Vol 3 Ch 8 - Tabir

19 6 2
                                    

Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


==============================


"Tidak! Itu bukan Ubara!"

"Maaf, Pak?"

"AKU BILANG ORANG DI VIDEO ITU BUKAN UBARA!"

Laki-laki berambut putih, Ka'i, berdiri dari sofa dan membentak. Suara Ka'i yang meninggi membuat orang-orang di layar terentak. Tidak sedikit yang toleh kanan kiri, bingung.

Jam di kanan bawah televisi menunjukkan angka 02:00, waktunya orang istirahat dan tidur. Namun, waktu istirahat tidak berarti di hadapan kondisi darurat.

"Kerja'an kalian ini ngapain sih? Dari tinggi badannya saja sudah jelas kelihatan itu orang lain! Kalian menyia-nyiakan uang rakyat kalau begini saja tidak becus!"

Video penyerangan Ubara, yang didapat dari kamera Over angkatan darat dan cctv, berputar di tengah televisi. Sekeliling video, kotak-kotak kecil berisi wajah orang mengitari, berjajar membentuk bingkai.

Bersama Ka'i, di samping ruang keluarga, seorang perempuan duduk di sofa, melihat dengan mata yang sayu. Sebagai istri Ka'i, Dhea sangat ingin menghampiri Ka'i dan menenangkan sang suami. Namun, dia tidak melakukannya.

Kondisi darurat mendadak membuat Dhea tidak sempat berganti dari gaun tidur yang hampir tembus pandang, hanya menambahkan jaket. Dhea tidak ingin menunjukkan tubuhnya ke orang-orang di layar. Dia sangat ingin ganti pakaian. Namun, Dhea merasa dia tidak boleh bergerak. Dia harus tetap berada di ruangan walau hanya menemani suaminya.

Mirip seperti Dhea, Ka'i hanya mengenakan celana pendek dan jaket, telanjang dada. Namun, Ka'i tidak memedulikan penampilan sama sekali. Kemarahan dan kekesalan sudah menyelimuti.

[Jadi, menurut bapak, Ubara menyerahkan Generation:Zero ke orang lain, benar demikian?]

"Menurutku itu sudah sangat jelas."

Jawaban Ka'i yang dingin dan menekan seolah menusuk, menembus ruang.

"Brengsek!" Ka'i duduk kembali di sofa dengan tangan menutup wajah. "Belum ada estimasi korban jiwa dan kerugian?"

[Untuk sementara, setidaknya 320 korban jiwa, 150 luka berat, 70 luka ringan. Kerugian saat ini adalah 5 miliar USARA. Diperkirakan angka ini akan terus meningkat]

"5 Miliar dan akan terus meningkat? Itu masih belum menghitung korban jiwa dan luka berat!"

Urat nadi menyembul di tangan Ka'i, menahan agar amarahnya tidak meledak lebih jauh.

Lima Miliar USARA bukanlah uang yang kecil. Nilai itu sama dengan setengah anggaran militer Negara Sabag Raya per tahun. Ditambah dengan korban jiwa dan luka berat, kerugian akan semakin meninggi, mengingat investasi dan pelatihan tentara seolah hilang begitu saja. Yang membuat Ka'i semakin emosi adalah kerugian sebesar itu disebabkan oleh serangan kurang dari 30 menit.

Ka'i membuka tangan, menegakkan punggung, dan menarik napas dalam. Mata Ka'i kembali tajam.

"Organisasi itu tidak bisa dibiarkan lagi. Bu Rima, kirim penawaran ke semua pengkhianat di dalam organisasi itu. Kita buat mereka goyah."

[Siap! Laksanakan!] Satu perempuan di pojok kanan bawah layar menjawab sigap.

"Pak Gusti dan Pak Wiro, hubungi pangkalan Olso. Aku beri kalian kewenangan untuk menggerakkan Komando Baret Harimau dan Komando Baret Rajawali."

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang