THE WARMTH ACTUALLY
"Kehangatan yang sesungguhnya mengiring naluri untuk meneteskan air mata."
.
.
.Meremas kuat hingga tak berbentuk, kumal––berkerut-kerut. Kilat terdengar bersamaan dengan kertas yang tergenggam di tangan kanannya perlahan terlepas hingga terjatuh di aspal. Bukan hal yang benar membuang tisu di jalan seperti itu tapi kini Kira benar-benar kacau.
Cuaca menggelap kala awan hitam terus menyeruak, beberapa kabut menyusul mengaburkan pandangan. Kira mengerti jika menangis bisa menyebabkan kesulitan bila tidak pada waktu yang tepat. Namun, masalah yang ia dialami harus memaksa hati dan naluri untuk meneteskan air mata. Siapa yang akan merasa gembira setelah dipecat kala kau benar-benar sedang membutuhkan uang.
Kira terus terisak di sepanjang jalanan di daerah terpencil di Jakarta bernama Pilin. Sebuah tempat yang masih asri dengan jalan-jalan kecil dan beberapa jalan setapak. Tak banyak rumah yang berada di daerah ini hanya ada beberapa kepala keluarga yang membangun rumah cukup jauh satu sama lain dan Kira bekerja di toko roti yang berada di sudut jalan.
Tanpa sadar hujan sudah turun begitu deras hingga baju setelan hitam putihnya telah basah. Perlahan tubuhnya mengigil kedinginan dengan air mata yang tak kunjung mereda. Ia berjalan amat perlahan entah kemana, mungkin mencari tempat untuk berteduh. Sayangnya di jalanan itu tidak ada toko atau bangunan yang bisa ia gunakan untuk menghindari air hujan lantaran hanya ada pohon palem yang berbaris rapi dan taman serta danau yang berada tak terlalu jauh dari sisi jalan. Memutuskan untuk terus melangkah, ia tak mungkin pulang, karena rumahnya cukup jauh dan tak ada kendaraan di sekitar sini karena cuaca yang buruk.
Dari kejauhan ia bisa melihat seseorang yang tengah mengayuh sepeda. Beberapa saat kemudian ia mengalihkan pandangan, menunduk memandang trotoar yang di terpa rintik hujan. Cukup memalukan berjalan sambil menangis ditengah hujan. Ayolah ... ini bukan drama di mana sang tokoh hujan-hujanan sambil menangis karena suatu hal. Tapi jika dipikir-pikir apa yang ia lakukan adalah hal yang serupa.
Entah hanya perasaan Kira saja atau memang sepeda itu semakin mendekat ke arahnya. Kira tetap melanjutkan perjalanan saat seseorang yang bersepeda itu menghentikan sepedanya di dekatnya tapi saat seseorang itu bertanya kepadanya refleks ia berhenti. Cukup gugup untuk menjawab tapi ia berusaha setenang mungkin. Ada berbagai pertanyaan saat Kira menoleh dan mendapati laki-laki yang sama basahnya tapi Kira akui ia cukup tampan––pada akhirnya laki-laki itulah yang menjadi titik bantuan yang ia temukan setelah melewati beberapa pembicaraan singkat.
Kira tetap menunduk dan memejam selama perjalanan, agak malu karena memeluk pinggang sampai perut laki-laki yang bernama Jin itu tapi ia tak ingin jatuh.
"Em ... kita sudah sampai kamu bisa turun sekarang!"
Kira buru-buru membuka mata kala perkataan itu terdengar. Melepaskan tangan yang saling bertaut melingkari tubuh laki-laki itu dan perlahan turun dari sepeda. Hujan sudah cukup mereda hanya tersisa rintik halus seperti butiran pasir. Kira berjalan di belakang Jin yang meletakkan sepedanya diemperan samping teras.
"Ayo masuk!" Jin menginterupsi dengan melambaikan sebelah tangan, membuka pintu lantas melepas sendal sebelum akhirnya masuk diikuti oleh Kira yang masih mengalami keraguan, meskipun pada akhirnya ia tetap mengikuti insting untuk berjalan di belakang laki-laki itu. Sudah terlambat untuk sekedar melarikan diri, yang ia sendiri tidak tahu kemana.
Hangat langsung menyeruak kala keduanya masuk. Kira terdiam beberapa saat, rumah Jin begitu rapi dan bersih. Di ruangan yang tengah ia pijaki ini ada sofa hitam yang berjejer membentuk persegi yang ditengah-tengahnya ada satu buah meja kotak yang terbuat dari kaca di bagian atas. Ada televisi yang menempel kokoh di dinding dengan lapisan merah hitam serta beberapa laci di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNTU ✓
Fiksi Penggemar[ENDING] Bak terjebak dalam sebuah kotak persegi tanpa celah, Kira tak akan pernah bisa melarikan diri dari cinta dan akhir dari hidupnya sekalipun ia berusaha sekuat tenaga, karena hanya kata buntu yang masih tersisa. ↓ ↑ #2 Curse Series. 2- Start:...