Vol 6 Ch 3 - Tawaran

9 3 1
                                    

15 Januari XX88

H-82

Dini Hari


"Sudah berapa lama kamu tahu kalau aku adalah agen?"

"Sejak awal?"

Irie dan Sina duduk di ruangan kecil dengan cermin, ruang interogasi. Meski berada di dalam ruang interogasi, kondisi Sina dan Irie sama sekali tidak sesuai. Di atas meja yang memisahkan dua perempuan itu, terlihat dua kotak berisi donat, minuman bersoda, dan satu piring spageti. Sementara Irie makan donat, Sina menyantap spageti.

Di belakang kursi Sina, terlihat sebuah kotak besi kecil dengan tali setrap. Sebelumnya, Sina sudah menunjukkan kalau dia melepas Over yang dia kenakan. Namun, Irie tidak yakin apakah Sina sudah mengenakannya lagi atau belum. Dan lagi, mereka tidak berani macam-macam. Kalau salah bertindak, mereka lah yang akan menjadi target Ubara selanjutnya.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Maaf, rahasia perusahaan," jawab Sina singkat. "Daripada itu, aku penasaran, saat ini kalian bergerak di bawah perintah siapa? Apakah Aliansi Pemerintah Dunia? Atau negara Bharat? Atau malah interpol?"

"Harusnya kamu sudah tahu, kan?"

"Secara administrasi dan teknis, kalian berada langsung di bawah Aliansi Pemerintah Dunia. Namun, untuk yang memerintahkan kalian bergerak bisa dari pihak lain, mengingat Aliansi Pemerintah Dunia tidak pernah benar-benar aktif."

"Menurutmu?"

"Bharat." Jawab Sina sambil meletakkan piring yang kosong. Setelah menghabiskan spageti, tangan Sina bergerak meraih donat beroleskan selai stroberi.

"Apa kamu sudah siap mendengar?"

"Aku sudah siap dari tadi. Kamu saja yang basa-basi gak jelas."

"Haha, baiklah kalau begitu."

Irie menjelaskan serangan Ubara ke Negara Sabag Raya dan ke pertemuan internasional di Negara Bharat telah memorak-porandakan kedamaian dunia. Setiap negara saling curiga dan saling menjegal. Mereka berusaha mencari tahu negara mana yang menyediakan jalur nuklir sehingga berujung pada Ubara. Bahkan, tidak sedikit yang menuduh dan membuat bukti palsu.

Seolah tidak cukup, konflik antara kubu negara penganut dan anti politik kambing hitam semakin memanas. Negara penganut terus berpura-pura tidak tahu apa yang dimaksud Ubara. Di lain pihak, para negara anti justru mendeklarasikan kalau mereka mengecam semua negara yang menganut politik kambing hitam.

Deklarasi dari negara anti membuat negara penganut menjadi goyah. Negara penganut khawatir mereka diserang ketika goyah. Jadi, mereka mengirim agen dan menyebar benih separatis di negara anti. Dengan kondisi yang semakin tegang, warga sipil—yang tidak bersalah—cepat atau lambat akan terseret dalam kekacauan.

"Negara yang anti tentu tidak diam saja. Mereka—"

"Sebentar, berhenti. Aku tidak butuh recap kondisi dunia. Aku tidak peduli," Sina memotong penjelasan Irie. "Langsung saja to the point. Apa yang kalian mau?"

Irie mendengus, melihat usahanya untuk menumbuhkan kepedulian Sina pupus.

Irie sudah mengikuti dan memperhatikan Sina selama beberapa minggu. Jadi, sebenarnya, dia tahu kalau perempuan di depannya memang tidak peduli pada kondisi dunia. Perempuan waras mana yang bisa berlibur keliling dunia ketika negaranya dihancurkan oleh orang terdekatnya?

"Sederhananya, kami ingin kamu menghentikan Ubara."

"Imbalannya?"

"Kami akan memberimu dan Ubara perlindungan seumur hidup. Dan selama itu juga, kalian tidak perlu khawatir soal uang. Semuanya akan ditanggung oleh Aliansi Pemerintah Dunia."

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang