•
•
•
•
•(Y/n) mengejar Mikasa, sedikit kewelahan karena kadet muda itu melaju dengan sangat cepat. "Aduh anak itu, boros gas deh.." ia bergumam sendiri kemudian terlihat belasan orang di atas atap rumah-rumah tak jauh di depannya. Mikasa telah menghampiri mereka. Terlihat ia sedang berbicara dengan seseorang yang sedang duduk di depan jendela sebuah rumah. Orang itu adalah kadet laki-laki berambut kuning yang tadi ditemui (y/n).
"Oh, itu kan anak tadi," (Y/n) mendarat diam-diam di menara beberapa meter di atas belasan kadet itu. Ia memutuskan untuk memerhatikan mereka sebentar.
Mereka tampaknya tidak menyadari keberadaan (y/n). "Rekan-rekan ku, pasukan kadet 34, mereka telah gugur dalam menjalankan tugas di garda depan." Terdengar kadet berambut kuning itu berbicara sambil terisak. Semuanya sesuai dugaan (y/n). Beberapa teman kadetnya tampak terkejut namun Mikasa tidak. "Maafkan aku, Eren mengorbankan nyawanya untukku, aku...aku tidak bisa apa-apa...maaf...maaf Mikasa.." kadet berambut kuning itu melanjutkan.
Mikasa berdiam sejenak lalu berlutut dan menggenggam punggung tangan temannya yang sedang menangis itu. "Armin," katanya, "tenanglah. Sekarang bukan saatnya untuk begini," ia kemudian mengajak Armin untuk bangkit berdiri lalu ia berbicara dengan tenang. "Kalau kita mengalahkan titan di sekitar markas, kita bisa mengisi ulang gas dan memanjat tembok."
"Tapi, di sana ada terlalu banyak titan. Meskipun ada kau kita tidak mungkin bisa-"
"Bisa. Pasti bisa." Mikasa menjawab dengan yakin. "Aku ini sangat kuat. Lebih kuat dari kalian semua. Aku bisa mengalahkan semua titan itu walaupun hanya sendiri," ia mengangkat pedangnya ke atas lalu menurunkannya ke depan seraya melanjutkan, "kalian yang ragu bukan hanya lemah tapi juga pengecut! Sangat menggelikan. Silahkan kalian diam saja di sini, diam dan lihat aku!"
"Apa yang kau bicarakan?! Memangnya kau bisa mengalahkan semua titan itu?"
"Kalau tidak bisa maka aku akan mati. Tapi kalau berhasil aku akan hidup. Kalau tidak bertarung, kita tidak akan berhasil." Setelah mengatakan itu, Mikasa pergi meninggalkan teman-temannya.
"Yang menggelikan itu kata-katamu tahu!" Jean berkata pelan sambil mencabut kedua pedang bajanya.
"Memang menggelikan sih," kata (y/n) yang sedari tadi duduk di atas menara dan memerhatikan mereka, kakinya menjuntai ke bawah. Serentak para kadet langsung melihat ke atas. (Y/n) melompat turun, mendarat dengan berjongkok kemudian perlahan berdiri. Ia membuka tudung jubahnya, memperlihatkan wajah cantiknya sambil melanjutkan, "tapi dia tidak salah."
"Anda.." kata Jean.
"Pasukan pengintai." timpal Rainer.
"Betul," (y/n) tersenyum ramah. "Jadi bagaimana? Kalian akan mengikuti teman kalian yang nekat itu?" (Y/n) menunjuk ke arah Mikasa yang sudah menjauh.
"Kami tidak bisa membiarkannya mati begitu saja," jawab Jean, pemuda berambut cokelat dengan tubuh yang lumayan tinggi.
"Tapi, syukurlah ada senpai. Kami rasa kami bisa melakukannya jika ada anda," kata pemuda botak bernama Connie yang berdiri di sebelah Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find My Way [Attack On Titan X Reader]
Fanfic(y/n) adalah seorang prajurit kuat dan berbakat dari Pasukan Pengintai. Ia juga sangat disukai oleh rekan-rekan prajuritnya. Namun, di balik itu semua, (y/n) menyimpan sebuah rahasia gelap. Setelah bertahun-tahun ia melarikan diri, masa lalunya yang...