Wajah cantik Mama sama sekali tidak pernah hilang dari bayangannya. Lima tahun berlalu sejak Hesa terakhir kali menatap wajah cantik Ibunya sebelum akhirnya terbalut kain kafan. Wajahnya yang tenang, polos, dan tetap cantik meski sudah terkulai lemas tak bernyawa.
Masih ingat betul juga dipikirannya, bagaimana Mama tersenyum dingin dalam tidur panjangnya yang sebelumnya sama sekali tak pernah memberinya tanda bahwa ia akan pergi dan tak pernah kembali.
Hesa tak pernah bisa melupakan raut wajah payah Mama saat itu. Karena dihari-hari berikutnya, raut itu lah yang selalu tergambar jelas dibenaknya.
"Ma, selamat jalan... Jangan mimpi indah, cukup tidur nyenyak saja."
Kalimat yang Hesa bisikkan ditelinga Mama tepat saat lelaki itu mencium wajah Mama untuk yang terakhir kalinya. Dengan dada sesak ia berusaha sekuat mungkin untuk bisa menyampaikan kalimat tersebut.
Sampai saat ini Hesa tidak menyangka bahwa ia harus mengantar Mama untuk beristirahat selamanya. Saat Mama masih bersama nya, hanya satu hal yang ia lupakan dan sesali, mengapa ia tak merekam semua jejak cerita yang ia ukir bersama Mama selama hidupnya, agar ia bisa memutar kembali seluruh kenangan indah yang akan membuatnya tersenyum sekaligus menangis dibuatnya. Hesa lupa ....
"Mas, Allah itu Maha Penolong. Ia pasti sudah menyiapkan pertolongan buat Mas sebentar lagi. Mas hanya tinggal berusaha dan berdoa. Jangan khawatir, lakukan yang terbaik menurut versi Mas. Sisanya biar Allah yang ngurus." Ucapan Mama menjadi kunci untuk Hesa tiap kali ia dihadapkan pada situasi yang sulit.
Hesa percaya, sesederhana itu Tuhan menciptakan kehidupan dimatanya. Segalanya mungkin terasa berat dan rumit pada awalnya, bahkan dapat membuatnya lelah serta ingin menyerah. Namun, sedikit saja ia melangkah untuk mendekatkan diri pada Tuhan, maka Tuhan akan mengubah seluruh kerumitan itu dengan segala keindahan dan kebahagian.
Jam dinding menunjukan pukul sembilan malam. Rumah masih sama sepinya, dinginnya, sendunya. Nesa dan Hesa sedang duduk diteras sambil melamun--entah memikirkan apa. Tak ada interaksi disana, yang ada hanya desisan angin dan suara jangkrik yang setia menemani malam mereka.
"Teh, kok si Jelita gak berbuah-berbuah ya?" kerandoman pikiran dan ucapan memang seringkali Hesa utarakan.
Nesa menghela napas panjang, "belom musim" jawabnya singkat.
"Tau dari mana?"
Nesa memutar bola matanya, "ngasal"
Hesa berdecak, tangannya terulur ke samping meraih sekotak rokok Dunhill yang isinya tinggal setengah, mengambilnya sebatang lalu ia nyalakan kemudian ia hisap perlahan dan menghembuskan asapnya pelan.
"Lo ngerokok mulu sih" protes Nesa sambil mengibas-gibaskan telapak tangannya--menghalau asap yang Hesa hembuskan.
Hesa menjentikkan jarinya--membuang abu dirokoknya pada asbak, "laki..." jawabnya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA ASTARAJINGGA || HAECHAN
FanfictionHesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya. Namun, agaknya ia keliru-ternyata setelah kepergian Mama, ia terus menjumpai kehilangan-kehilangan berikutnya. wordizards, 2021.