16: ᴛɪᴛᴀɴ ɪɴꜱɪᴅᴇ ᴛʜᴇ ᴡᴀʟʟ

1.2K 143 8
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Kami sudah menutupnya dengan terpal!" Ujar salah satu prajurit yang menutupi lubang di tembok tadi.

"Baiklah," jawab Hanji. Saat ini, Hanji, Moblit, (Y/n) dan beberapa prajurit lain tengah berdiri di atas tembok. Di sana juga ada pendeta Nick.

"Kapten, kau baik-baik saja?" Tanya Ize yang baru saja selesai membantu memasang terpal.

"Iya.." jawab (Y/n) tidak bersemangat. "Bagaimana kabar Ruby?"

"Masih belum sadar, tapi sudah banyak kemajuan." jawab Ize, hanya bisa memaklumi sikap (Y/n) yang terus mengkhawatirkan orang lain padahal kondisinya sendiri mengkhawatirkan. (Y/n) mengulas senyum mendengar itu.

"Sekarang waktunya kita bicara kan?" (Y/n) dapat mendengar Hanji berbicara pada pendeta Nick. Ia pun mendekati Hanji. "Kenapa di dalam tembok ada titan? Kenapa kau merahasiakannya? Bagaimana kau bisa tahu kalau di dalamnya ada titan?" Cecarnya.

"Kalian harus menurunkanku." Pendeta itu meminta diturunkan dari atas tembok.

"Kau mau turun?" Tanya Hanji, kemudian ia menarik kerah baju si pendeta ke arah pinggir tembok. Jika saja Hanji melepaskan kerahnya, pendeta itu pasti sudah jatuh dari tembok yang tingginya lima puluh meter ini. "Kalau turun dari sini tidak apa-apa kan?" Ancam Hanji.

"Ketua Hanji!" Moblit berusaha melerai, namun (Y/n) mengangkat tangannya, mengisyaratkan Moblit untuk berhenti dan membiarkan Hanji.

"Aku tidak meminta, tapi memerintahkanmu untuk bicara!" Wanita berambut cokelat itu semakin mendorong pendeta Nick ke pinggir tembok. Nick terlihat gemetar saat melihat seberapa jauh tanah di bawahnya.

"L-lepaskan saja aku!" Pendeta itu merentangkan tangannya. "Cepat! Lepaskan saja! Jatuhkan saja aku!" (Y/n) sangat heran, kenapa pendeta itu juga sangat bersikeras menyembunyikan informasi? Sebenarnya ada apa?

Hanji masih setia memegangi kerah baju Nick, wajahnya terlihat sangat kesal. Moblit langsung maju lagi untuk menghentikan Hanji namun (Y/n) lagi-lagi menahannya. "Aku bilang, biarkan saja!" Ucap (Y/n).

"Ta-tapi...dia bisa membunuhnya--"

"Tidak," jawab (Y/n) cepat. "Hanji tidak akan membunuhnya." Tambah (Y/n) dengan yakin. Tentu saja. Hanji memang gila, tapi dia tidak mungkin sembarangan membunuh orang, apalagi orang yang memiliki informasi penting. Dan benar, Hanji membanting tubuh pendeta itu ke belakang, jauh dari pinggiran tembok. (Y/n) dapat mendengar pendeta itu bernafas lega, walaupun tubuhnya masih gemetaran. "Ya ampun, aku hanya bercanda!" Kata Hanji menahan amarahnya.

Find My Way [Attack On Titan X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang