Apa yang akan terjadi jika sebuah organisasi besar dalam sekolah mengklaim bahwa organisasinya lah yang paling berjaya dari organisasi lainnya.
Inilah yang sedang di alami oleh OSIS, mereka tidak terima jika pada faktanya ROHIS telah mengalahkan kej...
SORE hari, setelah Ara membantu menyelesaikan tugas rumah, setelah mandi juga, dia bersiap untuk pergi ke toko bunganya. Toko yang sebenarnya adalah toko milik Kakek Mamad, warisan dari perempuan bernama Ayu (ibunya Kakek Mamad). Karena Kakek Mamad dan Nenek Roidah sudah terlalu sepuh jika harus mengurus bunga-bunga, maka dari itu di berikanlah toko bunga tersebut kepada Ara pada saat Ara baru lulus SMP. Nama toko yang semula 'AYU FLORIST' telah resmi berubah nama menjadi 'KARA FLORIST'.
Hanya beberapa menit, Ara sudah sampai di Toko 'KARA FLORIST' yang terletak beberapa kilometer dari rumahnya, letak toko ini lumayan strategis karena dekat dengan jalan raya. Memiliki luas bangunan yang sedang -tidak besar dan tidak kecil-, dengan cat dinding luar berwarna abu-abu sedangkan cat dinding dalam berwarna putih, dua pintu dari kaca, toko ini terlihat elegan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memiliki satu karyawan bernama Dina, Seumuran dengan Ara, sama-sama kelas XI, hanya saja beda sekolah. Berjilbab juga. Dan dua kurir laki-laki yang lebih tua dari Ara, Ara memanggil mereka berdua dengan sebutan Bang Putra dan Bang Banyu.
Baru saja toko 'KARA FLORIST' di buka, tetapi sudah ada pembeli yang datang. Seorang laki-laki dengan langkah tegap datang sambil membawa kartu nama juga memo ditangannya, memo yang berisi tulisan pesanan mamanya. Dan kartu nama milik 'Kara Florist' yang di dalamnya berisi alamat dan juga no telepon. Kartu nama tersebut diberikan Mamanya kepadanya supaya ia tahu ke alamat mana dia harus menjalankan mobilnya.
Ara sangat terkejut dengan customernya kali ini. Dengan buru-buru, sebisa mungkin Ara menetralkan raut wajahnya.
"Selamat datang di Kara Florist, ada yang bisa saya bantu, kak ?" Sambut Ara dengan tersenyum ramah. Jika sedang berada di toko, Ara akan menggunakan kata sapaan 'saya' untuk menumbuhkan kesan formal dan resmi sebagai seorang penjaga toko.
Meskipun laki-laki dihadapannya ini adalah orang yang sejak pagi selalu membuat emosinya naik turun, tapi bagi Ara, disekolah dengan diluar sekolah adalah lingkungan yang berbeda. Ara berusaha seprofesional mungkin.
"Jangan panggil kakak." Andra tidak terima, karena dia merasa bahwa panggilan itu terlalu tua baginya, dia merasa risih jika dipanggil kak oleh orang yang seumuran dengannya.
"Baik. Ada yang bisa saya bantu, Pak ?" Ara mengulangi dengan tetap berusaha tersenyum ramah. Menurut Ara, mungkin panggilan kakak kurang sopan bagi manusia bersosok Andra.
"Gue masih muda. Belum menikah juga. Jangan panggil Bapak." Dipanggil kakak saja Andra tidak mau apalagi dipanggil dengan sebutan bapak.
"Baik. Ada yang bisa saya bantu, mas ?" Ara berusaha tetap tersenyum sambil menebak apa kemauan sosok laki-laki di hadapannya ini.
"Dipanggil kakak aja gue nggak mau, apalagi dipanggil mas."
"Baik. Ada yang bisa saya bantu, dek ?"
Entah sudah berapa kali Ara harus mengulangi dengan kalimat yang sama.