Vol 5 Ch 7 - Hari H, Serangan Dimulai

7 1 0
                                    

15 September XX87

H-204

Pagi


[Halo, selamat pagi negara Sabag Raya. Selamat pagi dunia. Dan, selamat pagi, Kak Ka'i. Sebelumnya, aku meminta maaf karena kali ini hanya upload video, tidak streaming. Kenapa? Karena serangan pagi ini akan begitu brutal. Sangat brutal. Di lain pihak, ngomong-ngomong aku masih belum tahu sampai sekarang kenapa channel ini belum diblokir.]

Ubara melihat ke layar proyeksi, menyaksikan rekamannya sendiri. Seperti ucapannya, pagi ini Ubara tidak melakukan siaran langsung, melainkan melakukan upload terjadwal. Selain upload, dia juga akan membuat kiriman email terjadwal.

[Dan, kalau ternyata serangan pagi ini gagal, aku bisa pastikan negara ini akan hancur.]

Ubara menutup layar proyeksi setelah memastikan video yang dia buat sudah cukup dan siap dikirim. Dia bangkit dan mulai menggerak-gerakkan badan, pemanasan. Bukan hanya Ubara, semua anggota organisasi Arida yang sudah mengenakan Over juga melakukan pemanasan. Tujuan pemanasan tersebut bukanlah melemaskan otot, tapi memastikan badan siap berinteraksi dengan over.

"Aku penasaran ada berapa banyak orang yang berpikir Ubara bodoh karena dia mengumumkan serangannya," Faris berkomentar.

Setelah Ubara selesai membuat video rekaman, kondisi menjadi sepi. Faris tidak ingin para anggota organisasi semakin tegang gara-gara situasi yang sepi.

"Awalnya aku berpikir seperti itu. Tapi ternyata, internet di luar dugaan." Ubara menyahut. "Entah bagaimana awal mulanya, warga net justru berpikir kalau aku dan pemerintah telah melakukan kesepakatan di belakang layar untuk bertarung hari ini."

"Namun, tidak semuanya berpikir seperti itu," Verona menyahut. "Ada beberapa yang mengatakan kalau hari ini pemerintah memiliki suatu jadwal yang membuat Ubara harus bergerak."

Semua orang mengikuti arus yang dimulai oleh Faris, berbicara basa-basi untuk menurunkan ketegangan. Namun, sayangnya, hanya ada tiga orang yang bisa tersenyum tanpa beban—Ubara, Verona, dan Faris. Selain tiga orang tersebut, yang lainnya tersenyum masam dan hanya merespons kalau diajak bicara.

[Halo, halo, cek-cek.]

"Ah, halo Arman. Bagaimana? Kamu sudah di posisi?" Ubara bertanya sambil memegangi headphone di telinga kiri.

[Tim penyerang jarak jauh—Arman, Wahyu, dan Cokro—sudah siap di posisi."

Beberapa jam sebelumnya, tim penyerang jarak jauh berpisah. Mereka memiliki tempat bertugas yang berbeda. Malam sebelumnya mereka tidak berpisah karena ingin menghabiskan waktu bersama yang lain.

"Bagus!" Ubara merespons. "Semuanya, siap-siap! Tim penyerang jarak jauh—"

"Tiga menit lagi!" Arman melengkapi kalimat Ubara.

"Tim Gelombang kedua?"

"Lima menit lagi!" Faris menjawab.

"Dan aku akan beraksi empat menit lagi."


***


"Cokro, Wahyu, tolong matikan mikrofon kalian. Aku ingin membicarakan sesuatu yang tidak bisa didengar yang lain."

Laki-laki berambut panjang dikuncir, Arman, berbalik setelah mematikan mikrofon. Di depannya, dua laki-laki dengan potongan pendek rapi—Cokro dan Wahyu— saling memandang. Dua rekannya tidak tahu kenapa sang pemimpin meminta mereka mematikan mikrofon. Namun, dua orang itu memilih untuk menurut dan menekan tombol virtual di kaca mata Over, mematikan mikrofon.

OversystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang