"MAS! Demi Allah si melati lo apain anjing?!" Nesa bertanya dengan nada marah dan geram karena melihat Melati--motor beat semata wayangnya, tergeletak tak berdaya diantara rumput-rumput hijau dihalaman rumah. Pasalnya tadi Nesa meminta tolong kepada Hesa untuk memasukkan melati ke garasi, sebab langit mendung dan sepertinya akan turun hujan. Sementara Nesa sedang mengangkat jemuran dihalaman belakang.Dengan watados, Hesa menghampiri Nesa yang tengah mengoceh dihalaman rumah, "language, please!"
Nesa dengan sekuat tenaga berusaha membangunkan melati yang terkulai lemas, padahal jelas-jelas melati masih dilengkapi standar yang membuatnya bisa berdiri, tapi Hesa dengan sengaja tidak menggunakannya, akibatnya melati harus tiduran dihalaman.
"Hesa bener-bener lo, ya!"
"Lagian tadi lo bilangnya cuma suruh pindahin, ya gue pindahin lah." Ucapnya cuek dengan wajah yang meledek bukan main.
Nesa memutar bola matanya, ingin sekali ia mengumpat didepan muka Adiknya, "lo emang pengen gue punya penyakit darah tinggi kayaknya."
"YA ALLAH TEH ISTIGFAR! Fitnah akhir zaman tuh" Teriak Hesa sambil mengelus dadanya.
Nesa tidak lagi memperdulikan Adiknya yang saat ini tengah menahan tawanya mati-matian. Nesa memilih untuk buru-buru memasukkan melati ke garasi kemudian berlalu masuk kedalam rumah.
Hesa mengekori Kakaknya dari belakang, bersamaan dengan itu Bapak keluar dari kamarnya, "ada apa sih ribut-ribut, Sa?"
Kakak beradik itu diam seketika, tidak ada yang menjawab pertanyaan Bapak.
"Ada apa??" ucap Bapak mengulangi pertanyaannya.
Nesa mengerjap, "Bapak nanya Nesa atau Hesa?"
Bapak mendengus pelan, "siapa aja yang mau jawab!"
Hesa berdeham, ia menyadari raut wajah Nesa yang sepertinya masih kesal. Hesa khawatir Nesa akan asal-asalan menjawab pertanyaan Bapak, dan akan menimbulkan kekesalan pada Bapak, maka dari itu Hesa memutuskan untuk membuka suara.
"Engga itu aku tadi iseng" Kata Hesa pelan nyaris tak terdengar.
"Gak inget kata-kata Mama? Sama saudara harus akur-akur" Setelah mengucapkan kalimatnya, Bapak kembali masuk ke dalam kamar.
Sikap Bapak lantas membuat Nesa mengerenyitkan dahinya, "gitu doang?"
Saat menjadi dewasa, Hesa maupun Nesa mulai mengerti bahwa didunia ini memang memiliki banyak sisi. Termasuk orang tua mereka sendiri, saat usia mereka tidak lagi bisa dibilang sebagai seorang remaja, mereka benar-benar bisa melihat sisi lain dari orang tua mereka. Hesa akui, Bapak memang orang yang kuat, namun setelah besar ia baru menyadari bahwa Bapak hanya berusaha untuk terlihat kuat demi kedua anaknya. Bapak bisa dengan gagah berperan sebagai sosok Ayah sekaligus Ibu bagi Hesa dan Nesa. Namun, ia bukan orang yang gagah untuk bisa mengaku bahwa ia juga bisa rapuh dan butuh pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA ASTARAJINGGA || HAECHAN
FanfictionHesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya. Namun, agaknya ia keliru-ternyata setelah kepergian Mama, ia terus menjumpai kehilangan-kehilangan berikutnya. wordizards, 2021.