Dengan tergesa-gesa dan nafas yang terengah-engah, seorang laki-laki berlari sambil sesekali melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Tangan kanannya menarik koper berukuran sedang.
Pukul 05.30 WIB, masih pagi sekali peserta lomba di haruskan sudah ada di sekolah karena perjalanan menuju tempat di adakannya perlombaan lumayan jauh.
"Untung nggak telat." Katanya ketika bergabung bersama peserta lomba yang lain.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan mendapat bimbingan, hari ini waktunya mereka untuk berperang. PILDARAJA, lomba tahunan terbesar yang di selenggarakan oleh universitas ternama di Indonesia. OSN, acara tahunan sains terbesar yang di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan.
Untuk pergi ke tahap nasional, tentunya peserta akan dilatih lagi terlebih dahulu, dilatih sama pembimbing yang lebih mumpuni di bidangnya. Pelatihannya di bagi menjadi dua trip, juara 1-3 ikut pelatihan pada trip pertama, sedangkan sisanya ikut pelatihan pada trip kedua.
Dari sembilan bidang sains yang di pertandingkan di OSP, setiap murid SMA Pancasila berhasil menduduki juara 1, ada yang menduduki juara 2, dan 3, dengan bidang yang berbeda, maka dari itu mereka mengikuti trip pertama yang akan dimulai besok dari tanggal 5-10 Juni, sehingga mereka harus berangkat hari ini karena harus melakukan banyak persiapan, salah satunya check-in kamar, dan trip kedua pada tanggal 11-15 Juni, lomba di nasional akan dimulai tanggal 16-21 Juni.
Mereka naik bus mini milik sekolah, bus yang memang sengaja di siapkan sekolah untuk mengantar para muridnya mengikuti lomba. Bus di isi seki dengan 9 peserta lomba beserta guru pembimbing masing-masing, ditambah Ara dan guru pembimbing, ditambah pak sopir, sehingga total keseluruhan adalah 21 orang. Kursih paling depan di isi oleh guru pembimbing, sedangkan para murid duduk di kursih belakang pembimbing.
Ara dan Andra duduk bersampingan tapi berjarak di kursih yang berbeda.
"Kamu kok bisa ikut di bus ini ?" Tanya Andra ketika bus akan berjalan.
"Kebetulan lomba PILDARAJA di selenggarakan hari ini, berbarengan dengan keberangkatan peserta OSN, makanya di suruh pak Kepsek naik bus ini sekalian, karena sejalur." Jawab Ara. Andra mengangguk mengerti.
Di kursi tempat duduknya, Andra nampak gelisah, tentu saja ini bukan pengalaman pertama baginya, tapi tetap saja membawa nama provinsi dalam ajang OSN bukanlah hal yang ringan, banyak harapan yang harus di pertanggung jawabkan.
Ara yang tidak sengaja melihat Andra yang sedang murung tidak seceria seperti biasanya berinisiatif untuk menulis sesuatu di lembaran kertas, memo, dilipat memo itu menjadi kecil kemudian melayangkannya kepada Andra.
"Baca." Kata Ara pelan ketika memonya mendarat tepat di perut Andra.
Dengan rasa penasaran, Andra membaca kertas pemberian Ara.
Andra,
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.
Di bagian bawah kertas ada lagi tulisan.
Baca waktu tes, semangat :).
Temanmu,
AraSeketika bibirnya melengkung, Andra tersenyum.
Andra menoleh kepada Ara, "Terimakasih." Kata Andra pelan. Ara membalas dengan mengangkat jempolnya.
Di dalam arena perlombaan, Ara duduk di kursih yang telah disediakan oleh panitia, menunggu namanya dipanggil, dengan perasaan yang campur aduk, antara cemas khawatir jikalau nanti ia lupa dengan apa yang akan ia sampaikan, deg-degan sekaligus gemetar karena peserta-peserta lain ternyata bagus-bagus, juga takut jika mengecewakan banyak pihak, semua menjadi satu dalam hatinya, meskipun ini bukan pertama kali bagi Ara tapi tetap saja kompetensi selalu menimbulkan sensasi tersendiri.
Berkali-kali ia menarik nafasnya dalam-dalam berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Ternyata jabatan ketua ROHIS tidak menjamin dirinya untuk memiliki percaya diri yang tinggi, setiap minggu memimpin rapat dan berbicara di depan teman-temannya tidak cukup menjamin dirinya untuk memiliki ketenangan hati yang tinggi.
Baginya ini sangat berbeda. Jika diperbolehkan untuk jujur, maka jujur, Ara tidak suka tentang penilaian, Ara tidak suka di nilai. Bagi Ara, angka adalah sebuah hal yang menakutkan.
"Padahal tadi aku berusaha menenangkan orang lain, tapi kenapa rasanya sangat sulit untuk bisa menenangkan diri sendiri." Ara bermonolog dalam hatinya, mengingat pesawat kertas yang ia luncurkan kepada Andra. Kakinya ia ketuk-ketukkan ke tanah tatkala namanya di panggil.
Diatas panggung, Ara berusaha untuk menenangkan hatinya. Ia mengingat beberapa nasihat dari kak Angga kemarin. Membaca doa-doa penenang. Atas izin Allah Ara bisa fokus, tenang dan enjoy menyampaikan dakwahnya.
Perasaan lega menyelimuti hati Ara ketika telah selesai meyampaikan dakwahnya. Hingga detik-detik pengumuman pun dimulai, Ara kembali merasakan cemas dan deg-degan. Detak jantungnya berdegup lebih kencang.
Dia bermonolog dalam hatinya "Ternyata perasaan deg-degan berlebihan secara terus menerus itu nggak enak ya ? Bikin nggak nyaman."
Untuk merilekskan hati dan sedikit menormalkan detak jantungnya, Ara menarik nafasnya dalam-dalam kemudian melepaskannya secara perlahan. Hal itu ia ulangi berkali-kali.
"Tenang Ara, atas izin Allah, kamu akan menang." Kata Bu Isma selaku pembimbing Ara. Dengan perkataan yang mampu menumbuhkan jiwa optimisme kepada Ara.
"Terimakasih Bu. Aamiin."
MC mulai naik ke atas panggung setelah sebelumnya rehat menunggu keputusan juri untuk akumulasi nilai, ditangannya, MC memegang kertas yang di dalamnya ada list nama-nama juara.
"Sudah nggak sabar buat pengumuman juaranya ? Kira-kira siapa ya yang akan memenangkan PILDARAJA dan membawa pulang piala yang ada disamping saya ini ?"
Setelah MC berbicara panjang lebar, akhirnya kini akan tiba pengumuman terpenting.
"Beri tepuk tangan yang meriah untuk juara ketiga, dengan poin rata-rata 97,5 diraih oleh, SMA Garuda, ananda Rifki Sholeh, selamat, di persilahkan naik ke atas panggung. Suara tepuk tangan memeriahkan suasana yang semula hening.
"Juara kedua, dengan poin rata-rata 98 diraih oleh, SMA Merdeka, ananda Aisyah Rahmah. Selamat, di persilahkan naik ke atas panggung."
Degup jantung Ara sangat tidak terkontrol ketika MC mengumumkan detik-detik siapakah juara pertama.
"Kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah untuk juara pertama, dengan poin rata-rata 98,5 diraih oleh ..."
Diraih oleh .. MC mengulang perkataannya lagi.
"SMA Pancasila, ananda Elakshi Kara." MC meninggikan suaranya waktu menyebut nama Kara.
"Selamat, di persilahkan naik ke atas panggung." Sambung MC.
Ara tersenyum, mencium guru pembimbingnya, kemudian naik ke atas panggung untuk mengambil hadiahnya.
"Alhamdulillah." Ucap Ara dalam hatinya. Ara sangat bersyukur dengan apa yang diperolehnya hari ini karena ia bisa membanggakan nama Sekolah, membanggakan kedua orang tuanya yang sudah tiada, membanggakan Tuan Kakek dan Tuan Neneknya, membanggakan nama ROHIS dan orang-orang di sekitarnya. Tentu, ini semua atas kuasa Tuhan.
____________
Boleh follow akun ini agar tidak ketinggalan info dan update cerita 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Memo Rasa ✔️ (Part Lengkap)
Fiksi RemajaApa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya. Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...