Vol 6 Ch 14 - Hipokrit dan Generasi Terakhir

7 2 0
                                    

"Akhirnya sudah selesai."

"Kak Ubara keluar sebagai pemenang, sesuai ekspektasi."

"Dan, dengan siaran ini, hancur sudah pemerintahan Negara Sabag Raya."

Adele, Sina, dan Gita bangkit dari kursi dan melakukan peregangan. Mereka terlihat begitu santai dan rileks, seolah baru menonton film di bioskop.

Di lain pihak, Irie dan agen Aliansi Pemerintah Dunia terdiam. Meski sudah menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, mereka masih tidak mampu memercayai hasil pertarungan. Mereka tidak mampu percaya kalau siaran berakhir dengan Ubara berdiri tegak dan keluar sebagai pemenang.

Empat Mode Hound dan sepuluh Mode Obliteration tidak bisa menandingi Ubara. Saat ini, yang bisa menandingi Ubara adalah sesama Mode Armageddon. Tapi, sebagai penemu dan pengguna Overlord, aku yakin Ubara pasti sudah memiliki cara untuk mengalahkannya.

Kepala Irie tidak bisa diam begitu saja. Kekhawatiran demi kekhawatiran bermunculan.

Aliansi Pemerintah Dunia, termasuk Irie, selalu mengkhawatirkan satu hal. Setelah urusan Ubara dengan Pemerintah Sabag Raya, apa yang akan terjadi? Apakah Ubara akan mengakhiri semuanya begitu saja? Atau malah merambat ke negara lain—terutama yang mempraktikkan politik kambing hitam.

Ada sebagian dari Irie yang berharap Ubara selesai. Namun, pernyataan dan deklarasi Presiden Soerahman di akhir mengubah semuanya. Negara-negara penganut politik kambing hitam akan menyerang Sabag Raya. Dan sebagai efeknya Ubara tidak akan tinggal diam.

Seolah keadaan belum cukup buruk, beberapa bulan sebelumnya, kabar burung beredar bahwa Ubara tidak hanya mengirim desain Overlord ke pemerintah dunia. Diduga, pihak lain yang menerima desain Overlord adalah teroris dan pemberontak di berbagai belahan dunia.

Dengan kata lain, Ubara bermaksud membuat para negara sibuk mengurus pemberontak dan teroris mereka masing-masing. Ubara sudah mempersiapkan semuanya.

Ketika Irie masih berpikir keras, tiba-tiba muncul suara bising. Semua orang mengalihkan pandangan ke proyeksi di tengah tenda—sumber suara—yang memunculkan kotak berwarna merah.

"Peringatan?"

"Nuklir?"

Adele dan Gita penasaran memiringkan kepala dan menggaruk dagu ketika melihat kotak merah peringatan.

Di lain pihak, Sina langsung melempar pandangan ke Irie dan agen yang lain. Semua agen pun saling melempar pandangan. Mereka semua paham peringatan apa itu.

Satu perempuan tidak melempar pandangan ke siapa pun. Irie langsung membuat panggilan.

"Halo, Pak, apa maksud semua ini?" tanya Irie saat teleponnya terjawab.

Pertanyaan Irie berhasil menarik perhatian semua orang.

[Karena skenario terburuk terjadi, yaitu Ubara menang dan Sabag Raya mengakui politik kambing hitam, direksi dan jajaran atas memutuskan untuk menghancurkan Ubara bersama dengan Sabag Raya.]

"Apa?"

[Maafkan aku, Irie. Aku sudah berusaha agar mereka mau menunda rencana ini setidaknya sehari lagi, setidaknya sampai agen kita yang di Sabag Raya sudah keluar. Sayangnya, aku gagal.]

"Tidak mungkin ...."

Irie terduduk lemas setelah mendengar jawaban atasannya. Agen yang lain, meski tidak mendengar jawaban atasan mereka secara langsung, sudah bisa memperkirakan isi percakapannya. Mereka hanya bisa menundukkan kepala.

Adele bertanya, "Sina, apa ini peringatan yang dimaksud oleh Ubara?"

Sina mengangguk. "Benar, ini adalah peringatan yang dimaksud oleh Kak Ubara."

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang