empat puluh satu.

65 8 6
                                    

Menempuh pendidikan S1 yang Nesa kira akan tergopoh-gopoh, ternyata akan segera terselesaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menempuh pendidikan S1 yang Nesa kira akan tergopoh-gopoh, ternyata akan segera terselesaikan. Tidak terasa, tiga tahun berlalu begitu cepat. Setelah semester kemarin, Nesa sudah bisa mengajukan judul skripsi karena telah menyelesaikan semua SKS yang dibebankan.

Nesa menyusuri tangga menuju lantai utama mencari keberadaan Jeffrey setelah ia berhasil mengambil SK dosen pembimbing.

"Udah?" tanya Jeffrey begitu Nesa mendekat, lelaki itu nampak duduk dikursi taman fakultas Nesa.

Nesa tersenyum, lalu memperlihatkan SK-nya pada Jeffrey.

"Kamu juga udah?" Nesa balik bertanya.

Benar, Jeffrey juga akan segera menyelesaikan studinya. Jeffrey termasuk mahasiswa yang aktif dan pintar, sejak semester satu nilai-nilainya terlampau bagus sehingga ia bisa mengambil 24SKS sekaligus ditiap semesternya.

Jeffrey mengangguk dan kemudian juga memperlihatkan SK-nya pada Nesa.

Mobil Honda Civic putih milik Jeffrey melaju dengan hati-hati meninggalkan area kampus. Keduanya berencana untuk langsung pulang kerumah Nesa, sebab hari ini terasa begitu lelah setelah menghadapi beberapa drama dengan staff jurusan pada saat mengambil SK.

"Aku capek kuliah, mau nikah aja" celetuk Nesa sambil meregangkan badannya dikursi penumpang.

Jeffrey nampak terkesiap dan menoleh kearah kekasihnya yang sedang menatap lurus kearah jalanan didepannya.

"Nikah sama siapa?" tanya lelaki itu heran.

"Sama yang mau aja--ada Nana, ada Taraka, ada Dio..."

"Dih--"

Nesa mendengus kesal begitu mendengar Jeffrey--membuat lelaki itu terbahak sambil memukul-mukul stir mobilnya.

"Ngapa lu ketawa?"

Jeffrey cengengesan, "lagian ngapain ke mereka sih, aku juga mau ..."

"Mau apa?"

"Nikah sama kamu lah!"

Nesa nampak sedikit tersipu, "yaudah ayo!"

Dahi Jeffrey mengerenyit, "dih buru-buru amat lo" goda lelaki itu.

"Ya gapapa dong, lagian nikah itu tuh jadi satu-satunya tiket emas buat aku supaya bisa keluar dari rumah."

Jeffrey diam, namun matanya beralih menatap Nesa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jeff ..." Panggil Nesa pelan, "aku gak suka cara kamu natap aku!"

Jeffrey mengerjap kemudian mengembalikan fokusnya pada kemudi dan jalanan tanpa menjawab kalimat Nesa.

Jeffrey memberhentikan laju mobilnya tepat didepan rumah Astarajingga, seraya melepas seatbelt-nya lelaki itu membenarkan letak duduknya menghadap Nesa yang berada dikursi penumpang.

ZONA ASTARAJINGGA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang