Epilog 1 - Pesan

9 2 0
                                    

"Jadi, ada perlu apa Bu Adele? Sampai Bu Adele tidak mau menjelaskannya dengan segera?"

Sina dan Gita masuk ke kantor Adele. Mereka berdua telah mengenakan piama, sama seperti dua perempuan yang telah menanti—Adele dan Sari.

Gita yang di belakang langsung menutup dan mengunci pintu. Karena melakukan pertemuan di tengah malam, ketika sebagian besar penduduk panti asuhan sudah tidur, Gita sadar kalau ini adalah rahasia yang sangat penting. Gita dan Sina pun duduk di sofa di seberang Adele dan Sari—seperti biasa.

"Siang tadi, waktu kita makan, tepat setelah melakukan pemeriksaan kandidat calon presiden, sebuah pesan masuk ke gelang komunikatorku. Kalau hanya pesan dari militer atau politisi lain, akan aku urus sendiri. Namun, kali ini, aku mendapatkan pesan tersebut dari ...."

Adele terhenti sejenak. Lidah dan mulutnya terasa begitu berat untuk mengucapkan nama pengirim. Namun, dengan cukup keteguhan, Adele akhirnya menyebutkan nama pengirimnya.

"Dari Ubara."

Tiga perempuan di dalam itu langsung membelalak. Bahkan Sari yang duduk di samping Adele langsung menoleh kencang, seolah lehernya patah.

"Del, kamu serius?"

"Bu Adele serius?"

"Dari Kak Ubara?"

Adele mengangkat sebelah tangan, memberi isyarat agar yang lain tenang.

Sina dan yang lain pun kembali duduk dan melihat satu sama lain. Kalau benar yang mengirim adalah Ubara, maka Sina memahami kenapa mereka melakukan pertemuan di tengah malam.

"Apa Bu Adele yakin kalau yang mengirim adalah Kak Ubara?"

"Menurutku sih iya. Tapi aku mengundangmu karena aku membutuhkan pendapat lain." Adele meletakkan gelang komunikator di meja.

Sina langsung mengambil gelang komunikator di meja kayu pendek yang memisahkan mereka. Karena tahu akan diperiksa oleh Sina, Adele sudah mematikan password yang mengunci gelang komunikatornya.

Sina membuka pesan tersebut lalu melakukan pengecekan ganda dengan gelang komunikator Adele dan miliknya.

"Benar, pesan ini dikirim oleh Kak Ubara. Daripada dikirim, lebih tepatnya pesan ini sudah ada di dalam gelang komunikator Bu Adele sejak lama, tapi baru saat ini dimunculkan."

"Isinya apa, Sin?" Tanya Gita.

"Video dengan satu kalimat, 'silakan ditonton,'."

"Silakan ditonton? Dasar Ubara." Gita memijat keningnya lembut.

"Jadi, mau bareng?" tanya Adele.

Tidak satu pun yang langsung merespons cepat. Mereka tampak ragu, saling melihat satu sama lain.

Adele yang melihat tiga perempuan itu ragu, tidak mendorong lebih jauh. Dia lebih memilih untuk menunggu hingga mereka siap dan sudah bersiap kalau ditolak. Namun, pada akhirnya, persiapan Adele tidak berguna.

"Aku mau menontonnya. Aku mau menonton video yang dikirim Kak Ubara."

"Kalau Sina sudah bilang mau, aku juga akan menontonnya."

Sina dan Gita memberi jawaban dengan cepat. Jawaban dua perempuan itu membuat Adele mampu mengembangkan senyum. Dia pun menoleh ke kiri, ke satu-satunya perempuan yang belum menjawab.

Sina dan Gita ikut melihat ke arah perempuan berambut coklat di samping Adele—Sari.

"Iya, iya, aku juga mau nonton. sabaran banget kalian."

Sina dan Gita pun tersenyum lebar mendengar jawaban Sari.

"Oke, kalian atur ya biar kita bisa nonton bareng."

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang