya terserah kamu." Ara mengangguk mengerti.
"Ada yang di tanyakan lagi sebelum aku balik ke kelas ?"
"Rasanya aneh Ndra, kalau kamu pakai kata aku." Ara menjawab bukan pada jawaban yang seharusnya, melainkan mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan.
"Aneh ya ? Mungkin karena memang belum terbiasa." Suara Andra sedikit gerogi.
Andra benar, Ara belum terbiasa.
"Aku balik ke kelas dulu ya." Berlalu meninggalkan Ara sendirian.
"Iya." Jawab Ara ketika Andra melangkahkan kaki beberapa langkah menjauh dari tempat duduknya.
Sementara itu, Ara sibuk terbenam dengan pikirannya sendiri, tentang sikap Andra yang semakin hari kian beda. Tapi kenapa juga Ara memikirkan Andra, bukankah itu suatu hal yang tidak penting untuk di pikirkan oleh Ara ? Mau Andra baik, mau jutek, mau marah-marah, mau manis, itu sama sekali bukan urusan Ara.
__________
Yeaaayyy, akhirnya bisa up,
Gimana part kali ini ?
Suka nggak ?Mau lanjut kapan ?
Vote dan komen jangan lupa ya ☺️
Jadikan Al Quran bacaan number one.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)
Fiksi RemajaApa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya. Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...