Vol 2 Ch 2 - Syarat

15 8 1
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


==============================


"Erna? Apa maksudmu? Erna sudah–"

"Erna sudah tewas. Ya, aku sudah mendengarnya dengan jelas. Loud and clear," Rachel menyela. "Tapi, pertanyaanku muncul justru karena dia sudah tewas. Kalau dia masih hidup, mungkin aku tidak akan menanyakannya."

Ubara memandang Rachel tajam. Dia terdiam, mencari tahu tujuan Rachel. Ubara melihat ke sekitar. Tanpa perlu waktu lama, dia sudah memahami maksud ucapan Rachel. Ubara tidak perlu berpikir karena ucapan Rachel bukanlah teka-teki atau sejenisnya. Jawabannya sudah sangat jelas, ruangan tempat mereka berada.

"Sudah paham?" Rachel memastikan.

"Aku memberi bantuan sementara kalian memberi fasilitas agar jasad Erna terjaga. Benar begitu?"

"Bingo! Tepat sekali!" Rachel membenarkan. "Dan, bukan hanya fasilitas untuk menjaga jasad Erna. Jangan lupa kalau statusmu sudah buron. Kamu akan membutuhkan makanan dan sumber listrik, kan? Belum lagi, kemungkinan, rekening bankmu sudah dibekukan oleh pemerintah saat ini."

Ubara tidak langsung merespons. Dia mempertimbangkan pro dan kontra kalau menerima tawaran Rachel. Matanya terus bergerak antara Rachel dan jasad Erna. Setelah beberapa saat, Ubara mengalihkan pandangan ke perempuan berambut biru.

"Dela, apa kau pemimpin organisasi ini?"

"Ah, bukan. Pemimpin organisasi ini adalah Arman, laki-laki yang kamu tendang tadi. Tapi, jangan khawatir, aku bisa membuat keputusan saat ini juga tanpa perlu meminta izin Arman."

Dela bisa menebak arah pertanyaan Ubara. Oleh karena itu, dia memberi jawaban tambahan.

"Baiklah kalau begitu. Aku punya 2 syarat." Ubara mengangkat telunjuk. "Pertama, aku mau bengkel pribadi, tidak bengkel yang jadi satu dengan orang lain. Bengkel ini juga akan aku jadikan kamarku. Makanan, air, dan listrik tetap kalian sediakan tanpa syarat."

"Baik, syarat pertama aku terima."

"Syarat kedua," Ubara mengacungkan dua jari. "Aku tidak mau menerima perintah dari siapa pun. Aku tidak mau berada di bawah siapa pun. Jadi, aku berhak menolak permintaan kalian atau membuat keputusan tanpa mengonsultasikannya dengan kalian."

"I-itu ...."

Berbeda dengan syarat pertama, Dela tidak bisa menyanggupi syarat kedua begitu saja. Kalau syarat kedua dipenuhi, posisi Ubara seperti parasit. Bahkan, Dela menjadi ragu apakah Ubara akan memberi bantuannya sebagai mekanik.

"Rachel," Ubara menurunkan tangan dan melihat ke Rachel. "Ucapanmu sebelumnya cukup akurat, tapi ada satu hal yang salah."

"Dan, apakah itu?"

"Rekeningku yang dibekukan tidak memiliki saldo sama sekali. Jadi, aku memiliki dana yang SANGAT bisa kugunakan. Dan, kalau kalian berpikir aku tidak punya kontak lain yang bisa dihubungi, kalian belum benar-benar mengenalku."

Rachel tersenyum. Namun, berbeda dengan sebelumnya, kali ini matanya ikut tersenyum.

"Dela, terima kedua syarat Ubara." Rachel berdiri sambil melepaskan tangan dari hidung, memastikan mimisannya sudah berhenti.

"Tapi Rachel–"

"Del, mengingat kita yang membuat Erna tewas, kita berhutang terlalu banyak pada Ubara. Setidaknya, dengan memenuhi kedua syaratnya, hutang kita bisa sedikit lebih ringan."

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang